Sore harinya Sedi dipanggil oleh ayahnya yaitu Ki Singa Truna, : " Sedi, anakku kemarilah. Ayah ingin bicara denganmu". " Ya ayah ", demikian Sedi menjawab. " Kamu adalah satu-satunya anak ayah yang akan menyambung keturunan, tetapi setiap kali ayah bertanya kepadamu tentang perkawinan kau selalu menjawab belum ingin kawin ".Nini Sedi menunduk bisu. " Sekarang umurmu sudah 15 tahun, sudah terlambat untuk kawin. Kamu malah sudah jadi prawan tua ", lanjut ayahnya.
Ki Singa Truna adalah salah satu tokoh yang cukup disegani di lingkungan dukuh Sikemplamg. Nini Sedi semakin diam menunduk, dalam usianya yang sudah mencapai 15 tahun seharusnya ia sudah kawin, karena rata-rata usia gadis dikampungnya sudah kawin ketika usianya 12 sampai dengan 13 tahun. Sementara untuk pemuda biasanya sudah berumur 17 sampai dengan 19 tahun, karena pada usia tersebut seorang pemuda sedang kuat-kuatnya untuk bekerja diladang atau disawah." Tadi man Wangsa berceritera kalau kamu tadi pagi mencuci disungai ditunggui oleh seorang pemuda", ayahnya melanjutkan. " Siapakah pemuda itu anakku?". " Aku... aku... tadi. .... terpeleset di jalanan ... ", tergagap Nini Sedi menjawab. Ki Singa Truna berkata lagi : " Tidak apa-apa anakku, ayah cuma ingin tahu siapakah pemuda itu dan dari mana?". Nini Sedipun menjawab tersendat : " Ayah, aku .... aku .... tidak tahu siapa namanya. Ketika itu aku pulang, aku terpeleset dijalan sehingga cucian jatuh. Pemuda itu menolongku, membawakan cucian ke sungai ".
" Baiklah Sedi dengarkan, ayah mau bicara ", Ki Singa Truna melanjutkan : " Sebenarnya ayah sudah kedatangan tamu yaitu 2 orang sahabat, yang petama Ki Suta Blonos dari Gepura. Dia datang melamar kamu untuk anaknya yaitu Bagus Kuncung. Selang beberapa hari kemudian, Ki Setra Wungkal dari Majakerta juga datang melamar untuk anaknya Jaka Kentring". Ki Singa Truna berhenti sejenak, kemudian melanjutkan lagi, : " Ayah belum bisa menjawab, karena setiap kali ayah bertanya kepadamu selalu kau jawab belum ingin kawin".
Nini Sedi semakin tertunduk diam, sebenarnya saat itu ia ingin mengatakan kepada ayahnya tentang pemuda tampan berkulit kuning berambut ikal yang menolongnya tadi pagi, yang telah membuat hatinya berbunga-bunga. Ia ingin mengatakan kepada ayahnya bahwa sekarang ia sudah siap kawin dengan pemuda itu, namun sekarang semuanya menjadi kacau.
" Sedi anakku, kau mengerti bukan adat kita. Kalau ada dua orang pelamar atau lebih, maka jalan keluarnya adalah sayembara tanding. Kalau kemarin2 kau sudah menerima lamaran Bagus Kuncung, tentu ayah tidak akan pusing seperti ini. Sekarang sudah bertambah lagi dengan Jaka Kentring, lalu pemuda yang katanya telah menolong kamu". Kemudian Ki Singa Truna melanjutkan lagi : " Baiklah Sedi, kau minta pemuda itu supaya datang kemari. Biar nanti ayah yang menjelaskan kepadanya, sekarang siapkan makan malam ayah. Ayah sudah lelah dan lapar !". Sedi pun menjawab, : " Iya ayah ".
Esok paginya Nini Sedi pergi ke sungai sambil membawa cucianya, tapi ia tidak menunggu dua orang temannya yang biasa bersama. Ketika sampai di dekat pohon poh, matanya mencari-cari dan betul pemuda yang kemarin itupun telah menungunya. Setelah dekat, : " Kakang ...... kakang, .... kakang harus menang dalam sayembara tanding. Kalau tidak, ....kita....kita...." tergagap Nini Sedi berseru lirih.
" Iya Nini, ada apa? " jawab pemuda itu. Nini Sedi lupa bahwa ia belum tahu siapa nama pemuda itu, dan pemuda itupun belum tahu namanya. Ketika sadar iapun tersipu, : " Maaf kakang, bagaimana aku memangilmu? ".
" Namaku Lukita ", jawab pemuda itu lembut. " O ya, nanti sore, kakang Lukita di tunggu ayah. Rumahku diperempatan jalan ini. Itu yang ada pohon kemuningnya. Sudah, aku mau ke sungai mencuci, gak usah ditunggui lagi ". Nini Sedi berkata sambil berjalan ke sungai ". " Iya Nini", jawab pemuda itu, " Tapi.... Nini, nini..." seru pemuda itu lirih. " Namaku Sedi ", jawab Nini Sedi sambil berjalan ke sungai.Menjelang sore, Lukita pergi berjalan menuju rumah yang disebutkan oleh Nini Sedi. Ketika sampai didepan rumah yang berhalaman luas serta ada pohon kemuningnya, Lukita berhenti. Berdebar Lukita memasuki halaman rumah itu, rumah yang cukup besar dengan sebuah pendapa dibagian depan. " Naiklah ke pendapa anak muda, aku sudah menunggumu ". Sebuah suara yang cukup berat menyambutnya dari dari seseorang yang sedang duduk sendirian diatas tikar di pendapa.
Bersambung .......
KAMU SEDANG MEMBACA
Perkawinan Dua Dunia
Mystery / ThrillerKisah perkawinan antara dua makhluk yang berbeda alam, yaitu antara wanita dari dunia nyata ini dengan laki2 dari alam siluman