VENUS 11

24 2 10
                                    


🌠🌠🌠

"Udah gitu Van, pas dia nyelametin gue yang hampir kesenggol mobil laknat itu, gue denger suara jedag-jedug gede banget kayak genderang taun baru" cerita Vero menggebu-gebu pada Vaness di teras rumah sore itu. Masing-masing menggenggam segelas es dungdung yang setiap hari lewat depan rumah.

Vaness hanya mengangguk pelan "pasti itu suara detak jantung elo, Ver"

"Enak aja! Ya dia lah!" protes Vero langsung. Menurunkan tangannya yang hendak menyuapkan es ke dalam mulutnya.

Vaness menutup mulutnya. Tertawa. "Veroo... Vero! Yakin banget kalo itu suara detak jantungnya. Emang lo sedeket apa ama dia?"

"Orang kuping gue pas depan dada dia"

"Astaga!" pekik Vaness. Untung saja es yang sudah ditelannya tidak kembali ke kerongkongannya "jadi intinya, Venus peluk kamu?" dan pertanyaan Vaness langsung membuat Vero mengerutkan dahi karena kata 'kamu' yang sangat jarang sekali Vaness menggunakannya.

"Yaa.. gitulah," jawab Vero singkat sebelum akhirnya diam lama.

"Dari cerita-cerita lo tadi, kayaknya lo lagi falling in love" ucap Vaness ditengah keheningan yang tiba-tiba saja hadir entah dari mana.

"Falling in love?" Vero menelan sesuap es di mulutnya susah payah.

Vaness tersenyum. Ia kira gadis di sampingnya tak akan merasakan cinta seperti dirinya. Ternyata, pengorbanan Venus terhadap Vero lebih besar dari semua kebaikan Peter kepadanya.
"Yaa, mungkin lo udah mulai suka ama orang yang lo sebut Venus itu"

"Sekate-kate banget lu ngatain gue suka ama gumpelan upil kayak dia!!" bantah Vero dengan semangat 45 sampai tak sadar bahwa pantatnya telah berpisah dengan kursi yang didudukinya.

Vaness tertawa terbahak melihat Vero yang jarang-jarang salah tingkah "udah! Gak usah bohongin perasaan" ya.. walaupun selama ini gue selalu bohongin lo tentang orang yang lo sebut Venus itu.

🌠🌠🌠


Venus berjalan riang menuju kelas 11-C, kelas Vero. Sebuah headphone putih sedikit terayun ditangannya. Ia sangat bahagia ketika melihat sebuah headphone putih di salah satu counter gadged. Sama persis seperti miliknya. Lebih tepatnya pemberian Vero.

Semalaman ia tak bisa tidur. Memikirkan cara menghilangkan rasa sesak di hatinya.

Ya, sesak karena seseorang yang secara tiba-tiba hadir ditengah hancurnya hidup karena kehilangan satu-satunya adik dan ia yakin tak mungkin ada lagi yang sepertinya. Tapi keyakinan itu hilang karena sekarang ia menemukannya.

Ya, seorang gadis yang awalnya hanya ia pandang sebagai adiknya saja. Dan sekarang, gadis itu membuat rasa sesak di hatinya semakin menyiksanya saat menyadari bahwa kini ia memandang gadis itu layaknya wanita biasa.

Venus tersenyum, memandang headphone ditangannya. Semoga rencanamu tidak sia-sia! Ia bermonolog di dalam hati.

"Suki"

Venus menghentikan langkahnya tepat di depan pintu kelas Vero setelah mendengar kata barusan. Ia melihat kondisi dalam kelas lewat celah pintu yang tak tertutup rapat.

Nafasnya tertahan sesaat setelah menemukan sosok Chikyu yang tengah duduk tepat didepan bangku Vero, memutar tubuhnya hingga menghadap kebelakang berhadapan dengan gadis yang sebentar lagi akan menjadi miliknya.

VENUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang