Happy Reading"Tapi apa yang tampak kau lihat, belum tentu benar adanya."
☣️☣️☣️☣️
Jopan menerima telpon murka dari kepala sekolah. Salah satu murid pria itu sedang terjaring razia dan di bawa ke kantor polisi. Segera ia memacu motornya dengan kecepatan tinggi.
Menyalip dan sesekali masuk jalur khusus Bus pria itu lakukan. Bahkan ia sempat mengumpat kesal, kenapa harus dirinya yang bertanggung jawab atas kesalahan muridnya yang sudah jelas di luar sekolah.
Setelah memarkir motornya, Jopan setengah berlari dan meminta bagian informasi mengarahkannya ke ruangan dimana muridnya itu berada.
Ia mengatur napas, lalu berjanji akan menghukum berat atas apa yang dilakukan muridnya itu. Kakinya melangkah mendekat dan tiba-tiba terhenti. Melihat dari jarak dua meter muridnya itu berada.
Kejutan!
Sungguh di luar dugaan. Murid yang membuatnya kesal setengah mati ternyata Jola. Gadis introvert, yang selama dua tahun terakhir menduduki peringkat satu.
Ada apa denganmu, Jola? Ia bertanya dalam hati.
"Apa dia keluargamu?" tunjuk Polisi itu dengan dagunya saat melihat seorang pria memperhatikan Jola dari belakang. Ia menoleh kebelakang dan refleks bangun dari duduknya lalu berjalan cepat ke arah Jopan yang masih diam di tempat.
Deg!
Jantung itu. Jantung Jopan nyaris meloncat dari tempatnya. Bagaimana tidak? Gadis yang membuatnya berdebar tadi siang tiba-tiba memeluknya.
Ia menelan salivanya sendiri. Berharap Jola tidak mendengar degub jantungnya, yang semakin nyata seolah memantul di luar dadanya. Terlalu kaget dengan apa yang ia rasakan. Sesaat mereka terdiam dalam posisi itu. Hingga terdengar deheman sengaja dari polisi di depannya.
Jopan mendorong bahu Jola sedikit menjauh. "Jangan khawatir, Bapak akan mengurusnya." gumamnya, suaranya sedikit bergetar karena gugup. Akhirnya gadis itu merasa lega setelah tiga jam berada di tempat itu.
"Maaf, dia anak didik saya, Pak." Ujar Jopan setelah berjabat tangan dengan polisi itu. Sementara Jola diperbolehkan keluar dari tempat itu.
Polisi menjelaskan kronologi atas apa yang terjadi dengan murid SMA itu. Sembari memberi selembar kertas berisikan pernyataan yang ditulis Jola.
Pernyataan kenapa dirinya ikut terjaring razia di tempat prostitusi, yang sedang gencar di sorot media. Jopan menarik napasnya lega, dan segera menanda tangani surat penebusan untuk Jola.
"Ini saya kembalikan ponselnya, ia tidak mau menghubungi orangtuanya. Jadi, saya mengambil ponselnya dan memeriksanya dan ... entahlah, mungkin ponsel ini baru. Masih kosong," tutur Polisi sambil menyerahkan ponsel itu padanya.
"Saya, mewakili atas nama sekolah meminta maaf atas kelalaian siswa kami. Terima kasih atas bantuan Bapak tidak membiarkan media meliputnya." Kata Jopan mengambil ponsel milik Jola dan memasukkanya ke dalam tas yang ia kenakan.
Jopan kembali berjabat tangan dan mengakhiri perbincangan mereka.
Sementara Jola menunggu di luar. Bersandar ke dinding sambil menghentak-hentakkan ujung sepatunya ke lantai. Hal yang biasa ia lakukan kala bosan menunggu.
"Kau sudah menghubungi orangtuamu?" Tanya Jopan setelah keluar dari dalam.
Jola menggeleng.
Sebenarnya, Jopan masih belum mengerti kenapa gadis itu tidak menghubungi orangtuanya. Kalau saja bukan karena seragam yang ia kenakan polisi sudah membiarkannya diliput media bersama orang-orang yang ikut terjaring di tempat itu.
Jopan mengamati tingkahnya yang masih saja menunduk dan membisu. Tapi ... entah kenapa rasa kesal yang ia pendam berubah menjadi prihatin. Hatinya terluka setelah mengetahui alasan Jola berada di tempat haram itu.
Jopan menunduk dan memperhatikan ikatan tali sepatu Jola terlepas. Ia bingung kenapa gadis pendiam itu membiarkannya padahal ia jelas melihatnya. Jopan, mendekat lalu berjongkok. "Kau bisa jatuh nanti." ujarnya sambil mengikatkan tali sepatu gadis itu.
Kaget.
Itu yang dirasakan Jola, ia merasa malu dan gugup.
"Ok! Sudah rapi. Ayo Bapak antar pulang." Ujar Jopan, kemudian melangkah dan diikuti Jola menuju parkiran.
Sebelum mengenakan helem, Jopan melihat arloji yang melingkar di tangannya.
Setengah sembilan malam, lewat kaca spion ia melihat Jola seperti kebingungan naik ke atas Ducate (Motor Gede) miliknya. Mungkin karena Jola masih mengenakan rok sekolahnya.
Jopan tersenyum sembari menepuk pundaknya memberi kode pada Jola. Dengan bantuan pundak Jopan ia berhasil duduk di atas motor dengan nyaman.
Sebagai kota Metropolitan, macet sudah menjadi hal biasa. Kelap-kelip lampu dari gedung pencakar langit menjadi pemandangan yang indah di malam hari.
Begitupun dengan Jopan ia sangat menikmatinya.
Tetapi berbeda dengan gadis yang diboncengnya. Ia justru merasa bosan. Embusan angin dan klakson yang saling menyahut seperti dongeng yang siap mengantarnya ke alam mimpi. Entah sudah berapa kali ia menguap dan berusaha melawan rasa kantuk.
Benar saja, tidak lama kemudian gadis itu tertidur. Tanpa sadar kepalanya sudah menyender di punggung pria itu.
Jopan menoleh kebelakang sembari memelankan laju motornya dan menepi. Diraihnya tangan Jola kemudian melingkarkannya di perut.
Jopan tersenyum sambil melajukan motornya dengan satu tangan. Sementara tangan satunya mengeratkan tangan Jola agar tetap melingkar di perutnya.
☣️☣️☣️
Jola, menggeliat di tempat tidur. Suara alarm dari jam weker berhasil membangunkannya. Berlahan ia membuka mata dan mengumpulkan kesadaranya dan ...
Dimana aku? Ia bergumam menyadari dirinya berada di kamar orang asing.
Bersambung
🔜 Coba ditebak apa pekerjaan Jola?
🔜 Di kamar siapakah Jola tidur?INGATKAN KALAU ADA TYPO DAN SALAH PELETAKAN TANDA BACA YA.
Jangan lupa klik tanda ⭐ itu ya. Makasih
Jakarta, 23042018 813k

KAMU SEDANG MEMBACA
WALI KELAS
Fiksi RemajaCerita pertama terinspirasi dari drama School 2017. Alur cerita sangat berbeda. Silakan di baca dan beri dukungannya dengan cara : Baca - Komen - Vote. _______________________________________ Apa yang membuat Jopan seorang guru penasaran pada muri...