Part - 12

182K 5.4K 174
                                    


Selamat membaca


__________________________


"Bangun!" sentak Pandu.

Ia mengangkat segelas air dingin lalu menyiramkannya tepat mengenai wajah Dinda. Tubuh Dinda tersentak, membuka kedua matanya dengan paksa lalu menatap wajah Pandu yang ada didepannya.

Rahang Pandu mengeras dengan kedua tangan mengepal kesal. Rasanya Pandu sangat ingin mencekik leher gadis itu agar dia tidak bisa bernafas lagi.

Pandu tidak suka siapapun pelayan ranjangnya yang berani hilang kesadaran disaat tengah melayani Pandu. Dinda kehilangan kesadaran disaat Pandu tengah memasukinya dengan sangat nikmat.

"Ak-u." bibir Dinda bergetar, dengan pelan ia berusaha bangkit lalu beringsut hingga ke sudut tempat tidur.

Tangannya meraba-ramba tempat tidur mencari-cari selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya. Namun nihil, tidak ada kain apapun disini hanya ada bantal dan guling yang sudah jatuh berserakan dilantai.

"Hukuman mu belum selesai!" desis Pandu melemparkan gelas dengan kuat hingga jatuh dan pecah dilantai.

Tubuh Dinda gemetar, kedua kakinya terasa lemas dengan nafas sesak. Ia butuh istirahat, tidak mau lagi Pandu terus-terusan menghukumnya seperti ini.

"Jangan sekarang," pinta Dinda lirih.

Pandu menaikan sebelah alisnya, menatap wajah gadis itu yang semakin memucat. Tubuhnya terlihat jauh lebih kurus dari awal Pandu menikahinya.

Ia duduk diatas ranjang, menatap Dinda dengan tajam. Gadis itu semakin menjauhinya, membuat Pandu menggeser agar bisa mendekatinya.

Tatapannya menelisik setiap jengkal bagian tubuh gadis itu, ada beberapa titik luka yang bisa Pandu lihat ditubuh Dinda.

"Tapi saya mau ...."

"Jangan!" sergah Dinda cepat dengan wajah memucat.

Cukup semalam Pandu menyentuhnya berulang kali, tidak lagi untuk hari ini. Dinda masih ingin hidup, ada banyak pelayan yang bisa Pandu pilih untuk menuntaskan hasratnya tapi bukan dirinya.

"Dinda!" Pandu menggeram kesal, ingin sekali menyeret tubuh gadis itu agar mau mematuhinya.

Siapa Dinda, hanya pelayan ranjang yang bebas Pandu tiduri kapanpun ia mau.  Tidak ada hak ia menolak keinginan Pandu karena itu sudah menjadi tugas wanita-wanita di rumah ini.

"Pandu. Masih ada wanita lain."

"Kau menolak?" Pandu tersenyum miring, menatap wajah memucat Dinda.

"Bu- bukan, tapi ...." Dinda gugup ia tidak bisa lagi menyelesaikan kata-katanya didepan Pandu.

Pandu suka melihat wanitanya ketakutan apalagi Dinda, gadis tolol yang selalu menolaknya dengan berbagai macam alasan.

Padahal hidup Dinda sudah Pandu tukar lewat Abil, begitu banyak yang lelaki itu korbankan untuk mendapatkan Dinda. Namun kenyataannya gadis itu hanyalah gadis bodoh yang tidak bisa menuruti segala keinginannya.

"Tapi apa?"

Dengan tangan gemetar, Dinda mengusap wajahnya menatap kearah Pandu dengan berani. Tubuhnya bergeser pelan, mendekati lelaki itu dengan segala keberanian yang ia miliki.

"Maaf," lirih Dinda, duduk di samping Pandu lalu menatapnya.

"Aku tidak butuh maaf mu." Pandu menatap sinis lalu mendecih pelan.

Dinda menghela nafas berusaha untuk tenang, ia ingin berdamai dengan Pandu. Berusaha agar lelaki itu perlahan mau mengembalikan nya ke kampung halaman.

Naked WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang