Lalu Arumi melempar benda tersebut, berputar seperti gangsing, tanpa disangka oleh Trisuputra, seorang telah datang mengambil benda tersebut "murid memberi hormat pada guru" seorang wanita umur pertengahan sudah membungkuk, "benda pengundang setan" gerutu Trisuputra leket-lekat memandang benda ditangan Narta "ehm, kenapa kau baru muncul sekarang anak bodoh" Narta menjawab sambil barlutut "hamba mendapat berita tuan-muda Arya Indraguna dan nona Sumitra menghilang sudah dua-hari" Arumi melotot mendengarkan perkataan Narta "jangan asal ngomong kau, cepat katakan terus terang saja!" Narta mulai gugup "benar guru setelah kejadian di pasar bersamaan dengan itu mereka menghilang"
betpa cemas Atumi dibuatnya sepuluh tahun yang lalu empat-setan-pelindung-ashrma-bambu hapir mati terbunuh oleh keroyokan beberapa partai, belakang ini diketahui hanya penyamaran untuk hancurkan Ashrama-Bambu, pada saat itu empat-setan-pelindung-ashrama-bambu tidak mampu berbuat apappun, idmana tugas utama dari empat-setan-pelindung-ashrama-bambu melindungi Ashrma-bambu dari setiap ancaman 'cepat kau bangun!' perintah Arumi dengna cepat Narta bangun dari tempatnya 'sekarang kenapa kau datang tidak temui aku?' ditanya seprti itu Narta menoleh pada Trisuputra, 'aku ada urusan mau pergi, bibi, hamba berpamitan' kata Trisuputra lalu beranjak dari sana.Narta menghentikan langkah Trisuputra 'mau kemana dikau?' megirim sebuah tootkan 'tidak kena' geram sekali Nartaserangan pertamanya luput, lalu mengirim serangan berikutnya mengincar daerah pinggul tapi dengan goyangkan badan trisuputra dapat menghindarkan, kontan sekali Narta mulai gemad sia ingin menedang Trisuputra dengna seerangan kilat, hampir saja Trisuputra terjengkal akibat serangan ini, tapi tiba-tiba angin sumilir lewat, Narta tarik serangan, tapi kakinya kali ini tertuju menyapu Trisuputra meloncat, bersamaan itu pula datang angin sumilir meskipun lembut, tapi Narta mengetahui angin ini dapat patahkan kakinya, dengan gemas menarik serangan.
Narta dengan gemas melirik gurunya yang seprti pura-pura tidak melihat keheranan Narta, Trisuputra melihat Narta sudah agak tenang 'kau mau bunuh aku, ya, NENEK PERIANG"NARTA mendelik 'bila bisa aku kuliti mulutmu' kata Narta garang, Trisuputra tersenyum konyol 'kau mengejek aku ya' kata Nara anak-murid Asrama Bambu paling tinggi ilmu silatnya, tidak-ada satupun yang mampu menadingi murid Arumi ini yang segenerasi dengan dirinya, Narta juga sebagai Kyai Barat, mengusai daerah di barat danau-besar, dia amat takut bertemu gurunya yang galak, dari dulu apapun keinginan sang guru pastilah dia turuti agar tidak dimarahi sang guur yang sudah merawat dia semenjak bayi, ditinggalkan orang-tua di sudut ruangan Ashrama Bambu.
Arumi melirik Narta 'kau beranai berbuat seperti itu dihadapaanku' Narta tertunduk malu tidak berani menoleh 'sudah aku katakan kepadamu berulang kali, antara anak murid Ashrama Bambu tidak boleh saling bertengkar, harus membantu antara sesama, apakah kau lupa ajaranku itu Narta?" diomeli seperti itu Narta semakin segan terhadap gurunya sama sekali tidak berani ngomong 'kenapa kau diam, apakah denga begitu semua masalah akan selesai?" Trisuputra ikut bicara 'makanya jangan sala adu kekuatan mentang-mentang paling kuat' Narta tersenyum juga mendengarkan pengakuan Trisuputra 'hai, ditanya malah tersenyum, kau mengejek aku ya?' bentak Arumi semakin menjadi, Narta hanya bisa tertunduk.
Arumi melihat Narta sduah menunduk, dia mengerti sekali sekali keadaan muridnya itu 'aku pernah ajarkan kau menjadi orang bisu?" suara Arumi lirih, Narta masih menunduk diam, baru beberapa saat dia berani bicara 'murid memang salah, mengetahui guur berada di sini tidak menemui guur, sungguh murid minta maaf' Arumi berkata lagi 'bagus, bagus, dikau sudah akui kesalahan aku sudah senang, apalagi kau mau meminta maaf' Narta mengangguk 'adik trisuputra maafkanlah kakakmu ini' dijawab oleh Trisuputra 'setiap manusia memiliki kesalahan, tidak-ada yang sempurna, apalagi timbul niat menyesal patut dimaafkan' dengna nada seperti orang bijak, Arumi begong juga 'kau dengar itu! adikmu saja bisa berkat seperti itu'
Narta sudah geregetan mendengarkan perkataan Trisuputra, bagaimana tidaktadi dia ditipu mengatakan bahwa Gurunya tidak berada disana, serta menyuruh dia membelikan beberaap buah apel unuk gurunya karena sebentar lagi beliau akan datang, setelah asap mengepul, bodohnya Narta percaya meskipun sudah ditipu beberapa kali, tapi dia berpikir sejak kapan adiknya ini pandai menasehati 'bailah guur, tapi maafkanlah murid masih ada urusan' kata Narta, langsung meloncat pergi, Trisuputra dan Arumi saling memandnag, lalu Trisuputra berkata 'hai, anak itu masih liar saja, bibi mari kita pergi!' entah kenapa Aurmi mengikuti dari belkang menuju Kandang-kuda, setelah sampai di kandang-kuda, Arumi baru sadar 'hai, Trisuputra kurang jar benar kau' Gandhakusuma telah menoleh pada Arumi, 'ada apakah?' tanya Gandakusuma, Arumi urung marah karena malu dengna apa yang terjadi tadi bila diceritakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ashrama Bambu 1 : Urusan Sepuluh Tahun Lalu
Teen FictionCerita Silat tentang Ashrama Bambu