XXI

1.2K 68 0
                                    


Assalamu'alaikum readers..

Author POV

"Kamu tinggal dimana?" Tanya Aidan melirik Adiba dari kaca.

"Em anteri aku di kantor ASA Group ya gus." Kata Adiba tanpa mengalihkan pandangannya dari ponselnya.

"Kenapa kesana?" Tanya Aidan menahan emosi. Entahlah dia tidak suka dengan fikiran Adiba untuk kuliah sambil kerja.

"Ada urusan dikit." Kata Adiba mendongakkan kepalanya.

"Kamu beneran mau kerja beneran? Lebih baik kerja di kantorku aja." Kata Aidan dingin.

"Kenapa?" Tanya Adiba.

"Biar ada alasan ketemu kamu." Kata Aidan terkekeh.

"What??" Tanya Adiba terkejut.

"Ekhmm." Dehem Ilham membuat Aidan nyengir.

"Bercanda." Kata Aidan

"Serah kamu alien.." kata Adiba jengang

"Eh tapi beneran lo. Aku nawarin kerja di kantorku." Ulang Aidan.

"Nggak. Aku di ASA group aja." Kata Adiba kekeh.

"Kenapa? Ada siapa disana?" Tanya Aidan curiga.

"Nimas.." jawab Adiba tersenyum mengejek

"Maksudnya?" Tanya Aidan gagal faham.

"Bodo amat." Kata Adiba menahan tawa.

"Lahh. Serah kamulah." Kata Aidan menyerah. Sedangkan Ilham. Dia hanyalah obat nyamuk di mobil. Sian sekali dia.

Setelah itu keadaan mobil kembali senyap hingga di ASA group.

"Makasih gus." Ujar Adiba membuka pintu mobil.

"Eits, aku tunggu urusanmu selesai terus aku antar kerumahmu." Kata Aidan dengan nada tak ada penolakan.

"Nggak usah gus.." kata Adiba lembut.

"Nggak ada penolakan. Kamu datang sendirian. Mana tega aku ninggalin kamu." Kata Aidan panjang.

"Curhat ya?" Celetuk Ilham sukses membuat Adiba tertawa.

"Tenang gus. Aku nggak akan nyasar kok. Kan ada dua abang disini." Kata Adiba santai.

"Siapa?" Kata Aidan dan Ilham bersamaan.

"Kalian berdua." Jawab Adiba nyengir.

"Dasar anak smp bandel.." Kata Aidan bernafas lega.

"Mulai ngatain.." kata Adiba ngedumel.

"Nyata.."

"Udahlah aku tak masuk dulu..." Kata Adiba menyudahi sesi debatnya.

Adiba masuk dan membiarkan dua pria itu menunggu.

"Assalamu'alaiku bu Asa" sapa para kariwan yang berpapasan dengannya. Eits kenapa hayo di panggil Asa. Karena itu singkatan namanya Diba.

"Waalaikumsalam.."

Setelah bertegur sapa dengan para kariyawan. Adiba melangkahkan kakinya ke ruang CEO di lantai 3.

Adiba POV

"Assalamu'alaikum Mas David.." sapaku masuk ke ruangan itu.

"Waalaikumsalam bu bosku." Kata mas David menyapa dengan lebay.

"Ih mas nyebelin." Kataku memukul pelan pundaknya.

"Apa kabar tuan putriku?" Tanya mas David lebay.

"Alhamdulillah sesuai dengan apa yang abang lihat sangat baik. Mas sendiri?" Cerocosku membuat mas David melongo.

"Wah-wah sejak kapan tuan putriku sebahagia itu...?" Katanya keheranan. Masak sih aku jadi suka nyerocos astaghfirullah...

"Kan ketemu mas." Jawabku dengan senyum yang mengembang.

"Bohong. Dua cowo diluar itu siapa?" Kata mas David mencubit hidungku yang sedikit mancung kedalam😂😂.

"Oh bodyguardku.." kataku asal.

"Bohong.."

"Iyaiya. Itu gus Aidan sama kak Ilham sahabatnya gus Aidan." Kataku cepat.

"Jadi cowo itu yang merebut hatimu." Goda mas David.

"Mas pasti di kasih tau sama bang Faris ya?" Tebakku.

"Ekhm menurutmu?" Tanya mas David balik tanya.

"Ih nyebelin banget.." kataku mencubit lengannya.

"Dari dulu." Jawabnya santai. Entahlah para abang-abangku itu ketempelan apa. Kalau ketemu aku selalu digodain. Capek kali..

"Jam berapa pertemuannya?" Tanyaku datar.

"Tujuh malam aku jemput." Jawabnya tersenyum manis sekali. Untung abang kalau bukan bisa aku lamar dia.

"Ya sudah aku pamit bang." Kataku melenggang pergi.

"Hati-hati." Ucapnya tersenyum.

"Siap!!!"

Skipp

"Maaf aku lama ya?" Tanyaku melehat dua manusia itu sibuk ngobrol.

"Nggak. Kamu nggak lama kok. Mau seberapa lamapun aku pasti nungguin." Kata gus Aidan mulai menggodaku.

"Dann.." tegur kak Ilham. Untunglah aku masih punya pembela.

"Bercanda kali Ham.." kata gus Aidan tersenyum.

"Ayo pulang aku capek." Rengekku pada kedua pria itu. Inget tanpa pegang-pegang.

"Ayo tuan putri.." kata Gus Aidan mempersilahkan.

"Enggak abang nggak mas nggak kamu suka banget panggil tuan putri. Semanja itukah aku?" Kataku ngedumel.

"Hahahha baru nyadar dia manja.." kata Gus Aidan tertawa.

"Cepet aku dah capekkk..." ketusku.

"Siap.."

Sesampainya di apartemenku. Lebih tepatnya parkiran. Aku turun merekapun ikut turun.

"Apartemenmu yang mana?"  Tanya gus Aidan menyapukan pandangannya di lingkungan apartemen.

"Nomor 76.."

"Ikut...sini aku bawain.." kata gus Aidan mengambil alih koperku.

"Ya ayo masuk." Ajakku.

"Kak Ilham ayo. Jangan bengong." Kataku yang menyadari kak Ilham bengong nggak jelas.

"Eh iya.."

"Ini apartemenku.." kataku dan mempersilahkan mereka masuk.

"Wah lumayan besar juga ya.." kata gus Aidan.

"Iyalah. Mainankukan banyak." Kataku santai dan mengambil minuman dingin di kulkasku.

"Mainan?" Tanya mereka kebingungan.

"Iya...silahkan diminum tuan-tuan"

"Ana fahimna ukhty!" Kata kak Ilham tersenyum.

"Apa?" Tanyaku bebarengan dengan gus Aidan.

"Lihat rak buku itu penuh semua.." katanya dan meneguk minuman dingin di tangannya.

"Jeli sekali kau kak!" Kataku seraya duduk di sofa yang sedikit jauh dari mereka.

"Yaiyalah Ilham" kata kak Ilham bangga.

"Sombong." Kataku bebarengan lagi dengan gus Aidan.

.
.
.
.

Vote and commentnya...

Santri Bukan SantriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang