Assalamu'alaikum readers SBS..Author POV
"Assalamu'alaikum.." salam Ma'ruf, Halimah, dan Aidan bersamaan.
Waalaikumsalam. Silahkan masuk pak bu nak.." Kata Aisyah mempersilahkan.
"Iya. Dimana Ilman?" Tanya Ma'ruf yang tak melihat keberadaan Ilman.
"Dia masih ngecek pesantren.." Jawab Aisyah seadanya.
"Ada apa kok mendadak kesini?" Tanya Aisyah lagi.
"Iya ada sesuatu yang harus dibicarakan." Jawab Ilman lalu menatap putranya.
"Tapikan bisa ngabarin dulu. Biar anaknya disuruh dirumah." Sanggah Aisyah
"Memangnya kemana putrimu?" Tanya Halimah
"Dia masih diluar. Katanya mau beli buku." Kata Aisyah berlalu kedapur mengambilkan minum tamu.
"Ohh.."
"Assalamu'alaikum. Ada tamu to." Salam Ilman yang baru masuk ke rumah.
"Waalaikumsalam Man."
"Kok nggak ngasih kabar ta? Ayo silahkan diminum!" Kata Ilman mempersilahkan para tamu.
"Iya. Ini ada yang mau di omongin katanya." Jawab Aisyah.
"Ada apa?"
"Sebelumnya saya minta maaf abi umi. Saya ingin membatalkan perjodohan itu. Karena saya sudah memiliki pilihan sendiri. Meski saya tidak tau pilihan saya saat ini ada dimana......
"Beneran mau nolak adekku?" Potong Faris yang memasuki ruang tamu.
"Assalamu'alaikum.." ucapnya dan menyalami para tamu.
"Loh bang Faris!" Kata Aidan yang baru sadar bahwa yang bicara adalah Faris.
"Iya. Kamukan udah janji mau halalin adekku." Kata Faris.
"Assalamu'alaikum ada apa ini?
"Waalaikumsalam." Jawab semua orang yang berada diruang tamu.
"Sini sayang duduk disamping umi." Kata Aisyah mengisyaratkan putrinya untuk duduk disampingnya.
"Jadi..adik abang cuma satu dan itu Adiba Shakilla Atmarini?" Kata Aidan ragu.
"Iya. Dan gadis yang kamu batalin perjodohan itu dia." Kata Faris menunjuk gadis yang sedang duduk disamping Aisyah.
"Apa? Kamu beneran Adiba?" Tanya Aidan nggak percaya. Dan hanya di jawab anggukan oleh Adiba.
"Alhamdulillah." Syukur Aidan
"Kok alhamdulillah sih Dan?" Tanya Ma'ruf tak mengerti apa yang difikirkan putranya.
"Gadis yang aku maksud itu Adiba abi umi.." Kata Aidan memperjelas.
"Alhamdulillah." Ucap semua orang kecuali Adiba dan Faris. Mereka berdua masih gagal faham.
"Lalu?" Tanya Faris.
"Perjodohannya nggak jadi dibatalin bi mi" kata Aidan tersenyum senang.
"Gimana nak kamu menerima putra abi?" Tanya Ma'ruf mengarah pada Adiba.
"Jawaban saya pada abi dan umiku. Jika menurut beliau baik untukku. Insyaalah saya ridho." Jawab Adiba pelan. Dia masih begitu kaget melihat kedatangan Aidan.
"Gimana Man?"
"Baik saya terima. Saya yakin nak Aidan bisa membimbing putri sematawayangku ini menuju jannahnya."
"Alhamdulillah
"Awas saja jika bonekaku menangis abis kamu Dan." Ancam Faris.
"Insyaalah bang. Saya akan membuatnya terus tersenyum bahagia." Kata Aidan melirik Adiba yang menundukkan kepalanya. Entahlah dia masih sibuk dengan fikirannya.
"Oh iya umi. Adiba itu Nimas yang waktu itu..
"Benarkah?" Potong Halimah bahagia.
"Iya umi.."
"Sejak kapan kamu berniqob nak?" Tanya Halimah pada Adiba.
"Sejak ketemu alien. Ups maksudnya gus Aidan di Kairo." Kata Adiba sedikit keceplosan.
"Kapan Dib?" Tanya Aidan.
"Kamu ingat Pak Davit?" Tanya Adiba dengan lembut.
"Kenapa dia?" Tanya Aidan yang masih belum paham.
"Yang bersamanya itu aku." Kata Adiba.
"Apa?? Waktu itu bingung nyariin kamu di kairo dan ternyata kamu ada dihadapanku?" Kata Aidan kesal
"Segitunya banget.." Ledek Faris yang duduk disampingnya dan di sambut kekehan para orang tua.
"Abangg..." tegur Adiba yang terdengar rengekan.
"Kenapa adikku sayang?" Tanya Faris dengan memasang wajah alay.
"Sini." Kata Adiba memintanya mendekat dan....
"Aww. Sakit dek." Pekik Faris ketika Adiba mencubitnya.
"Nggak ngerasain." Jawab Adiba santai.
"Kalian nggak malu apa ya. Ada abi ,umi dan Adidan?!" Tanya Faris merangkul adik kecilnya.
"Entah."
"Nimm.." Tegur Aisyah
"Maaf umi." Kata Adiba membuat semuanya terkekeh.
"Umi abi Aidan boleh ngomong sama Adiba?" Tanya Aidan menatap Ilman.
"Nggak boleh. Halalin aja dulu baru ngobrol ampek bosen nggak masalah..." Tegas Faris.
"Ide bagus.." Kata para orang tuang bersamaan dengan kekehan.
"Apaan sih?" Tanya Adiba pada Faris
"Hahahaha." Tawa Faris pecah melihat tatapan membunuh dari Adiba.
"Terus kapan kamu mau halalin putriku?" Tanya Ilman pada Aidan.
"Sekarang boleh?" Tanya Aidan polos. Itu anak polos apa kelewat polos.
"Nggak mau!" Seru Adiba.
"Ngebet banget sih lu Dan.." Kata Faris menggoda.
"Abang sih nggak ngerasain. Udah kaya' orang gila aku nyariin Diba. Dia di Kairokan sendiri..."
"Ada mas Davit." Potong Adiba sebelum Aidan membeberkan semuanya.
"Iya disana ada Davit cs. Nggak mungkin sendiri..." Kata Faris menyetujui.
"Siapa mereka?"
"Calon suamiku.." Jawab Adiba manja.
"Apa!?" Seru Aidan terkejut.
"Hahahha.." tawa Adiba membuat Aidan sadar kalau dia dikerjai.
"Sepupuku gus." Lanjut Adiba.
Vote and commentnya ditungguin sama Adiba...
KAMU SEDANG MEMBACA
Santri Bukan Santri
Diversos. . . . Kisah itu tak terlalu jelas datang sekejab bagaikan embun Namun sangat menyejukkan Pertemuan singkat Kata tegar yang terucap Aku terlalu takut Takut terjatuh dan terluka Pada seorang hambaMu ????????????