Semakin mendekati penjara bawah tanah, maka suara tangis itu semakin terdengar jelas olehku. Tapi aku tak mengenali suara tangis ini.
“Putri Lucy, kaukah itu?” tanyaku memastikan.
Dia membalikkan badan, tapi aku tak mengenali siapa dia. Dia bukan Putri Lucy.
“Dimana Putri Lucy?”
“Sejak semalam aku tak melihatnya. Mungkin dia dibawa oleh algojo ke padang api.”
“Benarkah? Lalu mengapa kau menggantikan posisinya di sini?”
“Aku adalah salah satu rakyat yang menentang tindakan raja klan api –mendiang ayah Putri Nancy- yang memicu perselisihan kedua klan. Sehingga membuat kami, sebagai rakyat kerap kali merasa tidak aman karena sering terjadi peperangan.”
“Baiklah. Terima kasih atas informasinya. Aku berjanji akan segera membebaskanmu!”
Dia hanya mengangguk. Menyeka ujung matanya yang berlinang air mata.
Aku bergegas menuju padang api. Ternyata, harapanku yang telah bersemi mengalami kendala.
~*~
Aku melihatnya. Lucy digiring dua algojo berbadan kekar ke tengah padang api di bawah teriknya matahari. Belum lagi ditambah panasnya pusara api yang memancar dari permukaan tanah yang tandus serasa membakar kulit.
Tentu saja kondisi sepanas ini merupakan hal yang wajar bagi seluruh rakyat negeri api, tapi tidak bagi Lucy. Tenaganya pasti terkuras habis. Bahkan, ia harus berjalan tertatih ketika lengannya ditarik paksa oleh dua algojo berhati kejam.
Tak tega rasanya memandang wajah mengiba Lucy, hingga entah datang dari mana keberanian ini muncul.
“BEBASKAN PUTRI LUCY!” teriakku lantang.
Semua wajah orang yang menyaksikan hari pesakitan Lucy tertoleh padaku –tak terkecuali Nancy.
“Bagaimana kau bisa berada di sini, Melly?” tanya Nancy.
“Aku di sini akan membebaskan Putri Lucy!” teriakku lantang. Tapi aku tak kuasa memandang wajah Nancy yang bersulut kemurkaan.
“Algojo, seret dia bersama Putri Lucy!” bentak Nancy.
Tanpa menunggu dikomando untuk yang kedua kalinya, dua orang algojo menyeretku secara paksa tubuhku ke tengah padang api, sejajar dengan Lucy.
“Melly, kenapa kau kembali ke sini?” tanya Putri Lucy.
Aku mengabaikan pertanyaannya. Langsung mengalihkan pembicaraan ke intinya, “Apa kau membawa liontin warisan leluhurmu?”
“Tentu saja aku mengenakannya.”
“Cepat serahkan padaku jika kau ingin selamat!”
“Tapi...“
“Kita tak punya banyak waktu, Putri Lucy. Cepat lakukan perintahku sebelum para algojo menghabisi kita!”
Ia mengangguk. Menjulurkan kedua tangannya melintang di belakang leher untuk melepas kalung yang dikenakannya.
Setelah mendapatkan apa yang kubutuhkan dan menyimpannya di dalam saku, aku pura-pura menyesali perbuatanku dihadapan Nancy.
“Maafkan aku yang telah gegabah dan melakukan tindakan bodoh, Putri Nancy. Aku sungguh menyesal,” ucapku lirih, berusaha semengiba mungkin.
Nancy tampak tersentuh mendengar permohonaan maafku. Benar apa yang diceritakan dalam novel bahwa sesungguhnya Nancy memiliki perangai yang baik.
Aku melangkah mendekati Nancy, beberapa algojo yang menyaksikan gelagatku tampak gusar, segera mencekal lenganku.“Bebaskan Melly! Biarkan dia pergi dan mencari jalan keluar untuk pulang,” perintah Nancy.
“Terima kasih banyak, Putri Nancy!” ucapku girang.
Aku segera berlalu, dengan langkah cepat. Setelah merasa cukup jauh dari keberadaan mereka, aku bersembunyi dibalik dinding. Aku segera menggabungkan liontin milik Putri Lucy dan Putri Nancy.
Sesuatu yang menakjubkan terjadi!~*~
Kadua liontin itu memancarkan pendar cahaya berkilauan ketika kugabungkan. Hanya berselang beberapa detik kemudian, pendar cahaya itu sirna dan aku merasakan sesuatu dalam genggamanku berubah.
Kedua liontin itu bergabung menjadi satu. Sangat indah, hingga aku ingin memilikinya. Saking mengagumi liontin ini, aku bahkan mengabaikan apa yang tengah terjadi pada Lucy di padang api.Padang api…
“Hentikan!” teriak Nancy pada para algojo.
Puluhan pasang mata menyaksikan Nancy yang berlari ke arah Lucy, membaur dalam pelukannya.
“Maafkan aku. Tidak seharusnya aku menyiksamu!” Nancy terisak dipelukan Lucy.
Lucy yang belum sepenuhnya menyadari mengapa sikap Nancy berubah, berusaha bersikap seramah mungkin.
“Aku memaafkanmu, Putri Nancy. Aku tidak seharusnya merahasiakan penemuan tekhnologi para ilmuan klan air padamu, sehingga perselisihan diantara klan kita dapat terhindari,” kata Lucy.
“Dengan ini aku bebaskan kamu dan kita berdamai,” kata Nancy seraya tersenyum.
Lucy hanya mengangguk. Rakyat klan api di sekitar mereka yang tadinya menyaksikan prosesi hukuman bagi Lucy kini bertepuk tangan gegap gempita.
Mereka kini telah berdamai, apakah aku dapat kembali ke dunia nyata?
~~~***~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Ilusi (Hiatus)
FantasyMelly namanya. Seperti kebayakan remaja lainnya, dia belum mengenal jati dirinya yang sesungguhnya. Berawal dari kegemarannya membaca buku di perpustakaan kota, dia "diharuskan" berpetualang megunjugi klan tetangga. Perdamaian keempat klan dipertaru...