"Kasa lagi, Ryu!" ujar Chikyu pada Ryu di sampingnya. Ia masih menahan darah yang masih terus mengalir dari jempol Vaness.Zahara, Marcella, dan Sasa yang juga berada di pos 2 hanya memperhatikan tangan Chikyu yang begitu cekatan. Sesekali menenangkan Vaness.
"Oh iya" Chikyu memecah keheningan. Tangannya masih sibuk melilitkan kasa di jemari Vaness "gue ninggal Vero, gimana nih?"
"Vero?" Dave yang berada disitu langsung memasang muka khawatir.
Seketika halilintar lokal menyambar tubuh Marcella. Berarti bener, mereka udah saling kenal. Pikirnya dalam hati.
Dave segera berlari keluar dari pos 2.
"Biar gue yang jemput"🌠🌠🌠
Vero menghadapkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Sesekali ia tengadahkan kepalanya menghadap pepohonan yang menjulang.
"Tadi tempatnya dimana sih? Disini kan?" tanyanya pada dirinya sendiri."Katanya minta dicariin ini" ia mengangkat kayu panjang di tangannya "sekarang malah ditinggalin"
Vero terus saja melanjutkan jalannya entah kemana tujuannya. Matahari semakin bergeser ke sebelah barat.
Tiba-tiba matanya membulat "lah, kok jadi tebu tebu gini sih?" lalu mengedikkan bahunya, melanjutkan lagi jalannya. Berusaha menenangkan diri, walaupun sebenarnya jantungnya berdegup kencang.
🌠🌠🌠
Kabut mulai merambat ke bawah dari puncak gunung. Beberapa kali kilat menyambar.
Vero semakin gusar. Boleh saja teman-temannya menyebutnya bocah nekat yang tidak takut apa saja, tapi ia tetaplah manusia. Ia terus saja menyusuri tebu-tebu setinggi dirinya yang tidak ada habis-habisnya.
Tiba-tiba jajaran tebu di depan Vero bergoyang hebat. Seperti ada sesuatu yang berlari menujunya. Ia memegang kuat kayu panjang di tangannya. Bersiap menyerang.
Langkah itu semakin dekat, dan..
BUAKK!!
Butuh sepersekian detik Vero paham jelas apa yang ada di depannya. Sampai akhirnya ia melempar kayu di tangannya.
"Venus?!"
"So,sori, sori..!! Lagian lo gak ngomong dulu sih kalo itu tadi elo!"Dan Vero tetaplah Vero. Dia tidak akan pernah merasa bersalah.
"Gak apa, yang penting lo ketemu" Venus menghembuskan nafas lega.
"Kok bisa sampe sini sih?"Vero hanya mengangkat bahunya.
CTAARR!!
Petir mulai ramai menyambar. Gemuruh guruh mulai bersahut-sahutan. Beberapa daun mulai basah oleh air hujan."Yah.. Ujan. Gimana nih?" Vero memeluk ranselnya.
Venus melihat sekeliling. Yang ada hanya tanaman tebu yang menjulang. Tiba-tiba pandangannya tertuju pada rel di bawah kakinya.
"Emm, kita ikutin ini aja yuk. Siapa tau nyampe pabriknya" langsung menarik tangan Vero dan berlari.Belum sempat bertemu dengan ujung rel kereta itu, mata Venus menangkap sebuah atap rumah. Ternyata sebuah vila kecil di sebrang jalan setapak.
Akhirnya mereka berteduh di teras vila tersebut.
Sesekali Venus melirik Vero. Memperhatikan ujung rambutnya yang terus meneteskan air.
"lo.. kedinginan?" tanyanya menyadari suhu kota Batu yang lebih rendah dibanding Surabaya. Di tambah hujan dan hampir malam.

KAMU SEDANG MEMBACA
VENUS
Ficção AdolescenteSeorang gadis lugu yang merelakan cinta pertamanya demi sahabatnya Semua ini tentang persahabatan dan cinta, tentang kesetiaan dan arti sebuah kehidupan Dengan ini kami persembahkan Sebuah tulisan yang mengabadikan persahabatan kita _Oti😘