analogi

38 0 0
                                    

Kamu senjaku,
Senja yang indah, bertabur bintang kala malam menjemput.
   Di sini, aku masih merindu,
   Akanmu, dan mimpi-mimpi kita yang seabstrak bintang.
--Kala jelaga datang, aku menangisimu,
Sebab kau enyah, dan mimpi kita tinggal mimpiku.

Kamu kopiku,
Yang manis, begitu manis, tapi pahit masih saja tercecap.
   Penyedia kafein untuk terjaga pada gulita,
   Mengisi waktu dengan obrolan kosong antar kita,
   Tentang rahasia kecil yang bersama kita umbar.
--Hei, apa kau masih ingat tentang impiku?
Di sini, masih kukenang punyamu.

Kamu Romeoku,
Yang gagah dan pecundang.
   Yang hanya berani menyurat dan bertamu kala gelap mengukung,
   Yang berucap janji atas nama bulan yang tak pernah absolut.
--Dan memang benar, kau pergi tanpa mengingat janji.
Dan di sini, aku hidup akan janji-janji itu.
Janji-janjimu yang tidak terealisasikan. Tidak akan pernah.
Bodoh, ya?

Kamu, masihkah kamu, [kamu] yang dulu?
Kamu yang dulu teramat sering berbagi canda gurau denganku?
Kamu yang berbagi mimpi denganku untuk menjelajah ke galaksi?
Pada lubang hitam jua ruang angkasa penuh teka-teki?
(Teka-teki, misteri, sama selayakmu yang bagai kepingan puzzle.)

Masihkah kamu kenang itu?
Masihkah kamu, [kamu] yang dulu?
Yang menjanjikan ruang angkasa padaku?
   Oh...,
   Kamu, [Luciel]-ku.

Ini analogi hasil hatiku
Maaf bila berantakan, karena nyatanya memang seabsurd itu!
Gestur-gesturmu (dulu) membuatku jatuh begitu dalam
Luluh lantak pada ketiadaan di mana aku tak lagi mampu

Dan kehilanganmu?
Oh,
Kau tak akan pernah tahu berapa keping aku hancur berserak
Karenamu,
Aku kehilangan persepsi logika yang kupegang teguh

Ini analogi hasil hatiku
Untukmu, hanya teruntukmu seorang
Satu Tuan tempatku bertukar angan
Sadarkah kau, kalau kaulah itu?

Ini analogi hasil hatiku
Apa kau mengerti?

#cheesyline707

Kuroyuki Alice
29. 04.2018

Sajak NirmanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang