Bab I : Truth

11.5K 589 15
                                    

Sepasang tungkainya melemas, tidak sanggup lagi untuk menopang tubuh mungilnya. Tubuhnya merosot di lantai kamar mandinya yang dingin, begitupun dengan air matanya. Sosok cantik ini menundukkan kepalanya, seraya menjatuhkan pandangannya pada sebuah benda di tangannya. Ia menangis, terisak di sana.

"Bodoh," ujarnya. Gadis mungil ini mengatai dirinya sendiri, manakala ia melihat hasil testpack yang masih ada di tangannya. Air matanya tumpah, kala ia membayangkan nasibnya kelak. "Apa yang kau lakukan, Hyeon Na? Mengapa kau begitu bodoh sekali?"

Ia masih belum beranjak dari sana, walaupun sosok mungil tersebut telah berhenti menangis. Mendadak, binar di matanya meredup. Begitu juga dengan otaknya, yang seketika kosong karena kejadian ini. Gadis mungil ini masih belum mempercayainya, jika ada sosok makhluk lain di dalam perutnya.

Menghela nafas panjangnya, sesosok mungil inipun bangkit. Hyeon Na pun segera keluar dari kamar mandi, berjalan lesu menuju dapur. Tidak sengaja, sepasang mata kecoklatannya itu melihat sosok lelaki paruh baya yang sedang menyiapkan makan malam untuk mereka berdua. Air matanya pun kembali meleleh begitu saja, manakala melihat senyum lebar terlukis indah di wajah rupawan sosok ayahnya. Kim Seokjin.

Menjilat bibir bawahnya yang kering, sosok cantik ini menghapus air mata tersebut. Ia memaksakan dirinya, untuk tersenyum. Dengan langkahnya yang riang, Hyeon Na menghampiri Seokjin. Memeluk pinggang sang ayah tercinta, membuat lelaki paruh baya itu tersentak karenanya.

"Kau mengejutkan Appamu, Nona Kim." ujar sang ayah dengan nadanya bergurau. Hyeon Na tersenyum tipis, seraya mengusapkan pipi kirinya di punggung Seokjin. Matanya terpejam, menikmati aroma tubuh sosok lelaki paruh baya itu. Seokjin pun menghela nafas, hanya mampu menggelengkan kepala karena tingkah Hyeon Na yang manja. "Bagaimana dengan sekolahmu, Kim?"

"Tidak ada yang menarik," jawab Hyeon Na. Ia tersenyum kecut, tatkala Seokjin menanyakan tentang sekolah. Membuatnya teringat, akan kejadian yang baru saja menimpanya.

"Lalu, apakah kau sudah memikirkan kau ingin melanjutkan kemana? Kau jadi masuk ke fakultas kedokteran atau hukum?" tanya Seokjin lagi.

"Entahlah," sahut Hyeon Na. Gadis ini menghela nafasnya gusar, manakala Seokjin terus menanyakan tentang pendidikannya. Mendadak, kepalanya terasa pening. "Aku masih bingung," kata Hyeon Na lagi.

"Kau kenapa?" tanya Seokjin. Lelaki ini menaikkan sebelah alisnya, tatkala mendengar nada bicara Hyeon Na berbeda dari biasanya. "Apakah kau sedang ada masalah? Tidak ingin bercerita dengan Appamu, Kimmy?"

"Tidak ada," jawab Hyeon Na. Gadis ini menggelengkan kepalanya, seraya tersenyum miris di balik punggung lebar Seokjin. Untuk yang pertama kalinya, ia membohongi Seokjin. Ia menghela nafas lelah, sepasang lengannya pun semakin mengeratkan pelukannya di pinggang Seokjin. "Aku hanya lelah dengan try out dan lain-lainnya," ujar Hyeon Na.

"Duduklah dulu," ujar Seokjin. Lelaki ini melepaskan sepasang lengan puteri semata wayangnya di perutnya itu, lalu ia berbalik. Dengan gemas, ia mengacak-acak surai hitam sosok cantik itu. "Appa akan membawakan makanan ini ke meja," ujarnya.

Hyeon Na tidak menyahut, sesosok mungil ini hanya menggangguk pelan. Kemudian, ia berbalik badan. Mengikuti perintah sang ayah, untuk duduk di depan meja makan. Hyeon Na menanti sosok Seokjin, yang saat ini sibuk menyiapkan makanan untuk mereka.

"Appa," lirih Hyeon Na. Gadis cantik ini tersenyum, beranjak dari kursinya saat melihat berbagai menu telah dihidangkan di meja. Mendadak, ia merasa mual. "Sepertinya aku tidak perlu makan," ujarnya.

"Kenapa? Kau tidak suka? Mau Appa buatkan masakan yang baru?" tanya Seokjin.

"Tidak perlu," kata Hyeon Na. Gadis mungil ini menggelengkan kepalanya, seraya tersenyum tipis. Kukunya pun telah melukai jari telunjuknya, karena merasa gugup dan takut. "Aku masih kenyang. Sebelum pulang, aku pergi bersama teman-temanku untuk membeli ramyeon."

Accident [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang