Dentuman

40 3 0
                                    

Sinar matahari menyilaukan mata Kanya. Berkali-kali ia mengusap matanya. Pandangannya sedikit kabur. Namun sekarang sudah lebih baik. Ia melihat ayah dan ibu nya sedang sibuk di halaman depan. Mereka berdua sedang membereskan dedaunan yang rontok karena hujan semalam. Ibunya menyapu daun-daun dan ayahnya memungut ranting-ranting yang berjatuhan. Di belakang mereka ada Tanya yang sedang asyik memunguti buah ceri yang jatuh di atas tanah. Sesekali ia berteriak girang ketika mendapatkan sebuah ceri merah yang besar.
Kanya menikmati pemandangan itu. Ia masih di dalam rumah. Sayup-sayup ia dengar suara tv yang menyiarkan berita. Pasti ayahnya lupa mematikan tv nya.
Kanya beranjak dari tempat tidurnya menuju ruang keluarga. Ia mencari remote yang terselip entah dimana. Tapi ia berhenti di depan sofa. Matanya tertuju pada pembawa acara di tv.

"Berita darurat. Negara tetangga telah menyatakan perang terhadap negara kita. Para sekutu berkumpul untuk bersiap menyerang. Pemerintah dan seluruh angkatan perang mengeluarkan perintah kepada warga sipil untuk bersiap dengan kondisi terburuk. Senjata Nuklir dari kedua negara tengah di persiapkan untuk penyerangan. Kini kita bergabung dengan reporter Hamdan untuk mengetahui kondisi di istana kepresidenan. Silahkan repoter Hamdan--"

Kanya tidak bisa memproses semua informasi yang di ucapkan penyiar berita di tv itu. Otaknya masih bergumul dengan kata-kata perang, nuklir, kemungkinan terburuk. Apa maksud semua ini ? Suara dentuman keras memecah konsentrasinya. Ia berlari keluar, namun pemandangan di luar sangat mengerikan. Membuat Kanya terhenti di depan pintu rumahnya.
Langit berubah merah darah. Asap membumbung tinggi entah darimana. Aroma menyengat seperti bau obat-obatan bercampur dengan gas beracun memenuhi udara. Seketika suhu udara semakin meningkat, bahan-bahan plastik meleleh.
Hal berikutnya yang tidak kalah menyeramkan adalah suara dentuman yang sangat besar seolah-olah dua gunung yang bertabrakan.
Kanya tersungkur di depan pintu rumahnya yang mulai hancur. Telinganya serasa pecah, untuk beberapa saat ia tidak bisa mendengar apa-apa. Ia hanya bisa melihat ayahnya berusaha membuka pintu menuju gudang bawah tanah yang memang di siapkan jika ada keadaan darurat. Pintu gudang terbuka dan ayahnya berlari ke arah Kanya. Menggendongnya dan memasukkan Kanya ke dalam gudang. Ayahnya seperti sedang berteriak, namun Kanya tidak bisa mendengar. Ayah Kanya berlari menuju Tanya dan Ibunya yang telah jatuh tersungkur di atas tanah. Kanya hanya bisa menangis sambil berpegangan pada pegangan pintu gudang.
Dengan susah payah sang Ayah menarik Tanya dan ibunya menuju pintu gudang. Sedikit lagi mereka sampai. Kanya mengulurkan tangannya dan meraih tangan Tanya, Namun terlepas karena ternyata Tanya tidak sadarkan diri. Kanya meloncat keluar dan menarik saudarinya masuk. Sedetik kemudian tanah di sekitar mereka bergetar karena pohon ceri di depan rumahnya ambruk dan menimpa tubuh orangtua mereka. Kanya berteriak histeris dan seketika telinganya berfungsi kembali.
Terdengarlah semua suara di sekelilingnya. Suara angin kencang, gemuruh, teriakan, dentuman yang tiada henti, dan suara terakhir ayahnya yang berkata "Jaga saudarimu"

Sebuah dentuman yang sangat keras terdengar lagi dan menutup pintu gudang. Seketika pandangan Kanya menjadi gelap dan hanya suara Tanya yang memenuhi kepalanya.

"Kanya ! Kanya ! Bangun ! "

NighthawkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang