Burung burung berkicau merdu di pagi ini, cahaya mentari sudah menyinari jendela kamarku yang setengah terbuka dan membuat ku terbangun, namun ketika ku terbangun mata ku langsung terbelalak melihat jam dinding yang sudah mengarah ke pukul 06.45 dan membuat ku lari terbirit-birit ke toilet dan bergegas mandi dan berangkat sekolah.
Untunglah jarak sekolah ku dan rumah tak jauh jadi cukup dengam berlari aku tidak harus telat dan di hukum."ya ampun rissa kenapa lagi sih lu sampai lari terengah-engah kek gitu?"tanya sania. "Ah... Udah pastilah lu tau kebiasaan buruk gw." jawabku sambil menunduk kehabisan nafas. "Yah udah pastilah lu bangun kesiangan kan ris hahaha..." jawab vinsa sambil tertawa keras. "Hussh udah ah liat tu gurunya dah dateng udah lah cepet keluarin bukunya biar gk kelihatan gw hampir telat lagi." jawab ku sambil malu."Kriiing...... Kriiing......"
Bel tanda pulang pun berbunyi dan kami pun bergegas pulang.
Aku berjalan keluar kelas dan cepat-cepat ingin pulang karena merasa kurang enak badan.
Sesampai nya dirumah aku pun membuka pintu dan di kagetkan oleh papa dan mama yang tak seperti biasanya duduk dengan serius di kursi sofa ruang keluarga.
"Mama,papa clarissa pulang, loh kenapa mah? Ada apa tumben banget kalian kelihatan serius gitu duduk di sofa pas siang bolong gini?" tanyaku sambil melongo.
"I..itu riss mama sama papa mau bilang sesuatu penting buat kamu." jawab mama sedikit gugub.
"Sesuatu? Penting? Apa itu ma?"tanya ku dengan penuh kebingungan.
"Hari ini teman papa datang dan menanyakan kabarmu."
"Kabar ku?"
"Iya itu loh si om tio, masa kamu gak inget sih?itu loh yang anaknya dulu temen kamu pas kecil." tutur mama dengan senyum bahagia.
"Oh om tio tapi kenapa dia tiba-tiba menanyakan kabarku?"
"Papa dan mama sebenernya udah jodohin kamu sama anaknya om tio si ferel yg dulu temen kamu waktu kecil."
"Ferel? Ferel sapa sih ma?" tanyaku sambil mengingat ingat nama ferel karena aku sangat pelupa.
"Ya ampun dasar ya anak mama yang satu ini umur baru 17 udah pelupa. Ya sudah yang penting mama sama papa udah kasih tau kamu, dan kalau anak om tio libur kuliah kalian akan kami pertemukan lagi."
Dan aku hanya bisa membatin dalam hati ya tuhan kenapa harus di jodohin sih padahal aku masih sangat muda dan aku anak yang paling penurut dirumah dan kata-kata yang dapat ku lontarkan hanyalah "baik ma aku terima perjodohan ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Seventeen Marriage
Teen FictionMenikah dengan teman masa kecilku? Mengapa harus semuda ini?