VENUS 5

37 4 12
                                    

Back to Surabaya...

Tangan Vero cekatan memutar bagian depan teropongnya. Memperjelas titik fokus objek yang sedang di lihatnya. Sempurna. Gumamnya. Kini bintang itu terlihat lebih cantik di ufuk senja yang mulai menguning.

Entah apa yang membuatnya begitu terobsesi dengan bintang yang satu ini. Bintang yang tak pernah berkedip atau lebih tepatnya sebuah planet. Yap, venus.

"VEROOO...!!"

Vero menghembuskan nafas kuat-kuat "panggilan alam" katanya. Segera ia bereskan alat di depannya.

"VEROO! Buruan kuenya udah jadi!"

"Iyeiye, gue turun!" timpal Vero yang masih diatas atap.

...

"Tau gak ti, gue jadi ngasih kalung itu ke Dave" seru Marcella pada Victory setelah menerima sepotong blackforest dari Sasa.

Dengan susah payah Victory menelan kue di mulutnya "serius? Kirain lo cuma bercanda!"

"Hah?" Lyra yang biasanya tak acuh dengan sekitarnya akhirnya nimbrung juga "masa cowo lu kasih kalung?"

"Ya gue mikir keles!" Marcella melebarkan matanya "kalungnya ya kalung buat cowo biar makin macho! Emang lu kira kalung kucing?"

Vaness mendengus, mengurungkan niat untuk memasukkan sepotong kue ke dalam mulutnya "haduh... kok gak bosen ya, tiap hari topiknya si Daveeee mulu"

Marcella menatap tajam kearah Vaness "sewot aja sih lo! Gue suka ini"

GDABRUGH..!!

Belum selesai Marcella berceloteh pada Vaness, ia langsung menujukan matanya kearah tangga, sumber suara. Lima pasang mata di meja itupun melakukan hal yang sama.

"YA AMPUN VEROOOO! ATI ATI DONG! BARU AJA GUE BERESIN!!" teriak Sasa sambil berjalan menuju buku-buku bekas yang terjatuh berserakan di sepanjang tangga. Tak sengaja tertendang oleh Vero yang pandangannya tertutup oleh tas besar di tangannya.

Vero malah berjalan melewati Sasa dan sedikit menubruknya tanpa rasa berdosa "entar gue beresin lagi" ujarnya.

Sasa hanya menghembuskan nafas dan kembali duduk di tempatnya.

"Sabar ya, Sa! Masa depan gak bakal berubah kayaknya kalo sama orang itu" hibur Zahara.

Sasa hanya tertawa "nggak apa. Lagian kalo udah gede entar senyum-senyum sendiri kalo inget kejadian ini" tiba-tiba tangannya menggebrak meja "eh, gimana kalo kita ketemuan 4 atau 5 tahun lagi?"

Lima pasang mata di depannya hanya melongo dan mengedipkan mata bersamaan.

"Dimana emang? Kalo gue udah balik ke Jakarta gimana?" tanya Vaness akhirnya.

"Emm.." Sasa tampak berpikir. Mengetukkan jarinya diatas meja.

Vero datang. Menarik kursi dan membanting tubuhnya, meraih pisau dan mulai menyayat roti di tengah meja.

Merasa mendapat ide, Sasa mengangkat telunjuknya "ah, do'ain ya, moga gue entar punya cafe atau resto, entar kita ngumpul disitu deh"

VENUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang