March 7
7.15wib
Di parkiran sekolahClarin baru saja memarkirkan motor dan meletakkan helm nya, ketika sebuah tangan merangkul pundak nya. Ia tahu jelas siapa orang ini dari parfume yang di gunakan. Ia menyikut perut nya dan berbalik ketika mendengar ringisan dari mulut nya.
"Duh, sakit Claron bangsat," ringis Dion sambil memegangi perut nya.
Clarin tak acuh dan melanjutkan jalan nya dan Dion masih mengikuti nya di samping.
"Cemen banget sih lo, kata nya anak taekwondo, tapi di sikut aja udah kesakitan."
"Gue belum sarapan tahu, lo mah. Ah, tapi gapapa, kali ini lo termaafkan." Ujar Dion dengan senyum manis nya.
Clarin memandang Dion sekilas lalu membuang pandang nya kembali. Ia tahu apa maksud dari ucapan Dion kali ini. Pasti tentang Resti.
"Karena lo udah ngasih id line Resti." Dion mengacak rambut Clarin sambil terkekeh.
Bener kan. Batin Clarin.
"DION RAMBUT GUE." Teriak Clarin sambil menahan tangan Dion.
Namun tangan Dion malah lari ke pipi Clarin dan menarik nya.
"Uuuuh, makasih ya Claron." Dion melepaskan tangan nya dari pipi Clarin dan langsung berlari sebelum mendapat amukan dari nya.
"DION, PIPI GUE SAKIT TAU." Clarin berteriak kencang, ia tak peduli dengan kenyataan bahwa banyak orang yang memperhatikan mereka barusan.
Sakit banget pipi gue, mana rambut juga berantakan lagi –Clarin yang lagi bete tingkat dewa.
Clarin emang kacung terdebest deh soal beginian –Dion yang lagu senyam-senyum gak jelas.
A/N
Hay guys, maaf buat ketelatan update nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We Just Friends? |✔️
Short Story"Duh, Clar, lo makan aja masih belepotan gini, gimana lo mau di taksir cowok coba?" -Dion yang lagi ngelap noda ice cream di pipi Clarin "Duh, Dion, lo kok nempelin gue terus sih, gimana lo bisa punya pacar kalau gini?" -Clarin yang lagi ngelepasin...