Bab XI : Still Love You

5K 427 19
                                    

Jihyun menghentikan langkah, saat ia mendengar Jimin berteriak. Bocah ini menoleh, terkejut melihat sebuah truk melaju ke arahnya dengan kecepatan tinggi. Tubuh Jihyun terasa kaku, tidak sanggup lagi digerakkan.

Jihyun mengatupkan kelopak mata kasar, siap merasakan tubuh kecilnya terbang bebas saat ia bertubrukan dengan truk tersebut. Namun, semua terjadi begitu cepat. Jihyun dapat merasakan sepasang lengan memeluk perutnya, membawa ia pergi dari sana.

Jihyun mengerang sakit, merasakan tubuhnya bergesekan dengan aspal. Ia membuka kelopak mata perlahan, menatap keadaan sekitar. Lamunan bocah ini buyar, manakala sepasang telinga Jihyun mendengar suara ringisan kesakitan. Jihyun pun segera mendudukkan tubuh, menatap Jimin panik.

"Hyung!" panggil Jihyun. Air matanya tumpah, saat tidak mendengarkan Jimin merespon. Pemuda tampan itu tidak berhenti mengerang, seraya memegangi tangan yang dibungkus gips. Tangan yang baru saja digunakan untuk menyelamatkan putera kecilnya, Jihyun.

"Jimin!"

Hyeon Na berlari, menghampiri sang mantan yang masih terbaring kesakitan di tepi jalan. Air mata pun tidak bisa dibendung lagi oleh Hyeon Na, saat telinganya menangkap suara ringisan Jimin. Tangan Hyeon Na meraih kepala Jimin, meletakkan kepala pemuda itu di paha sebagai bantal.

"Jimin," lirih Hyeon Na. Wanita cantik ini menangis, merasa semakin sakit melihat keadaan Jimin. Air matanya terus berjatuhan, membasahi kening Jimin. "Bersabarlah, Jim! Kau harus kuat, ambulans akan segera datang. Kau harus kuat," ujar Hyeon Na.

Jimin tersenyum lebar, memandangi paras cantik Hyeon Na yang memerah karena menangis. Tangan kanan Jimin terulur, membelai lembut pipi Hyeon Na. "Jangan menangis, Kimmy! Aku baik-baik saja," ujar Jimin pelan.

"Tidak," balas Hyeon Na. Wanita ini menggelengkan kepala, masih tetap menangis. Ia meraih tangan Jimin, menggenggam lembut tangan kekar Jimin yang masih bergetar. "Kau tidak sedang baik-baik saja, Jim. Kau buruk sekali," ujar Hyeon Na.

"Kimmy," lirih Jimin. Pemuda tampan ini tersenyum, seraya mengeluarkan suara desisan. Hatinya berbunga-bunga, saat mendengar tiap kata yang dilontarkan oleh Hyeon Na penuh nada khawatir. "Aku mencintaimu," kata Jimin.

Setelah mengatakan hal itu, tangan Jimin melemas. Sepasang hazel kelam itu mengatup, bersamaan dengan tangan Jimin yang langsung jatuh di jalan.
**

Seokjin melangkah cepat, lelaki paruh baya ini hampir berlari. Napasnya memburu, melewati koridor rumah sakit panik. Di pikiran Seokjin hanya ada cucu dan puterinya, yang kemungkinan tidak sedang baik-baik saja.

Bergegas menghampiri Hyeon Na, ia langsung mendekap tubuh mungil puteri kecilnya. Sepasang mata Seokjin terpejam, manakala Hyeon Na menangis keras di dada bidang. Ia menghela napas panjang, mengusap punggung Hyeon Na. "Tenanglah, Kim! Semua akan baik-baik saja," kata Seokjin.

"Ini salahku," kata Hyeon Na. Wanita ini menangis, meremat kuat jas hitam yang masih melekat di tubuh tegap Seokjin. Ia mendongakkan kepala, menatap wajah tampan Seokjin dengan air mata yang menggenang di pelupuk mata. "Bagaimana jika terjadi sesuatu pada Jimin, Ayah? Aku takut. Tangannya tadi...."

Hyeon Na tidak sanggup menyelesaikan kalimat, wanita cantik ini kembali menangis. Meluapkan semua kekhawatiran dengan menangis di dada Seokjin, membuat lelaki paruh baya ini hanya bisa mendesah panjang dan mengusap-usap punggung Hyeon Na. Berharap dengan begitu, wanita cantik tersebut akan merasa lebih tenang.

"Jihyun," kata Seokjin. Lelaki paruh baya itu melepaskan dekapan, beralih menatap Hyeon Na yang masih terisak dan menunduk. Meremat tangan wanita itu, Seokjin menatap lekat wajah cantik Hyeon Na. "Dimana cucuku, Kimmy?" tanya Seokjin.

Accident [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang