perempuan bercadar mengamti tumbuhan air, melihat tumbuhan enceng gondo berpidnah tempat denga teratur dia sediki bernafas lega, 'apkah penah dia menanyakan diirku?' Kayi Komara beerpaling 'kau rindu?' 'tidak' 'dari ekspresimu kau pasti rindu' dia berapaling ke jrusan Kyai Mrdu dan Dewi Haima 'bila ketumu kan aku ubah dia jadi perkedel busuk' 'hahahha, hati perempuan' melmpar batu ke tengah daanu 'apa yang ke ketahui' 'begitu kucing bertemu ikan' 'kau salah' 'apabila tidak ada orang ksamawan, ksmawan itu kesabarany tidak bedanya dengan tanah, dalam hal keteduhan tentu tiak ada persaudaraan yang sejati, sehingga napasu-nasu amarah tentu tidak ada yang menyelubungi segala mahluk yang mangakibatkan akan terjadinya perselisihan'
sebaiknya kau simpan nasehamu pada Raja Bhineka' Kayi Komara terdiam sesaat 'semakin kau benci semakin cinta' Suya sudaha menei di sebelah perempuan berkedok 'bolehkan aku begabungN' 'adalam parodi orang gagal' kata perrempuan bercadar 'siapa yang gagal?' 'aku kakaku, kau sangat serasi denga kaka cambuk emas, memiliki anak gagah amara beseta ketiga menatumu, puas' medelik 'kau menggejek' 'oha tidak berani seipa benai dengan dewa pemikat sukma, memiliki ketuuran tiada cela seprti putri Aswini menantumu terkasih 'Kayi komara tersenyum 'siapa itu PUtri Aswini nenek' peertayaan surya membuat permuan berkeduk menuding ke arah SUrabhi 'kenapa kai tidak menayakan pada"
sesaat mata Surya mengamati kedua sejol yang sedang bermain di tepian danau 'tapi sayang ' 'apa yang kau khawatikrna adik ipar' dibalik cadar perempuan bercadar 'dikakah kau kasihan denga kedua cucu kembarmu' mata Kyai Komara melihat kuat ke arah permpuan bercadar 'jagna padngai ak useprti itu, cuucmu surabhi membawa lari anak perdana mengteri kedua seta cucumu ini' menghendtikan kata-katanya, betiu bentrok mata denga Surya, dia merasa berdidik melihat tatapan tajam Surya, 'kenapa kua tatap aku serpti itu?' Surya hanya tersenyum 'bila sudah sampai di ashrama Bambu tentu akan aku nikahkan mereka' 'hampir aku lupa ayah sudah meeamar di kapal' kata perempuan bercadar bangkit berdiri
'aku ingin pergi bosan aku disini'
'mau kemana?'
'apa mau mencari kakak Raja BHineka'
menatap USrya denga aneh 'bila ketemu kau beset tubuhnya'
hati'hatihatilah musuh banyak berkeliaran'
'kalian kira aku anak kecil'
'petak umpet denga Narata dan Puspa'
'kau bisa ambil dari tiga kurcaci dari barat'
'semoga begitu'
dengan sekali loncat tubuh nenek bercadarmelayang pergi, 'tidak perlu khawatir dia tidak aka apa-apa' menghentikan langkah Surya.
Kayia kOmara lalu meloncat turun, kemudian menepuk bahu Surya 'sduahlah biarkan dia pergi, mari temui mereka' denga santai Kya Komara berjalan diikuti oleh Surya 'ehm' dua raong sejolo didepan gegelagapan berbalik 'kakak, engkau mengejutkan kami, bagai bila kami terkena serangna jantung' Kayi kOmara malah tertawa 'kalian ini masih saja seprti dulu, dimanakah kalian bersembunyi bhakan kerajaan dapt kalian kecoh' Kyai Mrdu menatap Dewi Haima 'kami tinggal disebuah lubang tnpa sengaja kami terjatuh disnana' 'kirana katakan kalian berada tidak jauh dari kotaraj, kenapa tidak terus melapor saja?' nada sura Kyai Komara penuh humor.
Kayi MRdu tersiam beberap saat 'saat itu adik sduah lumpoh total. sednakgan aku kehilangna tenaga dala' Kayi Komara kernyitkan dahi' bagiman kalian dapt bertahanN' tanya Suray denga pelan 'pertama kali trjatuh memang kami pingsan, setelah sittrirahat selama satu minggu dengan meminum embun, tenagku cepat pulih, untuk mengobati luka kami mengumpulkan tumbuhan yang ad disana' 'kenapa tidak mengirim tanda' 'sudah tapi selama lima tahun tiada hasil' 'selma lima tahun' 'ya, kami sduah mencoba baru pada tahun keenam kami sembuh, dari luka' 'sungguhsengsara hidup kalian, tunggu saja merka' kata Kyai Komara tegas
KAMU SEDANG MEMBACA
Ashrama Bambu 1 : Urusan Sepuluh Tahun Lalu
Novela JuvenilCerita Silat tentang Ashrama Bambu