18 - Happy Ending

423 11 0
                                    

Don't forget to leave vote and comments!

1 tahun, sejak Krystal dirawat dirumah sakit, sudah berlalu. Krystal sudah berjanji pada dirinya sendiri, dia tidak akan mau bertemu orangtuanya lagi. Dia tidak mau pergi tanpa pengawasan Stefan dan bodyguardnya. Ms. Hamilton dan Mr. Hamilton juga tidak memaksakan kehendak mereka agar Krystal kembali pada orangtuanya. Mereka ingin Krystal sehat dan bahagia. Jika ini cara Krystal untuk melakukannya, mereka hanya bisa mendukungnya.

"Stefan? Kenapa manggil Krystal?" Krystal masuk ke ruangan Stefan, dan bertanya.

"Kita makan siang, yuk. Krystal belum makan, kan?" tanya Stefan. Krystal mengangguk. "Kalo gitu batalin jadwal hari ini ya. Stefan sekalian mau ngajak Krystal jalan-jalan," ucap Stefan berdiri dari bangkunya.

"Tapi..., tapi...," ucapan Krystal terputus ketika Stefan memberikan baju gantinya.

"Nggak ada tapi-tapi. Papi udah izinin Stefan buat jalan-jalan sama Krystal kok. Udah, cepetan sana ganti baju. Krystal gantinya di kamar aja," ucap Stefan. Krystal mengangguk.

Krystal segera memakai pakaian yang diberikan Stefan. Overall skirts jeans selutut, dengan dalaman kemeja kotak-kotak lengan pendek biru, dan sepatu kets biru. Stefan tahu betapa Krystal mencintai baju yang bernama overall itu. Hampir setiap hangout, Krystal selalu memakainya. Krystal mempunyai berbagai macam jenis dan warna. Kemudian Krystal mengepang dua rambutnya.

Beginilah Krystal di luar kantor. Di dalam kantor, Krystal itu tegas, bertanggung jawab, dan tidak punya teman karena dia berpacaran dengan Stefan. Tapi Krystal tidak peduli. Di luar kantor, Krystal adalah wanita yang childish, bebas, dan suka travelling.

"Udah selesai, kan? Ayo berangkat," ucap Stefan yang baru keluar dari kamar kantornya. Stefan hanya memakai celana jeans, dan kemeja kotak-kotak biru persis seperti punya Krystal, hanya lengannya sampai sesiku.

"Lah? Baju yang Stefan beli ini kembaran ya?" tanya Krystal.

Stefan mengangguk. "Soalnya waktu nemenin Kakak jalan-jalan, Stefan liat ini. Stefan jadinya rebutan sama orang-orang. Terus karena Stefan terkenal, itu toko ngasihnya ke Stefan, deh. jadinya Stefan kembaran sama Krystal," jelas Stefan mengarang cerita.

Krystal tersenyum.

Stefan merangkul Krystal dan keduanya berjalan keluar dari ruangan Stefan, menuruni lift, dan berjalan melewati karyawan lainnya. Seketika semua orang menatap mereka.

"Ih..., enak banget ya, si sekretaris itu. Dia jadi pacarnya si bos. Sebel deh, ah,"

"Iya ya, padahal juga, seksian badan gue kok,"

"Tapi itu cewek beruntung juga ya. Gue denger-denger, dia sama bos udah temenan 8 tahun, terus baru jadian tahun kemaren,"

"Yah elah..., si bos cuma jadiin dia pelampiasan doang itu mah. Itu cewek kan umurnya di bawah kita. Liat deh, dikepang begitu. Emang mau jualan di pasar?"

Begitulah gosip-gosip yang diterima Krystal dan Stefan. Tapi mereka berdua tidak peduli. Semua orang itu kan tidak mengenal mereka lebih dalam. Hanya 'kabar burung' saja. Pernah sekali, salah satu karyawan wanita di kantor mereka itu, diam-diam masuk ke ruang kerja Stefan, dan berusaha menggodanya. Tapi yang terjadi? Stefan mendorong wanita itu dengan kasar, dan langsung memecatnya. Semenjak kejadian itu, Stefan mengeluarkan peraturan yang berisi 'Barangsiapa masuk sembarangan ke dalam ruang kerja Komisaris, Sekretaris, dan Direktur tanpa perintah dari pemilik ruangan itu sendiri, akan langsung dipecat saat itu juga'.

Krystal dan Stefan masuk ke dalam mobil yang diparkir di basement. Stefan ingin mengajak Krystal bermain di pasar malam. Dia ingin menghabiskan malam penuh kesenangan itu dengan Krystal, dan kemudian melamarnya.

===

"WAAAA! Stefan ini seru banget!!" jerit Krystal ketika mereka berada di atas roller coaster yang melaju dengan sangat cepat.

Turun dari wahana itu, Krystal mengajak Stefan untuk menaiki bianglala. "Stefan, ayo kita naik itu. Antriannya dikit, tuh! Tapi abis kita beli gulali ya?" pinta Krystal. Stefan mengangguk.

"Mbak, mau gulali big sizenya eum..., Stefan mau?" tanya Krystal. Stefan menggeleng. "Satu ya mbak. Yang warnanya ungu," lanjut Krystal.

Setelah membeli gulali, mereka berdua pergi ke antrean bianglala. "Stefan, Krystal seneng banget hari ini...," ucap Krystal di sebelah Stefan sambil memeluk lengan besar sebelah kiri lelaki itu dengan erat. Stefan mengelus kepala Krystal dengan tangan lainnya.

"Krystal habis ini mau langsung pulang, atau makan dulu?" tanya Stefan menatap Krystal.

"Makan dulu aja. Soalnya Krystal laper, nih," jawab Krystal. Stefan mengangguk mengiyakan.

Akhirnya mereka mendapatkan giliran untuk naik ke atas bianglala.

"Oh my God!! Stefan ini tinggi banget! Sukaaaa!" seru Krystal girang.

"Krystal, Stefan mau ngomong serius," ucap Stefan sambil menatap Krystal yang duduk di sebelahnya. Krystal menatap Stefan balik. "Krystal..., kita udah pacaran selama setahun lebih. Umur Stefan udah nggak muda lagi. Jadi..., Stefan nggak mau basa-basi. Krystal mau nikah sama Stefan nggak?" tanya Stefan sambil mengeluarkan kotak beludru berwarna putih, membukanya, dan menampilkan cincin emas putih dan permata ungu di tengahnya.

Krystal menganga menatap Stefan. Dia menutup mulutnya kaget. "Stefan...," dia terisak lagi. Kemudian dia langsung memeluk leher Stefan. "Stefan nggak tau ya, berapa lama Krystal nungguin Stefan ngelakuin ini?" tanya Krystal dengan mata berkaca-kaca.

"Jadi..., iya?" tanya Stefan.

Krystal mencium pipi Stefan saking gemasnya. "Ya iyalah! Orang udah nangis begini malah masih nanya. Iya Stefan..., iya," ulang Krystal.

Kini, giliran Stefan yang memeluk Krystal. Keduanya menghabiskan hari mereka malam itu bersama-sama.

===

"Kalian semua saya undang di hari pernikahan saya dengan sekretaris kalian dan juga tunangan saya - Krystal Azhalea - minggu depan, di The Park Lane Hotel di Jakarta Utara. Saya tunggu kehadirannya pada tanggal 05 September, hari Sabtu," umum Stefan di kantornya pada saat meeting sudah selesai. Dia merangkul Krystal yang tersenyum di sebelahnya.

"Aduh, itu bos nikah juga. Sama sekretaris geblek itu pula!"

"Yah..., mereka mau nikah. Abis deh kesempatan gue buat ngegebet pak bos!"

"Wah, makanannya enak nggak ya?"

"Yah..., si Krystal udah hampir jadi sama pak bos. Gagal nih gue..., jadi perjaka tua lama-lama,"

Begitulah percakapan yang terjadi di ruang meeting, usai ucapan Stefan. Stefan dan Krystal asyik saja pergi dari ruangan itu, ke ruangan mereka di atas.

===

REVISI.

𝐑𝐞𝐦𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang