Jantungku berdebar kencang, aku menutup kedua mataku dan menghirup nafas dalam-dalam.
"Tidak masalah Ana, mungkin Mama sedang lelah."
Aku melangkahkan kakiku menuju kamar dengan perasaan kecewa, aku berusaha untuk tidak marah pada Mama, dan aku berhasil melakukannya. Mana mungkin aku bisa marah dengan seorang wanita yang sudah mempertaruhkan nyawanya untuk melahirkanku.
Aku duduk di sofa mini yang letaknya tepat di depan televisi yang ada di bilikku, kusandarkan punggungku di kepala sofa. Tanganku menggapai rimot televisi yang berada tepat di atas televisi. Ibu jariku menekan tombol di rimot.
"Wahh IKON!"
Eonjena neon gateun jarie 🎶
(Kau selalu menungguku)Hangsang nal gidaryeotjiman 🎶
(Di tempat yang sama seperti biasa tapi)I was gone I was gone I was gone I was gone 🎶
(Aku sudah pergi aku sudah pergi)Air mataku jatuh, kenangan-kenangan itu seakan mendobrak pintu pikiranku.
"Karena kau!!"
"Kau anak pembawa sial!"
Babogati nareul mitji ma 🎶
(Jangan percaya padaku seperti orang bodoh)"Tidak apa-apa, Ana. Kakak bersamamu."
Yeongwonhi neol jikigetdan mal 🎶
(Aku bilang aku akan melindungimu selamanya)"Cepat tarik Ana, kak. Ana takut!"
Geojitmal geojitmal 🎶
(Tapi itu semua bohong, bohong.)*IKON - Apology
"Dia sudah tiada"
Tersentak dari kenangan itu, aku secepatnya mematikan televisi dan menghapus air mataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Eyes (SEGERA TERBIT)
General Fiction⚠️SEBAGIAN CERITA DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN⚠️ 📌 Akan diterbitkan oleh SIAO MEDIA Apakah jika aku mengakui mata ini bukan milikku, kisah 10 tahun yang lalu akan berhenti menghantuiku? Story by : Ranaragu