"Jajan itu mulu si lo, Cell, dari kemaren" ujar Zahara pada Marcella di kantin sekolah pada jam istirahat.Marcella meletakkan mangkuk berisi kuetiau di atas meja nomor 2, markas andalan mereka "suka suka gue dong!" timpalnya. Lalu dengan kasar membanting tubuhnya diatas kursi. Begitu juga Zahara, Sasa, dan Lyra.
Baru saja Lyra akan menyuapkan sesendok bakso yang super pedas ke dalam mulutnya tiba-tiba..
"LYRAA..!!!" teriak Vaness dan Victory bersama dan langsung menarik kursi ke samping kanan kiri Lyra.
"Tau gak Ly, novel lo!!" muka Victory dibuat semelas mungkin.
Ekspresi muka Vaness tak kalah hancurnya dengan Victory "novel lo ketangkep ama harimau, Ly! Padahal gue belom selesai baca"
"HAH?!" seketika Sasa, Zahara, dan Marcella langsung berdiri dari kursinya
Lyra hanya menaikkan bibir kanannya "santai aja, gue udah tau kok" ujarnya singkat.
"Terus, terus, gimana reaksi lo pas tau itu?" tanya Sasa sebelum meneguk es tehnya.
"Yaa, gue minta ganti lah!" jawab Lyra sambil memalingkan pandangannya dari lima pasang mata yang terus menatapnya.
"Eh, Cell.." bisiknya pada Marcella sambil menunjuk seseorang di meja pojok ruangan."Kenapa?" Marcella hanya menyuapkan sesendok kuetiau ke dalam mulutnya. Sebelum Lyra memberi tahu, ia sudah lebih dulu memperhatikan Dave _seseorang yang ditunjuk Lyra_ dari ia membeli makanan hingga duduk bersama teman-temannya.
"Ada yang janggal gak, Cell?" tanya Lyra. Sepertinya Marcella belum menyadari sesuatu.
"Lu kenapa sih Ly? Dave makin cakep? Emang kodratnya kayak gitu dia mah, makin tua makin cakep" Marcella hanya merespon seadanya, tak acuh.
Sasa mendekati Lyra "emang kenapa sih, bu psikolog?"
"Kok kayak headphone si Vero ya?" akhirnya, Victory berhasil menerima apa yang ada dalam hati Lyra.
Marcella mengerutkan dahinya "ih, masa sih?" ia menelan makanan di dalam mulutnya "emang Vero pernah punya headphone kayak begituan?"
"Baru beli kemaren pas di Jogja" jawab Zahara kepayahan karena kepenuhan makanan di dalam mulutnya.
"Mana mukanya seneng banget lagi pas nemu barangnya. Emang dari awal udah niat ngasih kali ya..." tambah Victory. Matanya melirik jail ke arah Marcella. Berniat menggoda saja.
Marcella mendengus "mana si Vero?" matanya menyapu seluruh sudut kantin. Tapi tak menemukan sosok Vero "ih, gue aja gak pernah liat dia pakek kalung pemberian gue. Masa pemberian Vero langsung dipakek"
"Jangan buruk sangka dulu" hibur Sasa setelah melihat mata Marcella yang berkaca-kaca "siapa tau aja kebetulan sama gitu. Emang pabrik cuma buat satu doang?"
"Halah, mungkin headphone Vero ketinggalan atau jatoh dimana gitu kan, terus dipungut sama dia" Vaness yang jarang-jarang ikut bergabung dengan topik pembicaraan Dave akhirnya angkat suara.
Tapi buru-buru di sela Marcella. "Enak aja! Dave bukan tukang mulung! Ambil-ambil barang jatoh,, iyuh!"
"Kalo emang nyatanya gitu?" Vaness tidak mau kalah. Alih-alih membela Vero, orang yang paling dekat dengannya di rumah.
"Enggak, enggak, Cell. Bercanda!" katanya sambil menahan tawa melihat Marcella yang mulai menitikkan air mata. Temannya yang satu ini memang enak banget buat dikerjain.🌠🌠🌠
Vaness melangkah menaiki anak tangga dua kali lebih cepat. Penasaran. Kenapa volume televisi di setel begitu kencang. Sekalian mengisi malam minggunya yang ia kira membosankan. Biasanya, ia sudah berada jauh di luar rumah bersama Peter. Tapi kali ini orang itu harus ke Tangerang, mengikuti upacara pemakaman kakeknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
VENUS
Teen FictionSeorang gadis lugu yang merelakan cinta pertamanya demi sahabatnya Semua ini tentang persahabatan dan cinta, tentang kesetiaan dan arti sebuah kehidupan Dengan ini kami persembahkan Sebuah tulisan yang mengabadikan persahabatan kita _Oti😘