"Oy Galih, oper sini bolanya oper ke gue gih!" Teriak Dewa dengan keras membuat Galih menoleh ke arah sumber suara, Galih mengoper bola basket ke arah Dewa dan di tangkap dengan sempurna.
"Shooting Wa! Yosh 3 point, mantap bro!" Galih mendekat ke arah Dewa dengan keringat yang sudah membasahi tubuhnya,
"Udahan, capek gue. Lo napa gak ikut ekstra basket aja Lih?" pertanyaan Dewa membuat Galih menghentikan aksi minumnya,
"Basket? Dih ogah, buang-buang waktu aja. Mending buat main game, lagian kalau misalnya gue ikut basket yang ada nanti malah menang terus kan gak asik jadinya."
"Eh.. Lo kalau ngomong kok suka jujur ya Lih? Tapi bukannya skill lo sama gue bagusan gue kan?" sambung Devon ketua klub basket yang tiba-tiba sudah ada di belakang mereka. Galih reflek menoleh ke belakang,
"Eh kak Devon, tau aja lah. Mau latihan basket kah?" pertanyaan Galih di jawab anggukan oleh Devon,
"Oh gitu, berarti lo juga latihan basket ni Wa? Gak jadi mabar dong?"
"Hooh Lih, sorry ea bentar lagi ada turnamen antar sekolah soalnya, jadi ya gue sebagai anggota klub basket yang biasanya bolos ekstra terus, sekarang harus ikut dan gak boleh bolos," Galih cengo mendengar perkataan Dewa,
"Oh gitu, yaudah gue pulang duluan dah,"
"Eh tunggu Lih, lo ga mau liat kita latihan apa? Sekali-kali aja kali, siapa tau minat. Lagian lo juga belum ikut ekstra apa-apa kan?" Galih berhenti, ia segera menoleh ke arah sumber suara tepatnya ke arah kak Devon.
"Lagian banyak cewek cantik loh ya, anak-anak cheerleader." Galih berfikir sejenak, sekali-kali gapapa lah ya cuma liat juga, dari pada di rumah gak ngapa-ngapain kan,
"Yaudah deh, gue liat." Ujar Galih, ia pun meletakkan tasnya di tempat duduk penonton, lalu mengeluarkan ponselnya berniat main game.
"Woi Lih, ikut main basket aja sini, personilnya kurang satu, bolos deh keknya, soalnya kan gak adil kalau gak seimbang bro" Galih mengangkat satu alis miliknya, ia segera turun ikut bermain basket.
Hillma dan Licya berjalan menuju ke lapangan tempat ia latihan panahan, karena Hillma sudah menentukan ia akan mengitu ekstra panahan, dan kebetulan juga Licya anggota klub panahan.
Melewati lapangan basket yang sedang riuh di penuhi oleh cewek-cewek klub cheerleader, kayaknya terlihat menikmati sekali memandang para cogan yang sedang bermain basket dengan tubuh yang sudah di basahi oleh keringat.
"Kayaknya personil klub basket ganteng-ganteng ya Lic?"
"Namanya juga anak basket, pasti keliatan ganteng, apalagi kalau lagi main basket. "
"Oh gitu, yaudah ke lapangan panahan aja yo.. Buang-buang wak-- AWAS LIC!" Teriak Hillma saat melihat bola basket dengan cepatnya menuju ke arah mereka, Hillma reflek mendorong Licya agar menjauhi bola, tapi berakhir ia yang kena imbasnya.
"Duk" suara bola saat menghantam hidung mancung milik Hillma dengan keras, Hillma jatuh dengan memegangi hidung mulusnya yang sekarang berubah warna menjadi pink kemerahan.
"Aw.. Anjer sakir banget bego! Yang ngelempar bolanya siapa si??" Hillma berdiri dengan muka merah padam ia berteriak ke lapangan basket, untuk sesaat pandangan mata semua orang tertuju pada Hillma.
"Gue kenapa?" Ujar Galih, sambil mendekati Hillma berniat mengambil bola basket yang sempat terlempar jauh. Saat Galih dengan sengaja melewatinya, Hillma dengan perasaannya yang dongkol sontak menjegal Galih dengan kakinya.
Sebelum Galih terjatuh, Galih menarik tangan Hillma membuat mereka jatuh bersama. Bagus, posisi yang sangat tidak menyenangkan bagi Hillma.
Mereka bertatapan sejenak, Galih membisikan sesuatu di telinga Hillma yang tidak bisa di dengar orang lain selain mereka. "Btw hidung lo berdarah noh." Setelah mengatakan itu Galih segara berdiri mengambil bola basket meninggalkan Hillma dengan wajah semerah kepiting rebus, Hillma lagsung mengusap hidungnya, benar saja ada bercak darah dari tangan yang ia lapkan di hidungnya.
"Udah woy bubar! Ngapain pada masih mandengin?" Ujar Galih garang membuat semua orang melanjutkan aktifitas masing-masih.
Hillma langsung berdiri. "Lic, gue mau pulang aja ya, panahannya minggu depan aja."
"Heh? Oke, lo gakpapa kan? Hidung lo berdarah tu, apa gak ke uks dulu aja?" Hillma menjawab sengan mengacungkan jempol.
"Gue baik-baik aja kok."
Tbc.
Written on:
Tuesday[02/10/18]
KAMU SEDANG MEMBACA
NGNL : HiL-Ga
Teen FictionNo Game No Life Itu adalah prinsip Galih, selama dia hidup. Sebagai seorang gamer handal tingkat akut. Satu hari saja tanpa game, mungkin dia berasa akan mati. Kesepian, "Kau boleh meremehkanku dalam banyak hal, tapi tidak dalam permainan." [01518]