Bab VI : (Not) My Son

5.4K 489 12
                                    

Jihyun melangkahkan sepasang kaki, ia berjalan berdampingan bersama sosok pemuda yang baru dikenal di lift. Secara tiba-tiba saja, Jihyun dan Jimin bisa dekat dan akrab seperti itu. Padahal sangat jelas sekali, Jihyun tipikal anak yang pemalu. Sulit untuk dekat dengan orang, yang baru ia temui. Dan untuk yang pertama kali, Jihyun bisa akrab dengan orang asing dalam kurun waktu yang singkat.

"Jihyun," panggil Jimin. Pemuda ini menunduk, menatap sosok bocah itu yang juga mengerjapkan mata dan menatap dirinya. Jimin terkekeh, tangan yang terbebas pun mengusak surai hitam Jihyun. "Apakah kau sudah makan?" tanya Jimin. Bocah tampan itu menggelengkan kepala, ia menatap Jimin polos.

"Mau makan bersama Hyung?" tanya Jimin. Menatap Jihyun penuh harap, tatkala bocah tersebut menaikkan sebelah alis. Menatap Jimin dengan kerutan di dahi, kentara sekali bahwa bocah tersebut tengah menimang-nimang ajakan Jimin. "Bagaimana? Kau mau? Ayolah," desak Jimin.

"Oke," kata Jihyun. Bocah tersebut menganggukkan kepala, sebelah tangan mungil Jihyun meraih tangan kekar Jimin. Menarik tangan Jimin tidak sabaran, pergi ke kantin rumah sakit. Membuat pemuda tampan itu terkekeh, melihat tingkah bocah tampan tersebut.

Disinilah keduanya berada, duduk saling berhadapan di salah satu bangku kantin rumah sakit. Kedua pria itu saling melemparkan senyum, manakala sepasang hazel kelam Jimin bertubrukan dengan sepasang hazel kecoklatan Jihyun.

Namun dalam sekejap, senyuman di paras Jimin luntur. Di bawah meja, ia mengepalkan tangan di atas pahanya. Mimik muka Jimin berubah, tatkala melihat senyum Jihyun. Entah ia yang terlalu berlebihan atau apa, Jimin merasa senyuman lebar Jihyun sangat mirip dengannya. Cara sepasang hazel kecoklatan Jihyun yang membentuk garis lurus saat tersenyum lebar, sangat mirip sekali dengan Jimin.

"Jimin Hyung!" panggil Jihyun. Sosok bocah tampan itu mengubah senyum di bibir, menjadi garis lurus. Kedua mata kecoklatan Jihyun menatap Jimin bingung, manakala pemuda itu menatap Jihyun intens. "Ada apa?" tanya Jihyun lagi.

"Kau ingin pesan apa?" tanya Jimin. Ia merasa kikuk dan aneh, manakala ia tertangkap basah karena terlalu memperhatikan Jihyun. "Apapun yang kau suka, Ji. Kau bisa pesan semua yang kau mau," ujar Jimin lagi.

"Benarkah?" tanya Jihyun. Menatap Jimin dengan mata berbinar, pemuda itu hanya terkekeh dan mengangguk singkat. Senyuman yang sempat luntur di wajah tampan Jihyun pun kembali terbit, senyuman itu melebar saat melihat Jimin terkena virusnya. "Kalau begitu, aku pesan jus alpukat dan sup rumput laut."

"Apakah keduanya favoritmu?" tanya Jimin. Jihyun hanya menganggukkan kepala, sebagai jawaban. Membuat Jimin tersenyum tipis, memandangi sosok bocah tampan itu. "Seleramu sama dengan Hyung, Ji. Bukankah itu lucu?" tanya Jimin lagi seraya terkekeh pelan.

"Mungkin itu hanya kebetulan," sahut Jihyun. Bocah tampan itu menghela napas panjang, seraya mengendikkan bahu acuh.
**

Seokjin mengerutkan kening, tatkala melihat Jihyun berdiri berhadapan dengan jendela. Senyuman lebar terus tersungging di wajah tampan itu, membuat lelaki paruh baya ini juga terkena dampaknya. Tidak ingin mengganggu ketenangan bocah itu, Seokjin berjalan pelan. Semaksimal mungkin ia tidak mengeluarkan suara, agar Jihyun tidak mengalihkan atensinya.

"Appa datang?"

Suara lirih Jihyun terdengar, Seokjin menghentikan langkah. Pandangan mata lelaki paruh baya ini menyorot satu objek, yang sama sekali tidak merubah posisi. Membuat dahi lelaki paruh baya itu mengerut, semakin memperlihatkan lipatan-lipatan di dahi Seokjin.

"Kau kenapa?" tanya Seokjin. Lelaki ini sudah tidak bisa lagi menahan diri, untuk tidak bertanya. Dirinya selalu merasa penasaran, jika hal itu menyangkut Hyeon Na ataupun Jihyun. "Tidak biasanya Jihyun-ku tersenyum lebar seperti itu," ucap Seokjin.

Accident [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang