[NGNL] Chapter 1 || Galih Pihangga Heza

496 64 15
                                    

Galih memainkan sebuah game yang ada di ponselnya, jari-jarinya lincah menggerak-ngerakkan char dalam game tersebut. Sesekali ia menguap tak tahan karna rasa kantuk yang sudah menyerang begitu saja tanpa aba-aba.

Padahal hari masih pagi, matahari sudah nampak keluar dengan sinar yang berwarna kuning-keorenan. Tak peduli, mau pagi ataupun malam, hari ini adalah minggu. Kesempatan untuknya menaikkan level game yang sedang ia mainkan.

"Galih" suara seseorang menghentikannya bermain game. Ia mematikan ponsel langsung tanpa memencet tombol keluar, lalu menyimpan ponsel itu ke dalam laci meja belajar.

Galih berjalan menuju ke seseorang yang memanggilnya menuruni tangga, sesekali menyapa adiknya yang sedang bermain boneka barbie.

"Wih, pagi-pagi udah mainan barbie-barbie'an dek, sendiri lagi." Anak perempuan kisaran umur 5 tahunan itu menoleh saat mendengar suara sang kakak.

"Apaci ka, masih mending nain babi dai pada main game mu'u" Galih tertawa kecil ia mengusap rambut milik adiknya yang cukup panjang

"Pinter, jangan kayak kakak, yang ngegame terus ya." Sang adik hanya menganggukkan kepalanya.

"Galih! Di panggil kok ngak kesini, cepetan!" Galih yang mendengar teriakan bundanya segera melanjutkan perjalanannya tepatnya ke-dapur.

"Iya si bun, sabar. Nih udah sampe"

"Nah, kamu ke supermarket sekarang ya, beliin kecap, minyak sama sabun yang buat nyuci baju. Trus kamu kalo mau jajan juga boleh gapapa. Adikmu juga beliin susu ya, Dancow. Jagan yang besar-besar, sedeng aja." Galih mantuk-mantuk, mencerna semua perkataan bundanya yang super cepat itu. Untung saja galih memiliki daya ingat yang tajam. Jadi sekali orang ngomong, Galih langsung hafal apa yang di omongin orang tersebut.

Galih mengulurkan tangannya di depan bundanya,

"Apa? Kamu lupa, yang bunda pesenin? Udah sana sekrang ke supermarketnya, kecapnya mau bunda masak buat semur telur sekarang" Galih mengerutkan dahi, perasaan dia mengulurkan tangannya untuk meminta uang, bukan meminta bunda mengulangi pesanannya.

"Uang bun, masak anakmu ini suruh ke supermarket ga di kasih uang?"

"Masyaallah, bilang dari tadi galih, bunda tu pelupa." Galih menggeleng gelengkan kepala, bundanya itu kebalikan darinya. Dia gampang sekali mengingat sesuatu, sementara bundanya? Boro-boro mau inget.

Dinda, bunda Galih memberikan uang 100 rb an yang di terima galih dengan senang hati, galih mengambil jaketnya memakai tudung jaket sebagai penutup kepala, ia segera berjalan menuju ke supermarket kebetulan supermarket jaraknya hanya 200 meter dari rumah.

Ia berjalan menatap aspal, sampai-sampai tak sadar sebuah sepeda dengan kecepatan tinggi berada tak jauh darinya reflek sang pengendara sepeda berteriak agar seseorang yang ada di depannya sedikit minggir.

"AWAS! REM BLONG" tapi sudah terlambat, sepeda itu berhasil menabrak galih sampai ia mencium aspal. Galih meringis, kesialan apa lagi pagi-pagi sudah di tabrak sebuah sepeda? Dengan pengendara bodoh yang tidak melihat galih mungkin?

Galih berdiri menatap anak perempuan yang tertindih sepedanya sendiri tanpa berminat menolongnya. Ia membersihkan jaketnya serta memakai tudung jaket karna tadi sempat lepas, galih memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana lalu berjalan tanpa memperdulikan perempuan yang menabraknya barusan.

"BANTUIN KEK! MAIN PERGI AJA!" Galih menghentikan langkahnya, ia menoleh ke arah perempuan yang sedang duduk di aspal seperti memangku sepedanya.

"Harusnya lo minta maaf ke gue, karna lo yang nabrak gue, dan gue ga berhak NOLONGIN lo!" Galih kembali melanjutkan perjalanannya menuju ke supermarket.

Perempuan yang tak sengaja menabraknya menatap galih sengit, Segala sumpah serapah keluar dari mulutnya begitu saja. Gadis berkucir kuda itu berdiri, mengambil sepedanya lalu menjalankannya.

Galih telah sampai di sepermarket, ia segera mencari bahan-bahan yang di pesan bunda. Setelah sudah lengkap ia membawa belanjaannya ke kasir.

Mata galih melebar ia tersenyum melihat kartu yang dapat di tukarkan menjadi gatcha di sebuah game. Siapa tau Galih bisa mendapatkan item permanent dan skill baru,
Saat galih akan mengambil bungkusan tersebut, seseorang mengambilnya terlebih dahulu.
Dan itupun stok terakhir di supermarket.

"Em, maaf, barang itu mau saya ambil." Seorang yang di ajak bicara oleh galih, menoleh.

"Eh, lo yang tadi gue tabrak ya? Sorry, barang ini milik gue. Suruh siapa lo ngak ambil duluan" Galih membuang nafas kasar, sial. Hari ini memang hari kesialannya.

"Lo ngalah aja lah, itu buat gue. Stok terakhir masalahnya. Gue dari kemaren juga ga sempet beli njir" Perempuan itu menimbang-nimbang perkataan galih.

"Yaudah buat lo aja, sebagai tanda maaf gue karna ga sengaja nabrak lo tadi." Galih memincingkan matanya,

"Oh, jadi lo mau beliin ini kan? Pake uang lo bayarin?"

"Gak, maksudnya bayar sendiri. Gue ngalah ni." Galih berdecak sebal mendengar perkataan cewek yang ada di depannya. Ia merebut bungkusan kartu tersebut dari tangan cewek itu. Lalu membayarnya.

"Totalnya 99.800" Galih merogoh sakunya mengambil uang 100 ribuan yang di berikan

"Dua ratus rupiahnya boleh buat donasi?" Galih menggelengkan kepalanya. Ia tak peduli, mau di anggap pelit ya terserah, kikir ya terserah. Karena kalau galih memberikan uang 200rupiah tersebut. Sama saja bikin supermarket itu untung. Bayangkan jika satu hari saja ada 20 orang uang mendonasi, sudah jadi banyak, apalagi misal satu bulan? Kaya supermarket itu.

Galih membawa belanjaannya keluar dari supermarket berjalan menuju rumahnya, ia melepas tudung jaketnya merasa kepanasan. Rambut berwarna hitam pekat yang sedikit acak-acakan. Galih tampan kok, dia sedikit popular di sekolahannya.
Hanya saja Galih yang tidak pernah peka, kalau banyak perempuan di sekelilingnya menyukai dia.

Dia terlalu cuek degan ke-adaan sekitar, tidak suka buang-buang tenaga untuk berkelahi, tapi suka buang-buang uang hanya untuk sebuah game. Walau begitu, jika Galih menjual akun game miliknya, dia juga mendapatkan untung. Intinya tidak ada yang di ragukan bukan?

"Kring.. Kring"

Bunyi bel sepeda membuat galih sedikit menyamping, ia tak mau kejadian tadi terulang lagi.
Tapi anak perempuan dengan sepedanya berhenti tepat di depan galih.

Galih menatapnya kesal. Perempuan yang sepertinya orang baru itu tersenyum kepada galih.

"Mau bareng gak?" Tawar cewek itu, Galih tak peduli. Ia lalu melanjutkan langkahnya. Gadis yang merasa di kacangin oleh galih tak tinggal diam.

"Bareng gak? Gue baik ni"

"Ga usah sok kenal." Jawaban Galih membuat gadis berkucir kuda itu bungkam seketika segaligus marah, ingin rasanya menendang cowok itu segera. Tapi apalah daya? La faktanya mereka memang tidak saling kenal?

Tbc.

NGNL : HiL-GaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang