Tak berapa lama kemudian, teman-teman kerjanya sudah memasuki ruangan kerja mereka. Mereka berlalu ke meja kerja masing-masing sambil menghampiri Putri dan menepuk pundaknya secara bergantian, seakan mereka berkata 'yang sabar ya', disusul dengan Mia yang menatap Putri dengan rasa bersalah.
"Sorry banget ya, Put. Gara-gara gue lupa kasih tau meeting dadakan itu, lo jadi kena sensinya Big Bos."
Sebenarnya Putri tidak sepenuhnya menyalahkan Mia atas kejadian tadi, justru dirinya lah yang merasa bersalah dan menyesal. Kalau saja tadi ia tidak keluar dari gedung ini, maka kejadian itu pun tidak akan pernah terjadi.
"Bukan salah Mba Mia kok, kalau tadi aku makan di food court aja mungkin aku masih bisa ikut meeting itu."
Mia menatap kasihan kepada Putri, kemudian menepuk-nepuk bahu Putri. "Lo tenang aja Put, Big Bos gak akan mecat lo kok, tadi gue udah jelasin ke dia alasan lo telat datang. Dan dia setuju gak akan mecat lo." Putri sumringah seketika.
"Beneran Mba?"
"Iya. Tapi menurut gue, lo harus temuin Big Bos langsung untuk minta maaf. Seenggaknya, dia bisa lihat ketulusan lo untuk minta maaf, dan itu bakalan jadi nilai plus buat lo." Mia meyakinkan Putri.
"Eh, itu dia Big Boss!" tunjuk Mia pada pria yang baru saja melewati depan ruangan kerja mereka.
"Udah sana lo buruan temuin dia, sebelum dia keluar kantor," ujar Mia sambil mendorong-dorong tubuh Putri keluar ruangan.
"Tapi mba, apa nanti dia gak bakalan tambah marah kalau ngeliat aku?" tanya Putri yang merasa ragu dengan usul Mia.
"Itu resiko. Yang penting sekarang, lo harus buktiin ke dia kalau lo benar-benar menyesal atas kejadian tadi, udah sana buruan," desak Mia.
Dengan bergegas Putri menyusul Big Bosnya itu yang sekarang sedang menuju lift. Putri berlari kecil agar tidak kehilangan bosnya itu.
Namun tiba-tiba bosnya itu berhenti mendadak di tengah jalan. Putri yang sedang berlari kecil seketika kehilangan kendalinya untuk berhenti. Ditambah high heelsnya yang terasa menjadi sangat licin saat bergesekan dengan lantai keramik, membuat tubuhnya membentur punggung keras pria di hadapannya. Dan seperti biasa, jika bertubrukan dengan seseorang maka dirinyalah yang akan jatuh terduduk.
Putri mengaduh kesakitan karena bokongnya membetur lantai cukup keras. Saat ia berusaha bangkit tiba-tiba seseorang menjulurkan tangannya untuk membantunya.
Tanpa memandang pemilik tangan tersebut, Putri meraihnya dan segera bangkit. Namun ia merasa terkejut saat melihat pria yang berdiri di depannya. Pria itu lagi, pria sama yang pernah bertubrukan dua kali dengannya. Seketika Putri merasa terhipnotis oleh tatapan iris biru yang sangat mempesona itu, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.
Hanya dengan melihat senyuman pria itu, Putri merasa terbang melintasi tujuh langit.
Oke, ini terlalu berlebihan.
Putri menggerutu dalam hati saat suara berat seseorang menginterupsi khayalannya.
"Kau lagi! Apa setiap hari kau selalu bertindak seceroboh ini?!" kata Sam dengan nada sinis disertai tatapan tajam yang mengintimidasi.
"Ma-maaf, saya ..." ucap Putri terbata dengan rasa gugup. Namun belum sempat Puri menyelesaikan perkataannya, Big Bosnya itu sudah menyela terlebih dahulu.
"Apa kau selalu dengan mudahnya mengatakan maaf?" tanpa menunggu jawaban, Sam berlalu meninggalkan Putri yang sedang tertunduk.
Beberapa langkah di samping Putri, berdiri seorang pria bermata biru yang sedari tadi hanya diam dan mengulum senyumnya melihat interaksi kedua orang di hadapannya ini. Bagaimana tidak, ia merasa gemas melihat tingkah laku Putri yang sedang salah tingkah.
![](https://img.wattpad.com/cover/145244393-288-k756441.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
You're Mine
General Fiction(18++) "Disaat aku menyadari cinta ini, disaat itu juga aku tidak akan pernah melepasmu, saat ini, esok ataupun selamanya." -Samuel Ferdinand- "Aku mencintaimu, sangat mencintaimu, namun cintamu sungguh menyakitkan, aku tak mampu menahannya." -Putr...