Perpisahan 4

2.7K 88 7
                                    


Suasana kembali lengang, ketika kemudian terdengar Nokidin berkata : " Tetapi,.... kenapa engkau memilih aku ?", tanya Nokidin. " Aku percaya padamu Nokidin, karena dulu engkau menolongku dengan   memberi kemenangan ketika sayembara tanding  ", jawab Lukita.

"Ah, itu sudah lama berlalu. Tidak usah disebut-sebut lagi. Aku sebenarnya saat itu tidak berniat mengikuti sayembara tanding. Aku hanya tidak suka melihat tingkah Bagus Kuncung dan Jaka Kentring", Nokidin berhenti sejenak.

Suasanapun kembali senyap,  hanya bunyi suara jengkerik dan burung malam yang kadang menyela diantara suara gemericik air sungai Lumeneng: " Maaf Lukita, aku sendiri sampai saat ini memang belum mempunyai istri, dan aku memang belum punya niat untuk beristri ", jawab Nokidin lirih.
"Tetapi, tetapi.......maukah engkau menolongku?" tanya Lukita, " aku akan melakukan apa saja permintaanmu asal engkau mau mengawini Nyai Sedi untuk memberi keturunan", lanjut Lukita. " Setelah itu terserah engkau, mau melanjutkan atau tidak. Atau engkau mau mencari isteri dulu baru mengawini Nyai Sedi?"

" Ah, sudahlah Lukita, tetapi apakah engkau bersungguh-sungguh dengan permintaanmu itu. Bukankah engkau sangat mencintai Nyai Sedi, istrimu itu? jawab Nokidin. " Aku bersungguh-sungguh Nokidin. Aku percaya kepadamu" jawab Lukita.
" Baiklah Lukita, aku sanggupi permintaanmu. Namun aku belum tahu apakah aku akan mencari istri terlibih dulu atau langsung memenuhi permintaanmu ", jawab Nokidin. " Yang jelas aku harus menunggu 3 bulan untuk memenuhi permintaanmu itu. Karena itulah ketentuan dalam agamaku, seorang janda boleh dikawini setelah habis masa tunggu ( idahnya ) yaitu 3 bulan".

" Terima kasih Nokidin, terima kasih atas kesanggupanmu itu. Selama masa menunggu 3 bulan, aku akan mengawasi dari jauh. Barangkali engkau lupa, atau ada kejadian yang lain" Lukita melanjutkan " aku percaya kepadamu, aku pamit. Terima kasih atas semuanya". Lukitapun kembali berubah menjadi harimau hitam yang besar, meloncat memasuki semak2 diseberang sungai. Lenyap dikeremangan cahaya bulan.

Setelah Lukita pergi,  Nokidin kembali tercenung sendirian diatas batu ditepi sungai Lumeneng : " Ah mengapa jadi begini akhirnya ? ". Sementara bulan yang menggantung pucat dilangit sudah bergeser agak ke barat. " Ah, sudah lewat tengah malam " desah Nokidin. " Sudahlah, apa yang akan terjadi biarlah terjadi sesuai kehendak Yang Diatas sana".
Sementara itu, dikejauhan terdengar sayup auman harimau seperti merintih. Ya, hati Lukita memang sedang dilanda kepedihan yang dalam, karena harus pergi meninggalkan wanita yang dikasihi dengan sepenuh jiwanya.

Tanpa tersasa waktu 3 bulan telah berlalu, akan tetapi Nokidin belum juga mempunyai istri. Iapun bimbang, apakah akan mencari istri terlebih dulu atau langsung pergi melamar Nyai Sedi sesuai janji yang telah disanggupi pada Lukita. Nokidin segera minta ijin pada ayahnya karena memang sudah berkali2 ayahnya meminta agar Nokidin segera beristri.

Nokidinpun melangkah pergi dari rumah, namun ia tidak tahu mengapa langkah kakinya justru menuju desa Sikemplang desa tempat tinggal Nyai Sedi. " Ah, sudah terserah saja apa yang akan terjadi nanti ", demikian kata hati Nokidin. Sesampainya di desa Sikemplang, iapun menuju rumah Ki Singa Truna ayah Nyai Sedi.

" Assalamualaikum ", demikian Nokidin mengucap salam. " Waalaikumsalam ", seraut wajah tua berambut putih menyambutnya. " Ah, kalau tidak salah yang datang adalah anakmas Nokidin, betulkah? " demikian Ki Singa Truna berkata. "  Betul Ki Singa, aku Nokidin. Salam dari ayahku untuk Ki Singa Truna, mohon maaf ayahku tidak bisa ikut datang".

" Ah tidak apa2, tentu Kyai Astrajiwa juga sudah tua seperti aku ini" sahut Ki Singa Truna. " Tentu sudah malas untuk pergi kemana2. Silakan duduk anakmas, apakah ada sesuatu yang penting dari ayahmu sehingga engkau berkunjung?"
" Oh tidak tidak Ki Singa " jawab Nokidin terbata. " Aku...aku...kesini memang atas kemauanku sendiri ".
" Ya ya, silakan. Maafkan aku, mungkin kurang penerimaanya " kata Ki Singa Truna sambil mempersilahkan duduk diatas tikar pandan.

" Oh tidak...tidak apa2 Ki Singa, aku...aku...sebenarnya....", Terasa ada yang menyangkut ditenggorokan Nokidin. " maksudku....aku...aku...ingin menanyakan tentang Nyai Sedi ".        
" Maksud anakmas ?"  tanya Ki Singa Truna.
" Maksudku apakah.......apakah......ia masih sendiri, maksudku apakah Nyai Sedi belum kawin lagi sepeninggal Lukita ". tanya Nokidin.

" Ya ya, itulah... sebenarnya ...aku ini sudah tua. Aku cuma ingin momong cucu saja, tapi..." jawab Ki Singa Truna lesu. Sambil menghela nafas panjang Ki Singa meneruskan : " Tampaknya Yang Maha Agung memang belum mengijinkan. Dua hari yang lalu juga ada tamu, datang berturut2, Bagus Kuncung dan Jaka Kentring. Tapi semuanya ditolak, bahkan menemui saja Sedi tidak mau".

" Coba aku akan mengatakan padanya bahwa yang datang adalah engkau, anakmas Nokidin. Tetapi jangan kecewa kalau nanti Sedi juga tidak mau menemui anakmas" demikian Ki Singa Suta berkata sambil beranjak masuk ke dalam rumah. " Ya ya Ki Singa, aku akan menunggu " jawab Nokidin.

Kembali terasa ada sesuatu yang menyekat didada Nokidin, " Apakah aku juga akan ditolak seperti Bagus Kuncung dan Jaka Kentring ?" Berbagai perasaan campur aduk didadanya. " Ah, sudahlah. Aku kesini adalah atas permintaan Lukita. Kalau memang nanti ditolak, ya sudah. Itu bukan salahnya, ia tinggal menyampaikan pada Lukita nanti " demikian kata hati Nokidin.

" Selamat datang kakang Nokidin ", suara yang halus lembut memecah kesunyian. Tergagap Nokidin dari lamunannya, ia pun menoleh kearah datangnya suara lembut tersebut. Sekali lagi Nokidin terperangah ketika melihat sosok yang muncul dari dalam

" Astaghfirlloh, mimpi apa aku semalam " demikian kata hatinya. " Ada apa kakang Nokidin, kok seperti melihat hantu " nyai Sedi menyapa lembut. " Oh tidak...tidak.." jawab Nokidin terbata. Ia terpana ketika melihat Nyai Sedi yang muncul sambil membawa minuman.

Dulu ketika sayembara tanding, dibawah terangnya purnama, memang Nokidin pernah melihat nyai Sedi meski cuma selintas. Nokidin memang tidak terlalu memperhatikanya, karena ia memang tidak berniat mencari istri. Ia mengikuti sayembara tanding karen benar2 tidak suka melihat tingkah Bagus Kuncung dan Jaka Kentring.

Bersambung......

Perkawinan Dua DuniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang