[NGNL] Chapter 13 || Cake

50 16 1
                                    

Galih menguap, matanya samar-samar melihat jam dinding yang masih menunjukkan pukul 3 : 00 pagi, padahal dia tidur jam 11:45 malam, tapi bundanya malah membangunkannya di pagi-pagi buta seperti ini cuma agar dia membantu Bunda membuat cake.

"Nda? Pesenan cakenya emang kaya apa si? Roti ultah biasa kan? Galih gabantu gapapa kan? Masih ngantuk nih," Ujar Galih sambil sempoyongan mendekati Bunda

"Eh enak aja ga bantu, handphone nya Udah nda balikin loh, sekarang bantuin, walau cuma cake ultah biasa tapi yang pesan ini temennya bunda, buat anaknya, nah bunda ga bisa gambarnya, jadi kamu ya yg gambar polesan krim di cakenya gambarnya gambar apa yah bunda lupa sebentar bundak cek handphone dulu.. Nah ini nih gambar contohnya rumit banget kan tulisannya aneh." Galih mengernyit heran dengan gambar yang ada di hadapannya. Sepertinya ia pernah melihat gambar seperti ini tapi sosok manusia nyata bukan yang kartun.

Oh dia baru ingat gambar itu adalah kartun dari boyband dari korea, pantas ia ingat dulu Alice teman sekelasnya memasang foto profilnya dengan gambar itu, serta juga membuat snap dengan huruf korea yang entahlah- Galih tidak faham sama sekali.

"Kamu bisa kan gambar seperti itu Galih?" Galih mengangguk singkat, ia lalu mengambil ponsel bundanya. Lantas berkata "Bun butter cream nya udah ada?"

"Udah itu, udah buda taruh juga di plastik segih tiga, kamu cuma tinggal gambar kartunnya aja kalau alasnya udah bunda kasih cream tadi," Galih diam, tanpa ragu dan berfikir panjang, ia segera mengambar. Persis seperti yang ada di contoh.

Galih selain kerjaannya di rumah yang hanya ngegame tiada henti, dia juga menyukai kegiatan lain seperti menggambar dan lukis, dulu sewaktu dia smp Galih mengikuti Klub melukis, dan bahkan mendapatkan juara 2 tingkat provinsi, jangan lupakan ia bahkan pernah menjual lukisannya senilai 2 juta, dan hebatnya ada saja orang yang mau membelinya. Tapi sekarang dia sudah jarang melukis, paling-paling ya hanya melukis waifunya tapi tenang bakatnya tetap tidak hilang, ia juga masih sering mengikuti lomba melukis tingkat daerah ataupun kabupaten.

Galih telah selesai dengan pekerjaannya ia menoleh ke arah jam dinding 4 : 00 setengah jam ia habiskan untuk mengambar di atas roti, anggap saja roti itu sebuah kanvas, hanya bedanya menggambar di atas roti membuat matanya menjadi hampir rusak. Bayangkan saja roti sepetak kecil dengan gambar kartun yang tak kalah kecil serta tulisan yang sungguh kecil. Ia membuang nafas perlahaan saat mendengar suara adzan menunjukkan waktu sholat subuh.

Galih melangkahkan kalinya menuju kamar mandi, ia melihat bundanya yang sibuk memasak di dapur. "Bun rotinya udah Galih gambar itu, " Ujar Galih. Dinda menoleh ke sumber suara ia segera menghentikan aktifitasnya yang tadi sedang memotong bawang merah.

"Iya makasih ya, sholat dulu sana. Oh iya nanti jam 7 anter rotinya ya, tempatnya gak jauh kok dari rumah." Galih mengangguk, ia segera mengambil air wudhu lalu melaksanakan sholat subuh, lah seharusnya dia sebelum mengurusi roti, sholat tahajud ia sempat menyesal padahal kesempatan bangun pagi sangat jarang di hidupnya. Untung saja hari ini hari minggu, jadi tidak akan ada kegiatan selain dirumah.

***

Galih Pov°

Aku berjalan menikmati semilir angin di pagi hari yang membuat bulu kudukku menari-menari. Di tangan kiriku terdapat sebuah roti ulang tahun yang dibungkus kotak kardus dan tak lupa plastik kresek warna hitam agar orang-orang tidak bisa lihat apa isi dalam plastik tersebut. Akupun mengambil ponselku yang ada di saku celana, saat ini aku memakai kaos oblong warna putih dan celana training bergaris biru yang hanya menutupi sebatas dengkul. Dan tak lupa pula sepatu olahraga kesayanganku yang berwarna biru mencolok.

Saat ini niatku hanya satu, mengantar roti pesanan teman bunda lalu dilanjut dengan olahraga pagi, yah biar gak binggung istilahnya jogging. Aku membaca pesan dari layar ponsel. Disitu tertulis, Jln. Kh Ahmad Dahlan No. 8 setelah membaca pesan dari bunda aku memasukkan kembali ponselku kedalam saku lalu mencari rumah yang sudah di beri tahu oleh bunda pastinya.

Langkahku terhenti di depan gerbang yang menjulang tinggi, rumah dengan nuansa cat berwara oren membuatku berfikir pemiliknya pasti bukan orang biasa. Saat aku hampir membuka gerbang tersebut seseorang sudah terlebih dahulu membukakannya, dari seragamnya aku berfikir bahwa dia adalah seorang satpam. Satpam itu menatapku lalu mengatakan sebuah kalimat yang aku jawab dengan anggukan singkat. "Mas Galih anaknya mbak Dinda, Yang ngirim roti kan? Silahkan masuk dulu."

Tanpa berkata lagi aku segera masuk ke dalam. Taman yang dipenuhi dengan bunga menyambutku, hidungku langsung di sambut oleh aroma bunga melati, sunggu seperti berada di kuburan saja. Aku segera memencet bel rumah, tanpa menunggu lama seseorang datang membukakan pintu, ia kaget melihat ku, aku pun juga kaget sejenak namun raut kagetku segera tersingkirkan sengan aura dingin yang keluar dari tubuhku.

Hillma sosok itu berdiri sambil mangap, wajahnya yang masih seperti bangun tidur membuatnya terlihat bertambah cantik, tapi pikiran itu segera kuhilangkan saat melihat peta yang terlukis indah di pipi Hillma. "Mau ngapain lo kesini?" Ujarnya sambil menatapiku dari ujung rambut sampai kaki. Aku membuang nafas kasar.

"Nih roti pesenan mamah lo. Buat--" belum sempat menyelesaikan perkataanku, seseorang segera mengantikan posisi Hillma, seseorang itu merebut plastik di tanganku seraya berkata "Thanks, ya udah nganter jauh-jauh, ini uangnya." Ujarnya, aku menerima uang tersebut, bingung saat ini tidak membawa uang kembalian, hendak berkata dia segera menimpali

"Ambil aja kembaliannya. Oh ya salam buat bunda ya, dari Tasya," ujarnya aku menggeleng,

"Sorry, mending lu bayarnya kapan-kapan aja kalau ketemu lagi. Gue gak bisa terima kalau duitnya gak pas, " Ujarku bukannya apa-apa tapi bisa-bisa sampai rumah aku diomelin lagi sama bunda karena tidak kasih kembalian ke pelanggan.

"Oke deh, nanti gue mampir ke rumah lo, sekali lagi makasih ya." aku mengangguk segera pergi dari pekarangan tersebut sebelum itu aku menatap Hillma yang masih heran, sepertinya di otaknya banyak pertanyaan-pertanyaan yang tidak penting.

Tbc.

Maaf kalau kagok, jujur aja gua agak kagok kalau pov siapa gitu pake gua bisanya pake kamu, efek lahir dikota yang panggilannya cuma aku, nyong, siro, koe :v dadi ga fasih kalau pake gua. Mohon maap.

Rab,[09/10/19]

Ok. See you next chap.

NGNL : HiL-GaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang