AKU BERBEDA
Berbagai makhluk aneh yang sangat berbahaya berada di sekitar kita, makhluk-makhluk itu berlalu lalang di jalan raya, mengendarai mobil, bahkan memimpin rapat di ruangan para pejabat. Makhluk-makhluk itu beraktivitas dalam wujud manusia. Sehingga manusia biasa tidak akan menyadari keberadaan makhluk-makhluk aneh itu.
Aku sendiri mungkin adalah bagian dari mereka, karena tubuhku bisa melakukan sesuatu yang tidak bisa dilakukan oleh manusia biasa. Tetapi orangtuaku adalah manusia biasa. Dan itu membuatku merasa ragu.
"Apakah aku adalah bagian dari mereka?" gumamku sambil memandangi makhluk-makhluk aneh bermata hewan di tepi jalan.
“Jangan pernah berpikir barwa kamu bukan putraku,” tegur pria paruh baya yang duduk di sampingku.
Tegurannya membuatku sedikit terguncang, tapi bagaimana mungkin aku tidak berpikir begitu, jika dia memiliki bentuk tubuh yang jangkung. Sedangkan aku memiliki tubuh yang atletis. Tingginya 182 cm, sedangkan aku hanya memiliki tinggi badan 169 cm. Dan aku juga memiliki kemampuan aneh yang tidak dia miliki.
“Meskipun Ayah memiliki manik mata yang hitam, dan kamu memiliki manik mata yang coklat, kamu tetaplah anakku.”
Pria beralmamater hitam dan berkulit sawo matang ini memanglah ayahku, tetapi aku meragukan hal itu, karena dia sama sekali tidak memiliki kemiripan denganku.
“Mungkin ayah akan cukup lama di Australia,” kata ayah. “Ayah berharap kamu bisa betah berkuliah di kampus barumu."
“Aku juga,” kataku sambil mengemudikan mobi.
Saat ini, aku tengah mengantar Ayahku menuju ke Bandara. Begitu kami masuk ke dalam bandara, seorang pria botak yang mengenakan jas hitam terlihat tengah menunggu kami, dan seekor ular melilit pinggang pria itu, tapi lelaki itu terlihat baik-baik saja. Namun Ayahku tidak menyadari itu, dan hanya aku yang menyadarinya.
Pria botak yang dililit ular tak kasat mata itu menyapa ayahku dengan ramah, “Wah! Pak Teddy sudah tiba.
Bagaimana kabar, Pak?”“Saya sangat baik, Bagaimana dengan Pak Aryoto?” tanya Ayahku kembali.
“Baik juga," jawabnya. “Hanya saja pinggangku terasa sedikit nyeri.” Aku tahu, jika hal itu terjadi pasti karena ular aneh yang tak dapat dilihatnya.
“Sudah berapa lama menunggu saya?” tanya Ayahku sambil menjabat tangan Pak Aryoto.
Pak Aryoto menjabat tangan tangan ayahku juga sambil menjawab, “Sekitar 20 menit yang lalu.”
“Maaf,” kata ayahku sebelum memandangku. “Ini Pak Aryoto, Nak. Partner kerja saya.”
“Ooo jadi ini adalah putra Pak Teddy?” kata pak Aryoto.
Aku mengangguk sambil menjabat lelaki itu. “Sepertinya Pak Teddy punya produk luar negeri,” ujar Pak Aryoto. “Manik matanya juga berwarna coklat, dia sangat tampan.”
“Ini adalah tekhnologi dalam negeri, Pak,” ujar Ayahku.
“Hahaha…” Pak Aryoto tertawa geli. “Aku ragu, jangan-jangan kau memiliki istri seorang warga Australia.”
“Orang Australia tidak memiliki manik mata coklat,” kata ayahku. “Waktu dia kecil, manik matanya berwarna hitam, tapi karena dia kebanyakan makan coklat membuat manik matanya jadi berubah warna.”
Kali ini aku dijadikan bahan candaan oleh ayahku sendiri, dan seharusnya aku tersinggung. Tapi, hatiku sama sekali tidak beraksi dengan obrolan itu.
“Penerbangan…” Peringatan penerbangan telah berbunyi, “ Australia akan segera diberangkatkan…”
“Kita akan berangkat?” kata Pak Aryoto.
“Ayo,” ucap ayah pada pak Aryoto, lalu memandangku. “Jangan lupa menjemput Ibumu, Nak,” pesan ayahku sebelum meninggalkanku.
“Baik, Ayah,” jawabku lalu membalas lambaian tangan ayah yang semakin menjauh bersama dengan pak Aryoto.
Aku tertegun menatap punggung ayah. Lelaki itu tak pernah sekalipun meragukanku sebagai putranya. Sementara di dalam otakku, keraguan bahwa ia bukanlah ayah kandungku selalu tumbuh dan semakin subur setiap waktu.
Hawa yang aneh tiba-tiba membangkitkanku dari alam pikiran, aku merasakan hawa yang janggal di sekitarku. Ketika mataku memandang ke sekelilingku, ada seorang pramugari bermanik mata merah menyala tengah melangkah melewatiku. Aku benci tatapan makhluk jadi-jadian seperti itu. Lantas, aku segera mengalihkan arah pandanganku.
Berpura-pura tidak menyadari keberadaannya merupakan cara terbaik untuk menghindar. Karena jika ia menyadari aku melihat menik matanya yang aneh, maka aku akan menjadi buruan makhluk-makhluk yang mengerikan.
-o0o-
Ketika aku memasuki halaman Rumah Sakit yang cukup luas. Gaya gesek yang cukup kuat antara jalan dan roda mobilku menimbulkan lengkingan suara yang menusuk telinga. Dan itu terjadi karena dua bayangan yang saling mengejar membuatku harus menginjak rem secara terpaksa dan tiba-tiba.
“Sial!”
Hampir saja aku menabrak dua bayangan berwarna merah dan hitam yang melesat di halaman Rumah Sakit. Dua bayangan itu terus meloncat begitu cepat ke atas gedung Rumah Sakit. Meski terbiasa melihat makhluk-makhluk aneh yang tak kasat mata, tapi aku belum pernah melihat kedua makhluk seperti itu.
“Makhluk apa itu?”FREEZE
KAMU SEDANG MEMBACA
The Destinable of Light
FantasySebagai manusia setengah siluman yang dibesarkan di alam manusia, ada dua hal yang melilit kehidupan Nando: Pertama, berada di alam manusia tanpa direndahkan namun harus mempertaruhkan hidupnya setiap waktu. Kedua, berada di alam Tumaya tanpa mengha...