Sayembara Tanding 1

4.4K 103 4
                                    

Hari pelaksanaan sayembara tanding akhirnya sampai juga, yaitu hari Respati Cemengan atau malam Sukra Kasih. Sayembara tanding akan dimulai pada saat purnama penuh, atau kira2 kalau waktu sekarang ya sekitar jam 19.30.
Menjelang senja para peserta sayembara tanding sudah mulai berdatangan di Pengasinan, ditepi sungai Lumeneng Dukuh Pekuncen. Pada saat musim kemarau seperti saat itu, masyarakat dukuh Pekuncen sering mengambil air asin yang keluar ditepi sungai Lumeneng untuk dijadikan " bleng" , bahan untuk membuat garam dapur. Itulah mengapa tempat itu disebut Pengasinan, karena disitu muncul sumber air asin. Disamping itu Pengasinan juga sering digunakan sebagai arena "Ujungan", tempat untuk saling mengadu kesaktian dengan cara saling memukul kaki masing2 peserta dengan lenthu ( pentungan ) dari galih asem. Biasanya ujungan diselenggarakan pada malam purnama penuh, itulah mengapa sayembara tanding juga diselenggarakan pada malam purnama penuh dimusim kemarau.
Rombongan Ki Suta Blonos, Bagus Kuncung bersama pengiringnya menempatkan diri disebelah utara kalangan. Sementara rombongan Ki Setra Wungkal, Jaka Kentring dan pengiringnya ada disebelah barat. Sedangkan Lukita berdiri sendirian tanpa pengiring disebelah selatan, sementara Ki Singa Truna dan nanti Kyai Astrajiwa sebagai saksi menempatkan diri disebelah timur kalangan. Kyai Astrajiwa sebagai tokoh masyarakat akan hadir setelah menunaikan sholat isa di mushola yang dibangun oleh Mbah Agiana pada masa dulu. Meskipun keadaan cukup terang karena cahaya bulan, namun empat buah obor telah dinyalakan di empat penjuru kalangan,  tempat untuk sayembara tanding.
Dalam pada itu Lukita yang berdiri sendiri disebelah selatan kalangan terkejut ketika seseorang menepuk bahunya. Lukita segera menoleh dan betapa terkejutnya ketika melihat siapa yang hadir menemaninya. " Ki Sangga !!! ", demkian Lukita menyapa dengan suara pelan. " Ya Lukita, aku datang untuk menemanimu. Aku tahu engkau pasti sendirian disini ", jawab Ki Sangga Langit setengah berbisik. " Ya Ki Sangga, aku memang sendirian disini. Terima kasih atas kesediaan Ki Sangga menemani ", bisik Lukita.   " Mana lawanmu ? ", Ki Sangga Langit bertanya lagi. Lukita pun berbisik : " Itu sebelah utara, namanya Bagus Kuncung. Anak dari Ki Suta Blonos, orang yang berkumis dan memakai ikat kepala separo. Sehingga kepalanya yang plontos kelihatan mengkilat " . Ki Sangga Langit memperhatikan Bagus Kuncung, kemudian bebisik : " Anak yang sombong, meskipun rupanya tampan. Lalu satunya lagi mana ?". " Itu Ki Sangga, sebelah barat. Ia anak dari Ki Setra Wungkal, orang yang memakai baju hitam2 " jawab Lukita. Ki Sangga Langit berkata : " Hati2 Lukita dengan anak ini, ia tak segan2 berlaku curang. Ah, mana perempuan yang diperebutkan ? ".
" Sebenarnya bukan diperebutkan Ki Sangga ", Lukita menjelaskan : " Dua orang itu datang melamar secara berurutan. Ketika lamaran pertama belum dijawab, keburu datang lamaran kedua. Kemudian aku bertemu Nini Sedi dipinggir sungai ketika sedang mencuci. Itu gadis yang berdiri disebelah orang yang berbaju lurik dengan ikat kepala wulung. Ia adalah Ki Singa Truna, ayah dari gadis itu. Sesuai adat maka jalan keluarnya adalah sayembara tanding ". Sejenak Ki Sangga Langit memperhatikan Nini Sedi, kemudian berbisik : " Lukita, aku tidak menyalahkan kalau engkau berkeras untuk mengikuti sayembara tanding ini. Gadis itu memang cantik sekali". Dalam siraman sinar purnama serta pancaran cahaya obor, Nini Sedi tampak begitu cantik mempesona, siapapun pasti akan jatuh hati melihatnya. Ki Sangga Langit menepuk bahu Lukita : " Berbahagialah engkau Lukita, dicintai oleh gadis yang begitu cantik mempesona.  Melihat lawan2 mu, , engkau pasti bisa memenangkan sayembara tanding ini ". " Ya Ki Sangga, aku akan berusaha sebaik-baikny untuk memenangkan sayembara tanding ini ", jawab Lukita.
Dalam pada itu tiba2 keadaan menjadi senyap ketika Ki Singa Truna berseru mengucapkan selamat datang kepada Kyai Astrajiwa : " Selamat datang Kyai Astrajiwa, kami semua menunggu kehadiran Kyai. Sayembara tanding akan dimulai manakala Kyai sudah siap untuk menjadi saksi ", demikian Ki Singa Truna berseru. Kyai Astrajiwa hadir disertai dua orang santri serta seorang anaknya yang bernama Nokidin. " Terima kasih Ki Singa Truna, saya minta maaf karena baru bisa hadir setelah saya menyelesaikan kwajiban saya. Kepada Ki Suta Blonos beserta anak dan pengiringnya, kepada Ki Setra Wungkal bersama anak dan pengiringnya saya sampaikan selamat datang di Pekuncen. Insha Allah saya sudah siap menjadi saksi dalam sayembara tanding ini " , demikian kata Kyai Astrajiwa. " Kepada anak muda pengembara dari tanah Pasundan, saya juga menyampaikan selamat datang ".
Ki Singa Truna segera berseru : " Kepada semua yang hadir, apabila sudah tidak ada yang perlu disampaikan maka sayembara tanding akan dimulai ! " . Tiba2 terdengar satu suara berseru : " Maaf Ki Singa Truna, sesuai adat maka sayembara tanding bersifat terbuka. Sebelum dimulai, siapapun boleh mengajukan diri untuk mengikuti. Ki Singa Truna harus menanyakan kepada yang hadir disini apakah sudah tidak ada yang akan mengiluti lagi ". Hampir semua orang menengok kearah datangnya suara tersebut, siapakah yang berseru tadi.

Bersambung.......

Perkawinan Dua DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang