25

1.2K 113 46
                                    

Jangan lupa untuk tekan bintang di pojok kiri + kasih komentar sebanyak-banyaknya ya😊

Happy reading 🍃

〰️〰️〰️

Gisya menatap sendu seseorang yang sedang berbaring di brankar rumah sakit siang ini. Ia menghela napas, berdiri lalu mengecup pipi orang itu sekilas.

"Gisya keluar sebentar ya, Ma."

Gadis itu jadi menyeberang ke pintu yang ada di depannya, membuka pintu lalu melongokan kepala, dua orang lelaki terhebat yang selalu mengisi hari-harinya tampak sedang tertidur pulas.

Gisya kembali menutup pintu, ia melangkah gontai melewati lorong rumah sakit ini dengan kepala menunduk.

Hiks

Hiks

Baru saja ia berbelok menuju kantin langkahnya terhenti saat mendengar isak tangis seseorang. Gisya membeliak kaget saat melihat seorang gadis kecil yang menatap tangan bercucuran darah itu, di dekatnya ada tiang infus. Gisya mengira anak itu tak sengaja melepaskan jarumnya.

Saat Gisya mendekat ia baru menyadari bahwa gadis itu seperti sedang bersembunyi di balik pot bunga yang seukuran dengan tubuhnya.

"Hei, kenapa tanganmu berdarah?"

Gadis kecil berambut sebahu itu menatap Gisya dengan air mata yang masih berderai. Gisya membawa anak itu ke kursi yang tak jauh dari ruangan tadi, ia mengeluarkan saputangan untuk membersihkan darahnya.

"QUEEN!"

Gisya tersentak kaget, ia tertegun menatap seorang wanita yang berjalan cepat menghampiri mereka. "Astaga, kamu tidak apa-apa, 'kan?" Sorotnya begitu hangat, sekilas Gisya seperti melihat seseorang di diri perempuan itu.

"Ah— terima kasih telah membantu anakku. Aku Cheisya Sallvaline dan ini putri kecilku Queen Kireina Adysa," kata perempuan itu sembari meliriknya sekilas lalu kembali menghapus air mata gadis kecil di depannya.

Gisya tersenyum sopan sembari memperhatikan tatapan penuh kasih sayang yang di pancarkan oleh perempuan itu. "Aku Gisya. Senang bisa berkenalan dengan kalian tapi maaf aku harus pergi sekarang."

Sosok gadis kecil yang sedari tadi diam memperhatikan Gisya meraih bajunya begitu saja, gadis itu tak berbicara apapun namun tatapan matanya seolah menyiratkan sesuatu.

"Sayang, kakak ini sedang ada urusan. Sebaiknya kamu kembali istirahat."

Gisya merunduk, mengusap pipi gadis kecil itu sambil tersenyum. "Sampai jumpa, Queen."

〰️〰️〰️

Terik matahari yang begitu menyengat di ujung kepalanya tak ia hiraukan, gadis itu termenung. Kembali mengingat kejadian empat hari lalu yang meninggalkan bekas begitu dalam.


  "Ich liebe dich, Gisya."

Gisya terpejam erat saat merasakan benda lembut dan basah itu singgah di keningnya. Meresapi segala rasa yang dulu ia kubur dalam-dalam untuk cowok ini.

The Power Of StalkerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang