46. GoodBye Sun, Under the Yellow Rain

864 171 289
                                    

PART INI PANJANG LOH. BACALAH SAAT SANTAI.

*
🎧 Calling Out - Luna Chrystal

*

"Cinta, jangan berulah atau buatlah tipuan; seolah-olah kau tidak ada."
(Swastamita)

***


Lima minggu kemudian.

"Jadi, kamu masuk mana?"

Pertanyaan horor yang Runi dengar siang ini. Saat sedang asik-asiknya merayakan kelulusan dengan teman-temannya, dia malah dipanggil ke ruang guru.

"Runi?" Pak Tendi bertanya sekali lagi.

"Masuk gerbang, Pak."

PLAK!

Runi melonjak kaget. Pak Zul yang berdiri di samping Pak Tendi memukul mejanya dengan penggaris. Sejak kapan lelaki tua ini di sini? Pikir Runi.

"Saya belum tahu, Pak."

"Kenapa? Teman-temanmu yang lain sudah melapor akan masuk ke mana. Sekolah bersedia membantu menyiapkan bahan-bahannya. Sekolah Tinggi? Universitas? Institut? Kursus? Akmil? Akpol? Sekolah siap bantu. Kecuali nikah." tanya Pak Zul beruntun.

"Saya-masih bingung. Nggak ngerti apa yang mau saya capai ... saya bahkan merasa saya tidak berguna."

Mendengar itu, Pak Zul terdiam sesaat. Ia lalu membuka kacamatanya dan duduk di kursi yang berada di samping Pak Tendi. Kemudian katanya,

"Tuhan telah menciptakan manusia dan Jin untuk beribadah. Bukan hanya soal sholat, puasa dan mengaji. Tapi menuntut ilmu adalah ibadah, bekerja mencari harta halal adalah ibadah. Yang paling penting kau niatkan semuanya karena ibadah. Karena ingin mendapatkan keridhoan Allah."

Lalu dia berhenti bicara. Matanya basah tepat ketika ia mengatakan perihal keridhoan. Pak Zul lelaki yang saleh meskipun ia garang. Semua orang tahu ia sangat memedulikan murid-muridnya. "Di dunia ini ada banyak kesempatan yang telah Tuhan sebarkan, hanya kita saja yang perlu membaca isyarat-Nya. Jangan pernah berkata kalau kau orang yang tak berguna. Karena setiap yang ada di bumi ini, tidak diciptakan untuk di sia-siakan. Bahkan sampah bukanlah sampah jika di hadapan pemulung. Runi, andai ini soal guna dan tidak guna, bapak juga orang yang tidak berguna. Tapi aku menemukan kegunaanku di tempat ini bersama kalian yang secara bergiliran pergi dari tempat ini. Sementara aku terus menua dari hari ke hari. Kau harus tahu, sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat."

"Jadi Runi, beribadahlah, bermanfaatlah. Itulah yang harus kau capai di dunia ini, sebelum memikirkan hal-hal lain. Carilah kesempatan-kesempatan ibadah itu. Cari cara agar kau bisa bermanfaat." katanya lagi.

Runi tertegun. Dia tersadar saat Pak Zul menepuk bahunya, lalu memerintahkan Runi untuk memikirkan lagi soal tujuannya setelah SMA. Kalau perlu, Runi bisa ke perpus untuk meminjam buku data Universitas di Indonesia.

Runi mengangguk. "Terimakasih, Pak," ucap Runi sambil beranjak dari tempat duduknya.

"Kenapa ini?"

"Terimakasih, sudah memberi saya kesempatan setiap hari."

Pak Zul tersenyum.


***


"Swastamita J." Winda melipat tangan dan tersenyum. "Jadi, kamu rencana lanjut ke mana?"

"Saya mau kuliah S1, terus kalau bisa, saya lanjut S2 dan S3." Tami menjawab dengan mantap. Siang ini, Setelah pengumuman kelulusan, dan ikut melakukan sedikit keributan yang khas terjadi saat lulus. Gadis itu pamit ingin menemui Winda.

Faktor J (Swastamita) ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang