Happy reading!
"Lo Krystal kan?!" teriak seorang lelaki di sana.
Krystal menoleh ke belakang. Seorang lelaki dengan baju yang dikeluarkan, dasi berantakan, dan celana yang digulung ke atas menghampirinya. Yang uniknya, rambut lelaki itu abu-abu kehitaman, membuat kadar ketampanannya bertambah.
"Iya, kak. Kenapa?" tanya Krystal.
"Lo murid baru itu kan?"
Krystal mengangguk.
"Kenalin, gue Stefan dari kelas XII-F. Ini temen-temen gue, William sama Thomas," ucap Stefan.
"Hai," ucap yang bernama Thomas.
"Iya, hai kak. Kenapa manggil aku?"
"Pake gue-lo aja. Nggak papa, cuma manggil doang. Abis gue udah ngeliatin lo dari kemaren, lo cantik banget," ucap Stefan tiba-tiba.
Krystal mengernyit heran, tapi sama sekali tidak merasa tersanjung. Dia hanya menatap ketiga lelaki itu dengan tatapan datarnya. "Iya, makasih ya kak. Kalo nggak ada yang penting, gue bisa pergi sekarang kan?" tanyanya.
"Nggak bisa. Umur lo berapa?" tanya Stefan lagi.
"Gue masih 14 tahun,"
"APA?!" seru ketiganya.
"E-eh? Emang kenapa kak?" tanya Krystal kaget karena mendengar seruan mereka.
"Lo masih 14 tahun? Emang bisa ke SMA dengan umur segitu?" tanya William.
"Bisa. Soalnya gue ikut kelas akselerasi," jawab Krystal.
"Astagaaaa..., ternyata gue naksir sama anak bayi," keluh Stefan.
"Naksir? Lo naksir dia, Stef?" tanya Thomas. Stefan mengangguk.
Krystal merasa obrolan ini sangat tidak penting. "Ya udah, gue pergi dulu ya kak, dah," ucap Krystal kemudian berjalan menjauh darisana dengan cepat, karena sedikit takut.
===
"Sumpah, nggak bohong, kopinya enak banget!" seru Adri ketagihan, sambil meminum kembali Mint Latte yang dibelinya di cafe Stoney Wall, milik Keanu.
"Lo suka Mint Latte ya?" tanya Krystal.
Adri mengangguk. "Dari dulu, gue selalu nyoba Mint Latte di manapun. Tapi yang jelas, Mint Latte punya Abang lo ini paling enak dari semua tempat yang pernah gue coba" seru Adri.
Keempat remaja itu sedang duduk di salah satu meja kafe Keanu.
"Gue nggak begitu suka Latte. Gue lebih suka Frapucinno Cream!" sahut Krystal dengan suara lucu sambil meminum kopinya.
"Lo berdua bisa stop ngomongin kopi nggak??" tanya Ali yang sama sekali tidak mengerti apapun tentang kopi. Bahkan saat ini dia hanya meminum smoothie karena tidak suka kopi sama sekali.
"Nggak," jawab Krystal dan Adri serempak. Ali menepuk dahinya kesal.
"Udah ah. Stop ngomongin kopi. Mendingan ngomongin yang lain. Kalian pada nggak ada cerita, nih?" tanya Zach.
"Gue ada. Tapi ceritanya aneh," ucap Krystal menyeruput Frapucinnonya.
"Apaan? Udahlah cerita aja, daripada kehabisan topik," ucap Ali.
"Ya udah gue cerita. Jadi tadi kan kalian liat, gue disuruh Bu Ilana buat pergi ke guru piket kan? Nah, abis itu gue ke kamar mandi. Pas keluar dari kamar mandi, gue ketemu sama Intan yang lagi nangis. Dia manggil gue. Ya udah, gue samperin. Dianya malah marah-marah ke gue. Dia bilang katanya gue yang ngehasut Milano buat putus dari dia. Terus dia bilang, Milano suka sama gue. Lah? Milano aja jadiannya sama orang lain, tapi dia bilang Milano naksir gue. Nggak jelas kan?" ucap Krystal dengan raut wajah sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐞𝐦𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 (✓)
Teen FictionTELAH DITERBITKAN DI GOOGLE PLAYBOOK ||𝐀 𝐓𝐄𝐄𝐍𝐅𝐈𝐂𝐓𝐈𝐎𝐍-𝐑𝐎𝐌𝐀𝐍𝐂𝐄 𝐒𝐓𝐎𝐑𝐘|| (TELAH DIREVISI) "To tell about loneliness," Krystal sangat menyayangi keluarganya. Walaupun mereka memperlakukan dia sebaliknya. Sejauh apapun dia mencoba...