Tampaknya raja dan ratu negeri Angin tak kalah ramahnya dengan pangeran Airo. Wajah rupawan Airo rupanya diturunkan dari sang ratu yang elok nian parasnya. Sedangkan jiwa petualangnya kuyakin diwarisi oleh sang raja yang bertubuh kekar. Tapi yang membuatku tak habis pikir, sifat bebalnya entah diperolehnya dari siapa, mengingat dia berasal dari keluarga yang terhormat.
“Saya ratu Allicia dan ini raja Allen, senang dapat mengenalmu, Melly.” Kata ratu seraya mengerling ke arah Airo.
Seketika Airo salah tingkah seraya memandangku.
“Kami hanya kebetulan bertemu, kurasa dia butuh tumpangan untuk menginap makanya dia kuajak kemari!” ujar Airo mengganti topik pembicaraan.
Sontak raja dan ratu melotot ke arah Airo. Aku sudah terbiasa dengan sikap kurang sopannya, jadi dapat kumaklumi.
“Kurasa kau kelelahan, Melly. Beberapa saat lagi makan malam sudah siap, kau dapat membersihkan diri dulu dan beristirahat barang sejenak.”
Aku mengangguk canggung. Aku tak terbiasa berada di bagunan super mewah seperti ini –apalagi di istana!
Saat ratu Allicia meninggalkanku di sebuah kamar, aku segera mengendap-ndap kembali ke lorong dekat kami tadi berbincang.
Aku curiga mereka menyembunyikan sesuatu dariku, terlebih lagi aku menyadari ada yang disembunyikan mereka di balik keramahan mereka menyambutku. Aku beberapa kali mendapati Airo mengedipkan sebelah matanya kearah orang tuanya. Aku akan menjelaskan sesuatu, jika dia sudah pergi! Begitu kiranya maksud dari ekspresi Airo.
“Dialah orangnya, Ayah!” terdengar suara Airo setengah berbisik.
“Siapa? Dan apa yang kau maksud, sikapmu tadi benar-benar aneh!” timpal ratu Allicia.
“Seseorang yang terpilih! Orang kepercayaan sang Guardian!”
“Mana mungkin gadis lugu yang bahkan tidak mengetahui untuk apa dia bisa berada di negeri angin yang justru mengemban amanat seberat itu. Kumohon jangan membual, Airo!” tegas ratu Allice.
“Aku tidak membual, Bunda! Seandainya bunda tahu, apa yang kulakukan saat berada di akademi memanah! Aku justru kabur. Dan, apa bunda tahu aku pergi kemana? Perpustakaan negeri api! Aku menyusup dengan memanfaatkan liontin Azox hingga tak ada yang mengetahuiku, kecuali…”
“Kecuali siapa?” tanya raja Allen penasaran.
“Sang Guardian. Dia marah besar hari itu, hingga dia menghukumku dengan mengambil liontin Azox milik klan kita. Itulah sebabnya aku menghilang selama seminggu terakhir, karena harus berjalan kaki mencari jalan pulang. Disaat itulah aku bertemu Melly, si gadis tersesat.”
“Jadi, kau telah membuat negeri kita kehilangan harta paling berharga milik klan kita? Benar-benar bocah bebal tak tahu dihukum!” geram raja Allen.
“Tunggu dulu! janganlah marah karena kita kedatangan tamu,” sergah ratu Allice, “Lalu, apa hubungannya dengan perkataanmu sebelumnya bahwa kau tak membual?” lanjutnya.
“Saat itu aku memang tertangkap basah oleh sang Guardian, tapi sebelumnya aku telah membaca buku melegenda yang menurut rumor berasa di perpustakaan klan air –dan ternyata benar. Dalam buku itu (Perseteruan Dua Klan) disebutkan bahwa akan datang gadis pilihan Sang Guardian dari klan tanah untuk ‘menjelajah’ klan tetangga. Yang membuatku yakin bahwa dia adalah orang yang terpilih adalah karena dia tak mengetahui siapa jati dirinya –bukankah raja terdahulu klan tanah memutuskan untuk mengasingkan diri dan menghilangkan status negerinya demi perdamaian negerinya? –serta dalam novel itu disebutkan gadis itu akan singgah di negeri angin pada purnama ke dua puluh tujuh, bukankah nanti malam akan terjadi gerhana purnama?”
Raja Allen dan ratu Allice mencoba menelaah perkataan Airo. Perkataan Airo kali ini sulit untuk dipercaya sebagai bualan belaka, karena dia tak pernah membual jika menyangkut pembicaraan serius.
“Apakah kamu sudah mengatakan padanya jika dia merupakan seseorang yang terpilih?”
“Sudah, tapi aku tak menceritakan padanya mengenai insiden hilangnya liontin Azox. Aku khawatir jika dia syok dan marah padaku, karena aku telah melakukan kesalahan fatal. Dia berada di sini karena harus mendapatkan liontin Azox sebagai kunci agar dia dapat pulang kembali ke klan tanah, sedangkan aku tak tahu dimana keberadaan liontin itu. Setidaknya ramalan dalam novel itu mengatakan yang sedemikian,” ujar Airo lirih.
“Airo, kapan kau bisa sekaliii saja tak membuat kekacauan?!” geram ratu Allice.
Di sisi lain keberadaan mereka, Melly terduduk lesu. Jelas sudah mengapa dia bisa berada di negeri Angin. Secara tidak langsung Airo telah menjelaskan semuanya kepadanya. Dan, kali ini tidak hanya raja Allen dan ratu Allice yang geram terhadap Airo, tetapi juga Melly yang jauh lebih geram lagi setelah dia menyadari bahwa ‘malaikat penolong’-nya kini bermetafora menjadi menambah masalahnya yang tak berujung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Ilusi (Hiatus)
FantasyMelly namanya. Seperti kebayakan remaja lainnya, dia belum mengenal jati dirinya yang sesungguhnya. Berawal dari kegemarannya membaca buku di perpustakaan kota, dia "diharuskan" berpetualang megunjugi klan tetangga. Perdamaian keempat klan dipertaru...