Happy Reading
Jopan kecewa atas apa yang ia dengar di ruang kesehatan. Terlebih, rasa sesal merasuk ke dalam hatinya, seharusnya ia tidak mengizinkan Hinaya bertemu kepala sekolah sendirian.
Jopan menyalahkan dirinya atas kesedihan yang di rasakan Jola.
Kenapa dan ada apa dengan kedua orang itu? Jopan membatin di setiap langkahnya
Jopan tak menyangka kalau niat baiknya menjadi masalah di antara mereka.
langkah kakinya terhenti tepat di depan pintu kepala sekolah. Ia mengatur napasnya pelan, sebelum ia mendaratkan ketukan di daun pintu pemilik ruangan itu."Masuk!" Terdengar suara dari dalam, Jopan menekan knop pintu dan masuk
"Oh, Pak Jopan, kebetulan saya juga ingin memanggil Anda. Silakan duduk!" Kepala sekolah mengakhiri aktivitasnya, dan bangkit dari kursi kerjanya, berjalan menuju sofa yang di peruntukkan untuk tamu di ruangan itu.
"Apa ini mengenai Jola?" Seolah mengerti maksud tujuan Jopan, kepala sekolah berujar sembari mengambil posisi duduk menghadap Jopan.
"Benar pak," Lirih Jopan mengangkat kepalanya yang tertunduk.
"Katakan!"
"Begini pak, saya kecewa atas persuasi yang Bapak terima dari orangtuanya Jola,"
"Maksud Anda?"
Wajah kepala sekolah yang tadinya meramah berubah datar. Tersinggung? Tentu. Itulah yang ditunjukkan kepala sekolah saat itu. Untuk pertama kalinya seorang bawahan menegurnya.
"Saya dengar ..."
"Maksud Anda saya menerima suap?" Jopan terdiam, mengiyakan.
"Keterlaluan, bagaimana bisa Anda menuduh saya seperti itu, Pak Jopan? Anda punya bukti?"
Bukti? Jopan hanya menyampaikan hasil mengupingnya di ruang kesehatan tadi.
"Saya hanya menyampaikan apa yang saya dengar pak," ujar Jopan mengecilkan volume suaranya. Sesekali ia mengalihkan pandanganya, tatapan pria yang di hadapannya itu sungguh membuatnya tak nyaman. Tajam dan tak berkedip barang sekalipun.
"Anda boleh beropini, tapi jangan membuat nama baik saya di sekolah ini buruk. Anda tahu? Pencemaran nama baik ada hukumnya."
Shit
Perkataan kepala sekolah membuat Jopan tak mampu berucap, tampang dan suara tegas pria tua itu sangat menyakinkan. Ia lihai bersandiwara layaknya pemenang oscar. Menyangkal dengan apik tanpa beban.
Jopan kalah, pembelaan yang ia lakukan berujung sia-sia. Pria malang. Ia tertunduk lemah sembari meremas ujung kemejanya.
Kepala sekolah menarik napasnya dan berlahan mengeluarkanya.
Lega ....Guru muda yang di depanya itu ternyata sangatlah polos.
"Baiklah, aku akan menganggap ini sebuah kesalahpahaman antara kita. Tapi, untuk lain kali Pak Jopan harus lebih berhati-hati menyampaikan sebuah tuduhan. Sertakan bukti agar Anda tidak tersudut," ujar kepala sekolah menyindir.
Hening ....
Saling diam dengan posisi masing - masing. Kepala sekolah memijit pelipisnya, berharap Jopan mengatakan sepatah kata penyesalan atas asumsinya.
"Apa masih ada yang ingin Pak Jopan sampaikan?" Akhirnya ia memecahkan keheningan yang mereka ciptakan.
Jopan memejamkan mata mewakili rasa kecewanya, terlebih pada dirinya sendiri. Merasa tak ada lagi yang akan dibahas, ia bangun dari sofa dan memberi hormat pada kepala sekolah, melangkah menuju pintu tanpa sepatah katapun.

KAMU SEDANG MEMBACA
WALI KELAS
Novela JuvenilCerita pertama terinspirasi dari drama School 2017. Alur cerita sangat berbeda. Silakan di baca dan beri dukungannya dengan cara : Baca - Komen - Vote. _______________________________________ Apa yang membuat Jopan seorang guru penasaran pada muri...