Letter to Direct

61 5 11
                                    

Jangan pernah abaikan pesan ini...
Yang harus kau lakukan hanyalah mengikuti benang merah.
Ikuti terus hingga kau bertemu dengan pengikut benang merah yang lain.
Hingga akhirnya kau bertemu harta karun bajak laut.
Jangan pernah percaya pada kerabat bajak laut, percayalah hanya kepada harta karunnya.
Harta karun itu berada disekitarmu sekarang, bahkan kau berada di dalamnya.

P.S : Jangan khawatir, Tinkerbell akan membantumu kabur dari Captain Hook

- S from T.O.S -

———————————————————

Hanya itu yang tertulis di surat itu. Lebih seperti permainan anak-anak, ia bahkan teringat dengan permainan yang dulu sering dimainkannya.

Saat itu, angin bertiup sepoi-sepoi, membawa suara riang tawa anak-anak di siang hari. Mereka adalah anak-anak yang telah diajarkan pentingnya sebuah kata. Salah seorang akan membuat sebuah peta harta karun dimana hanya akan tertulis sebuah surat sebagai petunjuknya. Tak ada kertas berisi panah yang menuntun pembacanya melaju beberapa langkah ke arah utara. Tidak ada gambar pohon besar sebagai acuan belokan jalan. Tidak ada pula tanda silang yang biasa tergambar di peta sebagai tanda terkuburnya harta karun. Yang mereka punya hanya kata-kata. Dulu seorang pria menghampiri mereka dan mengajak mereka bermain, ialah yang memulai pernainan ini. Ialah yang mengajari anak-anak itu tentang pentingnya kata-kata. Kata-kata tersirat yang selalu memiliki makna mendalam. Kini permainan itu terus diingat sampai sekarang.

Antares mengingat akan permainan itu, tetapi ia tak ingat dengan pria yang mengajarinya mengenai pentingnya arti sebuah kata. Apa mungkin ia adalah pria yang sama dengan pria berinisial 'S' yang mengirimkan surat ini?

Ah siapa pun itu, tetap saja Antares butuh tidur. Matahari pun sudah tidak sabar untuk menampilkan dirinya. Percuma saja Antares tidur. Ia pun tidak bisa tidur begitu saja setelah mendapatkan surat aneh itu. Baginya surat itu memiliki arti tersendiri, terlebih surat itu tiba bersamaan dengan bola itu, dan penggunaan panah untuk menyampaikan surat pun terlihat tidak biasa dan malah terlihat layaknya di film-film. Ia terus memikirkannya.

Ah mungkin saja yang pengirimnya sangat menyukai dongeng, tapi kata-katanya cukup aneh. Apa iya sekarang ini ada harta karun? Tapi harus nemuin Tinkerbell dulu ya? Siapa coba?, ucap Antares dalam hati.

Meskipun banyaknya hal yang terjadi malam ini, tetap saja mata Antares akan terasa lelah, dan ia ketiduran di atas meja belajarnya dengan tangan yang masih memegang surat.

~~~

Waktu menunjukkan pukul 12 dini hari. Hari yang cerah bahkan cukup panas karena matahari memancarkan sinarnya dengan sangat terik. Secangkir kopi dingin menemani Antares di hari yang panas. Di sampingnya terdapat sebuah kotak berisi bola, surat, dan anak panahnya. Terlihat orang-orang yang memasang mimik aneh melihat barang yang dibawa Antares. Malu memang dilihat seperti itu oleh orang-orang, hanya saja ia tidak akan bisa berpikir jika hanya berdiam diri di rumah. Sepuluh menit telah berlalu, kopi sudah habis dan menyisakan es batu yang sedikit demi sedikit mulai mencair. Pikiran Antares masih saja terpaku pada barang-barang yang dibawanya, hasilnya tetaplah nihil. Tidak ada petunjuk sama sekali. Panahnya pun hanya panah biasa, tidak ada hal yang istimewa, tidak ada tulisan tambahan, yang ada hanya sebuah logo. Jelas-jelas ia akan diusir sebentar lagi karena kopi yang diminum telah habis dan ia tak kunjung memesan apa-apa lagi. Terbesit sebuah pikiran yang cukup aneh di kepalanya. Ia akan mengunjungi perpustakaan umum di seberang kedai kopi itu, siapa tahu ia bisa mendapat informasi, logo mungkin, atau barangkali ia mendapatkan tinkerbellnya, walaupun kemungkinan ia bisa mendapatkannya sangatlah kecil.

Tower of SacrificesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang