Part - 7

241K 6K 91
                                    

Selamat membaca

Author

_

Dinda semakin mundur, menatap takut-takut ke arah Pandu yang semakin mendekatinya. Dengan napas tersengal Dinda mencoba untuk lari, mendorong tubuh Pandu hingga mundur.

Dinda berusaha meraih kenop pintu, membuka-bukanya tapi tidak bisa. Ia menggeram, menendang pintu itu dengan kasar.

"Tolong, Mba Sarah .... tolong." teriak Dinda panik.

Pandu tersenyum samar, memainkan kancing kemejanya lalu perlahan membukanya satu-persatu hingga semuanya terlepas.

Pandu menyukai wanita yang penuh perlawanan, susah digapai dan Pandu akan menaklukan gadis itu, sampai tunduk di bawah kuasanya.

"Sudah?"

Pandu menatap tajam ke arah Dinda yang masih saja memukuli pintu, berusaha membukanya sekuat tenaga yang ia mampu tapi nihil.

Pintu itu sudah rapat Pandu kunci dan tidak akan ada yang berani membukanya tanpa seizin dirinya.

Dinda melihat ke arah Pandu yang masih menatapnya, perlahan-lahan berjalan ke arahnya dengan kedua tangan berusaha membuka ikat pinggang. Dinda meringis dengan wajah memerah, bayangan-bayangan Pandu akan menikmati tubuhnya membuat Dinda semakin memukul kuat-kuat pintu itu.

"Dinda kemari!" perintah Pandu dengan tatapan tajam.

Pandu melemparkan ikat pinggang ke lantai dengan tatapan masih ke arah  Dinda. Dinda berusaha tenang meski perasaannya sangat takut dan tidak karuan.

"Dasar tolol! Kemari!" sentak Pandu geram melihat gadis sialan itu tidak juga mendekatinya.

Pandu berjalan cepat, menarik lengan Dinda kasar membuat tubuh gadis itu membentur tubuh Pandu dengan kuat.

"Kau tidak mendengar ku?!"

Pandu mencengkram rahang Dinda, dia tidak suka pelayan murahannya tidak mematuhi perintah darinya.

"Lepas."

Dinda mendesis pelan menarik-narik tangan Pandu agar melepaskannya.

"Layani aku!" perintah Pandu dengan tatapan seakan menusuk perasaan Dinda.

Dinda menggeleng, berusaha menolak perintah dari Pandu. Ia menginjak kaki Pandu tapi lelaki itu sama sekali tidak melepaskannya sedikit pun.

"Aku tidak mau, lepas."

Pandu menggeran kasar, menurunkan tangannya dari rahang Dinda membuat gadis itu bisa bernapas lega. Pandu melihat wajah memerah Dinda, menarik tubuh kecil gadis itu lalu mengusap wajah Dinda dengan tatapan iblisnya.

"Kau menolak?"

Dinda mengangguk, ia tetap menolak melayani Pandu. Ia tidak mau melayani pria keji seperti Pandu, ada Mia, Asti, dan Sarah yang bisa melayaninya dan memuaskannya tapi bukan dirinya.

"Yakin?!" kata Pandu tersenyum samar.

Pandu menurunkan jari-jari tangannya dari wajah Dinda, menelusup ke leher Dinda lalu menekan leher putih itu dengan cukup kuat.

Wajah Dinda memerah dengan kedua mata terbuka lebar ketika tangan Pandu mencekik lehernya. Dinda memukuli tangan Pandu, menendang kakinya berulang kali.

"Engh, Pan-du."

Suara Dinda semakin terbata dengan wajah memucat pasrah. Napasnya sesak dan dadanya sangat sakit. Air matanya jatuh tanpa bisa ia tahan lagi, Pandu mencekiknya tanpa rasa kasihan sama sekali.

Naked WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang