Selamat membaca
__________________________
Dinda mendesis pelan berusaha menarik lengannya agar lepas dari cengkraman Pandu. Pandu mencengkram lengannya, menarik tubuh Dinda hingga gadis itu keluar dari mobil dan masuk ke rumah.
Wajah Dinda memerah dengan tubuh gemetar, cengkraman tangan Pandu membuatnya harus kuat-kuat menahan segala rasa sakit yang bajingan itu berikan.
"Pandu kenapa?"
Sarah yang baru saja keluar dari kamar menatap bingung kearah Pandu yang tengah menarik-narik Dinda. Rahang Pandu mengeras seakan amarah nya sudah tidak bisa ia tahan-tahan lagi.
"Diam! Minggir!" sentak Pandu kesal.
Sarah tersentak dengan wajah menunduk dan tubuh bergetar, ia minggir memberikan jalan untuk Dinda dan juga Pandu. Selama ini jarang sekali Pandu membentaknya, hanya sesekali dan itu pun masalah diatas ranjang.
Pandu melirik Dinda yang meringis, sedikit membungkukkan tubuhnya lalu mengangkat tubuh Dinda hingga teriakan kecil keluar dari nya.
"Pandu," ujar Dinda berusaha berontak.
Pandu hanya diam saja melangkah dengan cepat menaiki anak tangga. Satu kakinya menendang pintu kamar Dinda cukup keras hingga terbuka, Dinda tersentak lalu mengigit bibir bawahnya.
"Selamat tidur!" desis Pandu tajam lalu melempar tubuh Dinda hingga jatuh diatas ranjang.
"Arghh."
Pandu menyeringai, ia duduk diatas ranjang menatap wajah Dinda yang meringis. Tangan Pandu menyentuh pinggang gadis itu lalu menariknya hingga tubuh Dinda terlentang.
"Brengsek!" maki Dinda menepis tangan Pandu yang akan menyentuh wajahnya.
"Iya aku brengsek!"
Pandu terkekeh pelan mengusap pipi Dinda lembut lalu menamparnya dengan cukup kuat hingga wajah gadis itu terpental kesamping.
Kedua tangan Pandu mengepal kuat berusaha melampiaskan amarahnya kepada gadis itu. Dia tidak suka miliknya disentuh lelaki lain, Dinda sudah berani mengotori tangannya dengan Dimas dan Pandu muak.
Siapapun wanita yang menjadi pelayan ranjangnya tidak memiliki hak untuk berdekatan dengan pria lain. Menjalin hubungan di belakang Pandu seperti Melda dulu, sama saja mengantarkan hidupnya untuk Pandu jual ke pelacuran.
Pandu tidak akan segan-segan melempar siapapun ketempat laknat itu bila sekali saja ia dikhianati. Jangankan Melda atau siapapun, Dinda yang kini menjadi istrinya bisa dengan mudah ia lempar hingga gadis itu memohon dibawah kakinya.
Tangan Pandu merenggut rambut Dinda dengan kuat membuat wajah gadis itu mendongak dengan suara ringisan keluar dari bibirnya. Pandu tersenyum, menunduk kan wajahnya lalu melumat bibir Dinda dengan kasar.
Kepala Dinda menggeleng menolak ciuman Pandu, tangannya berusaha memukuli Pandu namun tidak bisa. Pandu seakan tidak merasa kesakitan sama sekali, ia semakin melumat bibir Dinda meraba-raba tubuh gadis itu hingga meremas dada Dinda.
Tubuh Dinda menggelinjang, menghentakkan kakinya diatas ranjang dengan nafas tersengal dan wajah memerah.
"Aku akan menghukum mu nanti!" ucap Pandu menarik tangannya dari rambut Dinda dan melepaskan gadis itu.
Pandu merpihkan jasnya, menatap Dinda yang masih memejamkan matanya dengan seringai licik. Pandu janji ia akan membuat gadis itu selalu memohon dan bergantung padanya.
Pandu keluar dari kamar Dinda, berjalan cepat menuruni anak tangga. Tatapannya begitu tajam, menatap Sarah yang kini balas menatapnya dengan wajah takut lalu buru-buru pergi ke dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Naked Wife
RomanceDEWASA Digadaikan kekasih sendiri hanya demi perkebunan membuat seorang gadis harus masuk dan terjerumus kedalan neraka buatan kekasihanya. Ia harus rela menjadi pelayan Ranjang dari seorang Pandu. Pria gila, sinting, kurang waras, kejam yang bahkan...