Bab VIII : Uncovered

5K 440 13
                                    

Yoongi meraih tangan Hyeon Na, menggenggam lembut tangan wanita itu. Hyeon Na membatu, tangan kanannya menjatuhkan sumpit yang masih berada di genggamannya. Mata kecoklatan Hyeon Na masih terfokus pada Yoongi, yang meremas lembut jemari lentiknya. Menatap Hyeon Na penuh cinta dan puja.

"Aku menyukaimu," kata Yoongi. Si pemuda berkulit putih pucat itu pun mengecup punggung tangan Hyeon Na, ibu jari Yoongi masih membelai punggung tangan wanita itu. "Aku mohon, jadilah kekasihku. Izinkan aku menjadi priamu," kata Yoongi lagi.

"Maaf, Sunbae." Hyeon Na berujar, setelah sekian lama membatu karena perubahan sikap Yoongi. Menghela napas, ia menarik tangannya dari genggaman Yoongi. Wanita cantik ini beranjak dari duduknya, kemudian membungkukkan badan sekilas. "Aku tidak bisa menerima cintamu. Carilah wanita lain yang lebih baik dariku," kata Hyeon Na.

Setelah mengatakan hal itu, Hyeon Na melangkah pergi. Meninggalkan Yoongi yang masih terdiam, pemuda itu masih mencerna setiap kata yang dilontarkan oleh Hyeon Na. Diam-diam, Yoongi mengepalkan tangan. Ia menoleh, menatap punggung sempit Hyeon Na yang semakin jauh. "Kau masih mencintainya, bukan?" tanya Yoongi setengah berteriak.

Hyeon Na menghentikan langkah, ia terdiam. Yoongi menyeringai, masih memperhatikan punggung Hyeon Na. Bisa ia lihat, tubuh mungil wanita itu menegang karena pertanyaannya tadi. "Kau masih menginginkan Jimin, bukan begitu? Itukah alasanmu menolakku, Kimmy?" tanya Yoongi.

"Tidak," jawab Hyeon Na singkat. Ia menggelengkan kepala, tangannya pun mengepal. Sepasang mata bulat wanita ini berkaca-kaca, memandang sepasang tungkainya berbalut sepatu high heels. "Aku tidak menginginkan Jimin, Yoongi Sunbae. Aku hanya tidak bisa menerimamu," kata Hyeon Na lagi memberikan penjelasan.

"Apa yang membuatmu tidak bisa menerimaku?" tanya Yoongi. Pemuda itu mendesis, beranjak dari kursi. Ia menghampiri Hyeon Na, yang masih terdiam membatu. Yoongi berdiri di belakang Hyeon Na, memandangi punggung sempit wanita cantik itu dari dekat. "Aku tidak sama dengan Jimin, Kim. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, seperti yang telah dilakukan Jimin padamu."

"Maafkan aku, Sunbae. Aku tidak bisa menerimamu," kata Hyeon Na pelan. Ia segera melangkahkan sepasang kaki lebar-lebar, sembari membekap mulutnya sendiri. Meninggalkan Yoongi yang masih diam, menatap sedih punggung sempit Hyeon Na.
**

Jihyun berjalan lunglai melewati pagar sekolah, sepasang hazel coklat miliknya berpendar. Mencari-cari sosok Seokjin atau Hyeon Na, yang selalu menjemputnya tepat waktu. Ia mendengus, tangan Jihyun meremat kuat tali tasnya. Kedua kaki pendek yang dibalut sepatu berwarna merah itu pun, menendang-nendang kerikil kecil di sana.

Jihyun menegakkan kepala kembali, ia menaikkan sebelah alis saat melihat sebuah taksi berhenti tepat di depannya. Alis Jihyun bertautan, kepala bocah tampan ini dimiringkan. Namun, senyumannya terbit saat ia mengetahui siapa yang penumpang taksi tersebut. "Jimin Hyung!" seru Jihyun.

"Hai," sapa Jimin. Pemuda tampan ini tersenyum kecut, memperhatikan wajah Jihyun. Hyeon Na merawatnya dengan baik, itulah yang berada di dalam benak Jimin sekarang. "Jihyun, masuklah! Hyung akan mengantarmu pulang," kata Jimin.

Jihyun mengangguk, segera masuk ke taksi tanpa berkata sepatah kata pun. Bocah tampan ini tetsenyum lebar, menatap Jimin yang balas tersenyum padanya. "Terima kasih," kata Jihyun singkat.

Jimin hanya mengangguk, hatinya menghangat melihat senyuman bocah tampan itu. Sepasang hazel kelam Jimin berkaca-kaca, memandang paras Jihyun. Senyumnya masih saja terpasang apik, memperhatikan lekat wajah Jihyun yang begitu mirip dengannya.

"Hyung," panggil Jihyun. Panggilan itu membuat Jimin tersentak, Jihyun pun terkikik. Bocah ini memiringkan kepala, memerhatikan tangan Jimin yang masih dibalut gips. "Apakah ini masih sakit, Hyung? Apakah sesakit itu hingga Jimin Hyung ingin menangis?" tanya Jihyun.

Accident [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang