semua orang saling memandang, tidak mengetahuidimana arah mata angin, disekitar mereka hanya terlaihat gedungtinggi 'aku hanya melihat gedung-geding tinggi, ah, apakah kita telah sampai di kota Subiya' kata Kayi Mahareta ketua partai Selaksa Racun Lebah'hai, kau buta Kyai aku melihat begitu banyak jamuanseerta pakian indah, set apra pria tampan berbakian dibawahdada sedang melayani para muridku' kata Dewi Yogi denga tersenyum-senyu sendirimemuat para murdinya malu sendirimeliaht tingkah gurunya.
seroang pemuda dari partai Banaspati terlihat amat girang meliaht pemandangan sekitar, tapa sadar di berteriak pada furunya 'lihat guur para murdi partai Selendang Unggu merka telanjang, wow, sangat mepeesonakan diri, kemarilaah guru, kemarilah mari kita nikamti tubuh mereka" Kayi Anagha sudah menempeleng muridnya yang berkata kurang ajar dihadapan para ketua partai apalagi Dewi Yogi ketua partai Selendang Unggu telah berada disana 'kau memiliki murid cabul Kayi Anagha, cepat kau serahkan padaku, utuk menrima hukuman' terlihat wajah dewi Yogi sduah panas membara.
dilain pihat Petak Suwetha partai Ulat Sutra, Partai Jara, parti Srigala, Partai Sastrawan Tangna sakti mengikutinya merka sempa berkeliling id sekitar hutan, namun akhirnya mareka ceapt sadar 'he kita berhenti sebentar, apa kalian tidak merasa sesuatu yang aneh' kata Kyai Mahateapa semua empat partai kontan berhenti 'kita telahterpecah dimana yang lain?' Kayi mantra menjenguk Partai Srigala yang dipimpinya, Kayi Sarwatsarakara sudah mencak-mencak, karena kehilangna arah 'habis kita tellalu fokus pada si petak Suwetha, ah, lihaltah pusat Ashrama Bambu sedah jau sekalai, ehm, kita akan gagal menuntu balas' kata dewi Pramanam.
MEreka semua kembali berkumpul, para tetua dari empat Parti segera berunding 'entah dimana kita sekarakng tapi kita harus melihat kedaan' para tetua saling bertukar pandang 'kita terllu memandang tendah empat roh penunjuk jaln Asshrama Bambu''bukanyakita telah salah langkah sebnatar lagi ulang tahun Ashrama Bambu, kenapa kita tidak emneyrang waktu merka ulang tahun, maka kan lebih mudah masuk, tidak seprti sekarang' 'kau sangat kurang ajar kayi Mahatapa, kenaap kbaru katkan sekarang suah terlambat, ktia sudah terjebak' 'kalainalupa Ashrama Bambu sangat mulai bila sekarang kita berdamai'
semua orang berbelallak mendengarkan anjuran Kyai Mantra, namun seroang tetua partai uLat Sutra sudah bangkit 'kami tidak sudah berdamai denga yang telah membantai sebagaia sadura kami, bukankahbegitu ketua?' Dewi Pramana ditanya seprti itu terkejut sebenarnya dalam hatinya inging mengikat mengikuti kata hari Kayi Mantra, 'oh, tentu saja, bila kalian hanyakumpulan banci apa bila kejantanan kalian dicopot ' Kayi Sarwatsarakara bersama ketua partai jara laina bangkit berdiri 'jaga mulutmu ketua1' 'kala bukan banci lalu apa?' 'kami masih teguh epndirian tiedak sepngecut Srigala meonglong di kegelaapan".
mendengar perkataan tetua Partai jara semua anggota partai Srigala bangkit berdiir, merkasemau mecabut senjata 'bial da orang padnai di dlam Partia jara bolehlah kami minta peklajaran' 'apakah diantara anjingbuudk memeiliki otak aeenk untuk berpkirr?' Kayi mantra ingin haentikan anggotanya, agar tidak terjadi eprtempuhan darah yang malah akan membuat persatuan mereka bterpecah belah, namn perkataan tetua partai jara sangat menyinggung perasaan 'bangsat hina pengemsi busk penghiaank celaka ayo serang' bentak Kayi Mantra dua tetua partai saling bmemberi kode berusaha hentikan pertarungna.
Kaliya dewi ynag tidak ikuti langsung menuju ke Asramabambu, setelah sampai dia melihat Wardana Putra sednag bermain catur denga kUmala sari 'sangat liahi kau adik' 'kakak,salahsatu poionmu akan aku makan' Wardana Pura picningkan mata 'nanit malam kau yang aku makan' tangna Kumala Sari telah memintahkan pion Wardanputra menggatnikan denga pionya sendiri, melihat pionya sudah tergantikan Waradnaputra semakinserius mengocok dadi, setelah dilempa merka berdua terelalak meliaht mata dadu, bukan karan memperlihatkana angka namun telah mendai bubu, merka berdua mengerling.
meliaht dadu telah menddjai debu merkea berdua bangkit berdiri 'ini pasti ulah muridmu, kaka apakah mur mereka sduah pulang?' betapa terkejut merka begitu menoleh, Kumalasari mundur dua langkaahsedangkan Wardana Putra mengelus dada melihat perumpuan hitam didiepanya denga pakian putih 'haba mira siapaa/, adik kenapa kau menganggu kesenangna kami' 'iya, kaka pakah , kakka Suwwwetha tidak memberit jatah' kumala Sari cekikikan 'sadarkalian tua bangka tidak punya pekerjaan' Sura Kailay dewi geram 'kau sendiri sdedang apa disanna mendelik seprti orang kesurupa nasaja' balaskUmalasari denga senyum menggoda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ashrama Bambu 1 : Urusan Sepuluh Tahun Lalu
Teen FictionCerita Silat tentang Ashrama Bambu