Brianna dengan gusar menarik kopernya menuju tempat imigrasi. Ia susah payah mengejar Cameron yang melangkahkan kakinya lebar-lebar tanpa memikirkan adiknya yang tidak bisa melangkah selebar dirinya. Merasa lelah, ia pasrah mengejar Cameron. Toh, kantor imigrasi sudah di depan mata, dan juga ia dan Cameron mengenakan baju yang sama sehingga dengan mudah Brianna bisa menemukan Abangnya itu.
Sedang asyik berjalan dengan santai, tiba-tiba disekitarnya diramaikan oleh orang-orang yang sibuk memegang ponsel dan kamera dengan lensa tele seperti miliknya. Iya, Brianna memang cukup tertarik dalam dunia fotografi. Merasa menemukan hal kesukaannya, ia mendekat dengan penasaran. Rupanya para gadis berkamera itu membidik pada beberapa laki-laki bermasker yang berjalan dengan terburu-buru. Disekeliling mereka terdapat orang-orang yang Brianna simpulkan sebagai body guard mereka.
Brianna melakukan scanning pada enam cowok yang menurut Brianna cukup tampan yang dilindungi oleh para body guard itu. Tapi matanya jatuh pada cowok tinggi yang berada di belakang cowok bertas merah yang sama-sama tengah menatapnya. Seperti disihir, Brianna tidak bisa melepaskan kontak mata antara ia dan cowok tinggi itu, sampai mereka melewati Brianna. Ia menoleh ke belakang sekali lagi untuk melihat cowok tinggi itu dari belakang. Merasakan dadanya bergemuruh, cepat-cepat ia mengesampingkan hal itu karena ia tidak mungkin jatuh cinta pada pria yang ia tidak kenal.
Mungkin mereka orang penting. Dan mbak-mbak yang bawa kamera itu wartawan. Simpul Brianna. Gadis itu kemudian cuek dan kembali meneruskan jalannya menuju kantor imigrasi. Cameron pasti sudah murka.
"Kemana dulu?!" Tuh kan, bener.
"Abang jalannya cepet banget! Aku kan capek! Terus tadi ada kerumunan mbak-mbak bawa kamera. Aku penasaran, ya udah aku samperin. Ternyata mereka wartawan," jawab Brianna.
"Oh, EXO?"
"EXO?" Brianna malah bertanya balik sambil mengernyitkan dahinya.
"Ah, lupa Abang," Cameron menepuk jidatnya sambil terkekeh.
"Abang nggak danta banget, sih!" Brianna menatap Cameron kesal. "Ayo,"
---61---
"Kamu mau jalan-jalan kemana?" Tanya Cameron saat mereka sudah sampai di kamar hotel mereka.
Brianna menguap malas, "aku udah nggak selera jalan-jalan," jawabnya. "Lagian, pasti sendirian. Abang kan, mau kerja,"
"Hahaha, tahu aja," Cameron tertawa kecil. "Besok mau ikut ke tempat Abang kerja?"
"Well, kayaknya bukan ide buruk," Brianna mengangkat bahunya. "Aku ikut!"
"Kamu masih bisa bahasa korea?" Tanya Cameron.
"Tapi cuma bisa banmal," jawab Brianna.
"Di tempat kerja Abang, nanti banyak orang Korea. Kalau kamu butuh apa-apa pas Abang lagi sibuk, minta tolong aja. Mereka mostly nggak begitu bisa ngobrol pakai english. Jadi kamu ngobrol pakai bahasa korea aja,"
"Mereka nggak apa-apa aku ngomong Banmal?" Tanya Brianna.
"Di awal kamu minta maaf dulu dong. Bilang kalau kamu lagi nyoba inget-inget bahasa korea gitu. Sekalian kamu latihan juga, kan?"
"Oke deh!" Brianna mengacungkan jempolnya. "Omong-omong, Abang nanti kerja di tempat apa?"
"Tempat konser," jawab Cameron sambil fokus membereskan barang-barangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Idol Next Door [PCY] | ON HOLD
FanfictionApa yang kalian lakuin kalau tetangga kalian itu ternyata Park Chanyeol? Iya. Park Chanyeol EXO yang ganteng itu.