2. Kesan Pertama Berkenalan

1.8K 339 165
                                    

A/N: Untuk kelanjutan cerita ini, aku tunggu suara kalian di part terakhir ya.

Happy reading 💕

〰️〰️〰️

Cahaya matahari pagi ini menyorot hangat menembus kulit. Helaian rambut yang di ikat menjadi satu itu berguncang-guncang seiring dengan langkah kaki sang empunya yang berlari melewati koridor.

Rasanya sungguh tak sabar untuk memberikan informasi terbaru yang ia dapatkan untuk seseorang. Saat mencapai pintu, ruangan kelas masih sepi. Beruntung sosok yang ia cari sedang membaca novel di sudut kelas dengan kening yang berkerut.

“Eh, Sya! Lo tau gak, kalo kemarin itu—”

“Kak Alfa cuman nemenin kak Fauzan buat datengin si Kiki. Masalah kenapa kak Fauzan nyamperin si Kiki itu simpang siur. Ada yang bilang kak Fauzan mau ngelabrak lah, ada yang bilang ini, ada yang bilang itu. Sebenarnya kak Alfa juga nggak ngerokok, cuman dia di tantangin sama si Kiki buat ngerokok. Lo tau 'kan kalo kak Alfa itu ‘panasan’ orangnya? Jadi, ya udah. Dia terima tuh tantangan si Kiki. Kebetulan waktu itu gue mau manjat pagar belakang sekolah, eh, gue malah lihat mereka. Lo tau 'kan kelanjutannya apa,” kata Gisya tersenyum meremehkan sambil menutup novelnya.

“Kayaknya gue salah deh gosipin ini sama lo. Lo itu beneran tukang stalker banget ya. Heran deh gue, lo udah mirip detektif di film-film. Masalah gini aja mudah banget lo taunya. Lo punya indra ke enam ya? Atau lo itu sebenarnya mata-mata dari negara lain buat mantau kondisi sekolah kita? Terus nanti lo bakalan— aduh!”

Gisya melengos melihat Syila yang mengaduh secara dramatis saat tip ex yang baru saja ia lempar mengenai dahinya. Gadis itu jika berbicara memang suka melantur ke mana-mana.

“Heh, kalo gue gegar otak gara-gara benda ini, lo mau tanggung jawab, hah?” ucap Syila sambil menunjuk Gisya menggunakan tip ex tadi.

“Gak bakalan. Gue kalo ngambil tindakan itu di pikirin dulu Syil, lo tenang aja.”

Syila memberengut kesal, sambil mengusap dahinya yang terkena tip ex dia bertanya lagi pada Gisya. “Tapi serius, Sya. Lo beneran bukan detektif dari negara asing yang menyamar di sini, kan?”

Gisya berdecak malas, “Bukan.” Ia mengambil buku paket sejarah yang berada di laci meja, baru teringat jika hari ini ada ulangan harian.

“Temenin gue ke kantin, yuk? Gue laper lagi nih. Biasa ya, namanya juga perut karet,” ujar Syila sambil tertawa.

“Gue bawa bekal, nih. Seperti biasa, lo mau?”

“Enggak ah, tiap hari bekal punya lo gue makan terus, nanti pas istirahat lo makannya jadi dikit. Udah mendingan antar gue ke kantin, bawa aja tuh buku paketnya.”

Gisya hanya mengangguk patuh, berdiri dan membawa buku paketnya. Di sepanjang perjalanan menuju kantin, Syila bercerita dengan antusias tentang drama korea yang tadi malam ia tonton. Gadis itu berhenti sejenak, memperhatikan Gisya yang hanya menggumam dan mengangguk-angguk saat merespon ceritanya.

“Bentar, ini ada yang aneh. Kenapa lo diam terus dari tadi? Biasanya lo yang paling cerewet kalo udah ngomongin tentang drakor. Terus biasanya lo suka misuh-misuh tuh kalo gue spoiler. Lo sakit? Oh– atau lo pms?”

The Power Of StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang