Bab VII : Love Triangle

5.4K 440 9
                                    

Hyeon Na mengepalkan tangan, sosok cantik ini menundukkan kepala. Mata indahnya terkatup sesaat. Mendadak, otaknya kosong. Jimin masih berdiri di depannya, menatap Hyeon Na tidak percaya.

"Kau pasti bohong," kata Jimin. Sosok tampan itu menggelengkan kepala, ia mendekati Hyeon Na. Tangan kanan pemuda ini mencengkeram kuat bahu kiri Hyeon Na, seraya menangis. "Kau berbohong padaku, Kimmy! Kau anak tunggal, kau tidak punya seorang adik. Jihyun puteraku, aku yakin itu."

"Dia bukan anakmu!" teriak Hyeon Na. Ia menepis tangan Jimin, wanita ini menegakkan kepala. Menatap tajam sosok rupawan, yang dulunya pernah mengisi hari-harinya penuh warna. "Kim Jihyun, adalah putera Kim Seokjin. Dia bukan anakmu, Park Jimin. Anakmu sudah mati," ujar Hyeon Na.

"Kau pikir, aku bodoh?" tanya Jimin. Sedari tadi, sepasang hazel kelam pemuda ini berlinang air mata. Sosok tampan tersebut menangis, manakala hatinya terasa berdenyut sakit karena tatapan penuh kebencian yang dilayangkan oleh Hyeon Na. "Aku mengenalmu, lebih dari apapun. Kau tidak mungkin menggugurkan janin itu, walaupun aku menyuruhnya. Kim Jihyun, dia putera kita. Benar, bukan? Katakan padaku!" desak Jimin.

"Memang kau mau apa?" tanya Hyeon Na. Wanita ini meninggikan suaranya tersebut, kala Jimin tidak berhenti mendesak dirinya. Ia mengepalkan tangan, menatap Jimin penuh akan kebencian dan luka di sana. "Jika Jihyun memang puteramu, kau mau apa? Apa yang akan kau lakukan?"

Jimin menundukkan kepala, sepasang hazel kelam pemuda ini telah dilapisi oleh cairan bening. Siap kapan saja, membentuk aliran sungai kecil di pipi Jimin. Ia mengepalkan tangan kanan, bibir tebal pemuda ini terkatup rapat. Hati Jimin berdenyut sakit, kala mendengar suara isakan kecil dari bibir tipis Hyeon Na.

"Aku ingin," ujar Jimin. Sosok tampan ini menggigit bibir, ikut terisak saat suara isak tangis Hyeon Na semakin kencang. Ia tidak sanggup untuk melanjutkan kalimat, lidahnya terlalu kelu dan tenggorokannya tercekat. Ia sesak. "Aku ingin meminta maaf pada Jihyun, memperbaiki dan berusaha menjadi sosok Ayah yang baik untuk Jihyun. Aku...."

"Tidak perlu," tukas Hyeon Na. Gadis ini memotong ucapan Jimin, seraya menghapus kasar air matanya. "Kau tidak perlu melakukan itu semuanya, Park! Jihyun sudah hidup bahagia, tanpa sosok Ayah brengsek sepertimu di sisinya. Kau tidak perlu melakukan hal itu," ujar Hyeon Na.

"Kau boleh membenciku," kata Jimin. Lelehan air mata tidak kunjung berhenti, manakala sosok cantik itu terus memojokkan dan menyalahkan semua yang terjadi di masa lampau. "Tapi, biarkan aku tetap berada di sisi Jihyun. Biar bagaimanapun juga, aku adalah ayahnya. Ayah kandungnya," ujar Jimin lagi.

"Kau bukan Ayah Jihyun!" teriak Hyeon Na. Wanita ini mengepalkan tangan, berusaha memperkecil suara isakannya. Hatinya kembali sakit dan hancur, saat Jimin kembali muncul di depannya. Mengingatkan luka lama Hyeon Na, yang telah lama mengering. "Kau bukan siapa-siapa! Perlukah aku ingatkan padamu, bahwa kau tidak menginginkan Jihyun lahir? Bukankah kau yang bersikeras memintaku meleyapkan Jihyun?" ujar Hyeon Na.

"Pergilah," lanjut Hyeon Na. Wanita ini berujar lirih, mengalihkan arah pandang. "Jangan ganggu kami lagi, Jim! Biarkan Jihyun seperti ini saja!"
**

Yoongi menenggak segelas wine, yang ada di tangannya. Sepasang obsidian pemuda ini memperhatikan Jimin, yang tidak fokus. Pemuda tampan itu terlihat melamun, entah apa yang telah mengganggu sosok rupawan itu.

Yoongi menghela napas, niat awal ia datang ke rumah Jimin sepertinya gagal. Jimin tampak menyedihkan sekarang, membuat pemuda berkulit putih pucat ini ragu untuk bersuara dan mengeluarkan deretan kalimat, yang berisi interogatif.

Jimin masih enggan bersuara, bibir tebal pemuda ini masih terkatup. Tak ada tanda-tanda, bibir seksi tersebut akan terbuka. Namun sebagai ganti, sosok rupawan ini menjatuhkan air mata. Cukup untuk menunjukkan pada Yoongi, tentang suasana hati Jimin sekarang ini. Air mata itu terus mengalir, namun Jimin masih tetap terlihat kosong. Membuat Yoongi, selaku kakak tiri Jimin pun merasa khawatir. Ia ingin bertanya, namun suara serak Jimin menginterupsinya.

Accident [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang