Hujan turun dengan derasnya, membasahi kota Surabaya malam itu.
"Yaah.. ujan, Ver" ucap Zahara di emperan KFC jalan Darmo.
Seseorang yang disebut Vero tadi hanya berdecak "elu sih, di bilang deliveri aja"
Zahara menunduk. Menatap se-ember ayam ditangannya.
"Yaa, tadi kan gue cuma pengen jalan-jalan" katanya. Sesekali bergerak gelisah karena melihat Vero yang terus melirik jam tangannya.
"Ver, lo.. Pengen pulang sekarang?"Yang ditanya malah menatapnya heran.
"Mau nerobos?"🌠🌠🌠
Sasa berlari menuruni tangga setelah mendengar suara motor memasuki garasi. Itu pasti Vero sama Zahara, Pikirnya.
"Ya ampun kaliaaaan!" teriaknya ketika melihat kedua temannya basah kuyup "udah tau besok ujian malah maen ujan-ujanan. Sakit aja baru tau rasa!" lanjutnya.Itu semua sudah menjadi hal biasa diantara mereka. Lebih tepatnya seperti orang tua tunggal yang merawat ke-enam anaknya.
"Siniin ayamnya! Buruan ganti!" ujarnya yang langsung mengambil ember ditangan Zahara.
.....
"Pokoknya habis gini pada belajar!"
Lagi-lagi Sasa berkhotbah di meja makan. Ditatapnya muka teman-temannya satu persatu.
"Lyra! Belajar dulu baru baru tidur!" ujarnya pada Lyra yang ia dapati sebelum makan tadi sudah terpejam diatas kasur.Tiba-tiba matanya tertuju pada satu kursi kosong disamping Marcella. Sedikit berfikir.
"Vaness mana ya kalo boleh tau?"Victory menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi dan melengos "biasa, jalan lagi"
"WHAT!!" teriak Sasa yang langsung berlari menuju telpon rumah dan segera memencet beberapa nomor.
🌠🌠🌠
"Goal!" seru Vaness girang setelah pertama kalinya Peter, pacarnya, berhasil memasukkan bola basket di timezone malam itu. Hujan deras diluar sana tidak mengusik keasyikan mereka.
Mesin sudah tidak mengeluarkan bola. Dua lembar tiket bonus keluar dari tempatnya.
Vaness menepuk pundak Peter "ah, kamu sih cuma bisa masukin sekali doang!"
"Maaf, gue kan gak jago mainan anak kecil kayak gini" Peter nyengir kuda.
Vaness mengangguk, faham. Permainan ini bukan level Peter yang main otaknya. Tiba-tiba ia mendapat ide.
"Kita main itu aja yuk" teriaknya dan langsung menarik lengan Peter menuju counter berwarna full pink dan tertera papan besar bertuliskan 'Ramalan Cinta'
"Baru tau ada beginian disini" ujar Peter. Pandangannya menyapu seluruh ruangan itu. Ada seorang gadis yang sepertinya sedang dihipnotis diujung ruangan, ada yang mungkin minta dibacakan takdirnya lewat telapak tangan,
"Sepasang kekasih baru?"
Vaness dan Peter kompak menolehkan kepala menuju sumber suara. Ternyata seorang wanita disebrang meja kerjanya.
"Silahkan duduk" kata wanita itu lagi.
"Kalian ingin meramal masa depan?" lanjutnya ketika Vaness dan Peter sudah duduk pada kursi panjang disebrang mejanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VENUS
Teen FictionSeorang gadis lugu yang merelakan cinta pertamanya demi sahabatnya Semua ini tentang persahabatan dan cinta, tentang kesetiaan dan arti sebuah kehidupan Dengan ini kami persembahkan Sebuah tulisan yang mengabadikan persahabatan kita _Oti😘