Encounter

28 3 0
                                    

Every adventure requires a first step.
- The Cheshire Cat

~~~

Tiga orang anak berada di dalam ruangan yang besar nan megah. Mereka diantarkan seorang laki-laki berumur sekitaran tiga puluh lima tahun, ia beranjak pergi meninggalkan mereka bertiga dan menyuruh mereka untuk menunggu beberapa menit. Kini, mereka bertiga tengah merhatikan detail ruangan dengan rinci, kebingungan akan ruangan itu, ruangan yang harus ditempuh melalui tangga panjang yang melingkar ke bawah. Mereka masih saja merasa kelelahan meskipun telah meminum beberapa gelas air, terasa seperti menuruni beratus-ratus tangga yang mengantarkan mereka ke inti bumi. Mereka manyusuri ruangan yang besar itu, melihat-lihat ukiran yang berada di dinding ruangan. Terasa aneh memang, ruangan sebesar itu dan mereka ditinggal hanya bertiga. Tiba-tiba terdengar suara mic yang sedang di cek. Suara dengung dari speaker yang memekakan telinga muncul sebelum adanya suara berat dari laki-laki yang dikenal oleh ketiga anak remaja itu.

"Selamat datang di aula Tower of Sacrifices. Kalian tahu apa yang harus kalian lakukan?" Terdapat jangka waktu lama setelahnya, mengharapkan tanggapan yang tak kunjung datang dari ketiga anak itu karena ketiganya kini sedang terkejut mendengar pengumuman itu. Mereka tidak tahu maksud yang disebutkan laki-laki itu, bahkan nama tempatnya pun mereka tidak tahu. Yang jelas, kini yang mereka rasakan adalah firasat buruk. Sesuatu akan terjadi, mau tak mau mereka akan masuk dan terlibat ke dalamnya.

"Kalian tentunya ingin kan mengejar impian? Kalian tahu apa yang harus kalian lakukan? Mengorbankan sesuatu. Itu sudah pasti. Kami akan menguji kalian bertiga, baik kemampuan maupun keterampilan. Saya harap kalian siap. Akan dipilih satu orang dari kalian, dialah yang akan mendapatkan apa yang dia inginkan.

Kalian tahu? Semua ini butuh pengorbanan, jika kalian kalah terima konsekuensinya. Kalian tidak akan bisa menolak, dengan alasan apa pun itu. Jika kalian menolak, pada akhirnya kalian akan tetap bergabung.

Selamat bergabung, Astrid, Vega, Altair."

"Kenapa kita gak bisa nolak? Apa sih maksudnya?" tanya Altair.

"Entah bagaimana pun ini takdir, kita harus berjalan mengikutinya," kata Vega yang merasa kecewa.

"Kita memang harus mengikuti takdir. Tapi berpisah dan menyingkirkan satu sama lain demi kepentingan sendiri, itu bukan kita yang sebenarnya. Aku tahu kalian yang sebenarnya. Apa pun yang akan terjadi, jangan lupakan keluarga, ingat, aku akan selalu berada di pihak kalian. Jika mereka memisahkan kita, jangan khawatir. Itu bukan takdir. Kalian tahu apa takdir kita? Menggapai impian bersama." Astrid bahkan berkata dengan ragu, yang ia inginkan hanya membuat kedua sepupunya merasa tenang.

Terdengar suara tapak kaki yang sedang menuruni tangga. Tak lama pintu terbuka, menampakkan dua sosok yang mereka kenal, salah satunyalah yang tadi berbicara, ialah Pak Sargas dan Pak Izar. Keduanya tampak menyeringai dengan lebarnya, seperti sudah merencanakan sesuatu. Lampu ruangan tiba-tiba padam. Selang beberapa detik kemudian, lampu menyala. Tetapi kali ini, bukanlah ruangan besar yang memiliki ornamen kuno, melainkan sebuah ruangan yang menggambarkan teknologi di masa depan, teknologi yang canggih. Muncul beberapa pintu besar layaknya sebuah gerbang, hingga ditekanlah sebuah tombol yang membuat salah satu gerbang terbuka, menampilkan lorong yang begitu panjang dengan cahaya biru menghiasinya. Ketiga anak itu tampak takjub sekaligus ketakutan. Mereka takjub akan teknologi tinggi yang digunakan di sana, beberapa robot berjalan mondar-mandir, ruangan ini benar-benar berubah. Dan mereka ketakutan, sangat ketakutan, dengan apa yang sedang menanti mereka, dan mereka akan tahu sebentar lagi ketika sebuah kendaraan datang ke arah mereka. Kini mereka berlima telah memasuki kendaraan itu. Tak menunggu waktu lama, kendaraan mulai berjalan, meninggalkan ruangan besar yang berlimpah cahaya itu.

Tower of SacrificesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang