Sayembara Tanding 3

3.1K 93 4
                                    

Bagus Kuncung terkesiap, semua berseru kaget termasuk Ki Suta Blonos. Apabila lambung kanan Bagus Kuncung terkena lutut Jaka Kentring, bisa dipastikan isi perutnya akan hancur, termasuk dua rusuknya patah. Namun Bagus Kuncung memang hebat, dengan cepat2 ia segera menjatuhkan diri serta menggunting kaki Jaka Kentring. Sementara itu Jaka Kentring begitu melihat Bagus Kuncung menjatuhkan diri sekaligus menyerang dengan guntingan kaki, Jaka Kentring langsung melenting keatas, berjumpalitan menghindarkan diri. Begitu  menginjak tanah, tiba2 kaki Bagus Kuncung sudah meluncur lurus mengarah dada. Sekali lagi Jaka Kentring berjumpalitan kebelakang untuk menghindar. Begitulah, mereka saling melibat dan menyerang  dengan kecepatan yang tinggi.  Angin pukulan dan tendangan terdengar bersuit seperti puting beliung. Mereka telah bertarung hampir sepenanak nasi lamanya,  ketika  akhirnya terdengar sebuah ledakan serta bunyi gemrincing gelang kroncong Jaka Kentring. Semua mata memandang ketengah kalangan dan ketika asap ledakan tersebut hilang, tampak Bagus Kuncung berdiria agak terhuyung sementara sepuluh langkah didepannya Jaka Kentring  terkapar diam. Pelan Jaka Kentring berusaha bangkit, namun terjatuh lagi. Suasana terasa hening mencekam,    " Kentring ! ", suara Ki Setra Wungkal memecah kesunyian, dengan tergesa Ki Setra Wungkal segera menuju anaknya yang terbaring. Ternyata ledakan serta bunyi gelang kroncong tadi akibat adanya benturan tenaga antara Bagus Kuncung dan Jaka Kentring.   Sejenak kemudian terdengar Kyai Astrajiwa berkata dengan nada dalam : " Maaf Ki Setra Wungkal, putramu kalah ! ". " Ya Kyai ", jawab Ki Setra Wungkal.
Selanjutnya Kyai Astrajiwa berkata lagi : " Bagus Kuncung, engkau telah menang pada pertarungan pertama, sebelum melanjutkan ke pertarungan berikutnya engkau dipersilahkan istirahat selama 3 X pemakan sirih ". " Aku sudah siap Kyai ! " jawab Bagus Kuncung dengan tengadah. Ki Suta Blonos segera berseru : " Kuncung, engkau harus mentaati aturan. Jangan mengacaukan, kemari istirahat dahulu ! '. Bagus Kuncungpun menuruti perintah ayahnya, ia segera beristirahat untuk mempersiapkan diri lagi.
Nini Sedi menarik nafas dalam2, apakah Kakang Lukita nanti berhasil menang melawan Bagus Kuncung. Selanjutnya apabila menang, apakah nanti juga berhasil menang terhadap Nokidin. Berbagai pertanyan gemuruh memenuhi rongga dadanya, akhirnya iapun pasrah terhadap apa yang akan terjadi nanti. Sementara itu, kembali dada Lukita tergetar : " Ah, mengapa aku tergetar lagi, seperti ketika akan bertemu dengan Ki Singa Truna " bisiknya dalam hati. " Lukita, engkau harus bisa mengendalikan perasaanmu ! " , bisik Ki Sangga Langit, " Kalau tidak engkau akan kehilangan semuanya !". Lukita memang menyadari bahwa ia harus bertarung secara manusia, bukan dengan instingnya yang selama ini selalu menguasai dirnya. Namun sampai dengan waktu istirahat habis Lukita masih belum bisa mengatasi getaran dalam dirinya. Rasanya ingin saja ia menggeram, kemudian meloncat dan menerkam manusia didepannya. " Ah tidak ! ", bisiknya dalam hati. Kalau itu yang terjadi, maka akan musnah semua yang ia idam2kan.
Lukita terkejut ketika mendengar Kyai Astrajiwa menyebut namanya untuk segera maju melwan Bagus Kuncung, karena saat itu ia masih belum sepenuhnya  dapat meredam gejolak yang terjadi dalam dirinya. " Lukita, majulah! ", bisik Ki Sangga Langit : " Itu lawanmu sudah menunggu !". Perlahan Lukita melangkahkan kakinya ketengah kalangan, sementara Bagus Kuncung tak acuh menunggunya. Keduanya saling menghormat, namun tiba2 Bagus Kuncung menyerang dengan tendangan kaki miring kearah kepala Lukita. Tentu saja hal ini membuat Lukita tekejut, lebih2 dalam batin Lukita memang masih terjadi pergolakan yang belum selesai. Secara tidak sadar Lukita mengangkat tangan kirinya untuk melindungi wajahnya. Benturan kaki Bagus Kuncung dengan tangan kiri Lukita menyebabkan Lukita terhuyung. Tampaknya Bagus Kuncung tidak memberi kesempatan  sedkitpun kepada Lukita untuk memperbaiki kedudukannya, Bagus Kuncung menarik kakinya sedikit, diteruskan dengan tendangan lurus mengarah kedada Lukita. Dalam keadan setengah terhuyung Lukita menyilangkan dua tangan didepan untuk melindungi dadanya. Akibatnya Lukita terpental empat langkah kebelakang. Bagus Kuncung belum berhenti sampai disitu, dengan loncatan panjang Bagus Kuncung menyerang lagi ketika Lukita baru menjejakkan kakinya. Serangan guntingan kaki Bagus Kuncung diarahkan pada kaki Lukita. Diserang tiga kali berturut2 seperti itu tanpa bisa membalas, membuat Lukita tampak seperti jadi bulan2an Bagus Kuncung. Menyaksikan keadaan Lukita tersebut hampir saja Nini Sedi menjerit, wajahnya tampak pucat memandang kearah pertarungan. Hatinya begitu sedih melihat Lukita yang diserang habis2an.
Sementara itu ketika guntingan kaki Bagus Kuncung hampir sampai, Lukita melenting sambil mulutnya mulai menggeram. Dada Lukita begitu sesak oleh kemarahan yang menggumpal.

Bersambung.......

Perkawinan Dua DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang