Asheeqa 3

10.8K 1.3K 105
                                        

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

لاَ يُكَلِّفُ اللّهُ نَفْساً إِلاَّ وُسْعَهَا...

Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
(QS. Al Baqarah ayat 286)

-Asheeqa 3-

Sesampainya di Rumah sakit kami langsung menuju ke ICU. Rayan sempat bingung kenapa kami bukan menuju ke bangsal tempat adiknya. Tapi kami hanya diam dan memintanya untuk mengikuti kami.

Di depan ruang ICU. Tampak seorang gadis berjilbab coklat tengah duduk dilantai. Tangannya memeluk kedua kaki, kepalanya tertunduk di atas kedua lututnya. Bahunya bergetar seperti sedang menangis.

Rayan langsung menghampiri gadis tadi.

"De, kok kamu disini? Bila kan di bangsal? Ada apa dek? Bila kenapa?"kata Rayan mengguncang bahu adik perempuannya nggak sabaran. Terlihat jelas Rayan harap-harap cemas mendengar jawaban adiknya.

Ayesha masih terdiam, bibirnya kelu nggak tahu harus ngomong apa pada kakaknya. Aku yang sudah tahu apa yang terjadi hanya bisa menatap sendu pada Rayan.

"De, cerita sama kakak?"ucap Rayan sekali lagi, air matanya  tak terbendung lagi.

Ayesha menghapus airmatanya dengan punggung tanggannya, kemudian menatap wajah Rayan. Mencoba mengumpulkan keberanian menceritakan kondisi adik bungsunya.

"Bi,,,Bil,,,Bila koma kak."kata Ayesha terbata-bata kemudian memendamkan kepala di dada Rayan.Rayan balas memeluk adiknya. Airmatanya jatuh, mengetahui kondisi adiknya. Sakit, sesak di dada, dan nggak tahu apa lagi yang musti dia perbuat untuk Bila. Dia begitu menyesal kenapa tadi dia harus meninggalkan kedua adiknya, bahkan menjambret.

Tak ada kata yang keluar dari bibir Rayan. Rayan dan Ayesha masih terduduk di lantai saling berpelukan.

Aku, bunda dan abah serta Husna berdiri di belakang mereka. Memperhatikan interaksi kedua adik kakak yang terduduk di lantai rumah sakit. Airmata bunda sudah tak terbendung lagi, mendengarkan penuturan Ayesha.

Ya Allah begitu berat cobaan kedua kakak beradik didepanku ini. Aku harusnya bersyukur masih punya abah dan bunda yang sehat, tapi kadang masih saja mengeluh akan masalah yang aku hadapi. Sedangkan mereka harus berjuang hidup tanpa belaian kasih sayang kedua orang tuanya. Ditambah kondisi adiknya yang koma. Kenapa dunia begitu kejam pada mereka? Ya Allah berilah kekuatan kepada mereka. Angkat penyakitnya Bila ya Allah.

Kami semua tidak ada yang berani menginterupsi kedua kakak beradik ini. Kami semua sibuk berkutat dengan pikiran kami masing-masing tentang kondisi mereka. Bunda aja kini sudah menangis dalam pelukanku.

Mulai lagi deh sisi mellownya. Siap-siap basah deh kemeja biru tua ku. Asal jangan sampai bunda ...

Sroot,,,sroot,,,,

"ihh bunda jorok banget sih. Kok buang ingus di kemejaku!"kataku setengah berteriak mengacaukan momen haru yang sedang terjadi. Baru juga dipikirin malah jadi nyata.

"Ya elah ka,,, Cuma ingus doang loh. Kamu pipisin dan pup di baju bunda aja, bunda nggak pernah marah. Masa cuman kayak gini kamu teriak,"kata bunda menghapus airmatanya dan menatapku dengan wajah manyunnya.
Iya juga sih, waktu kecil kan aku sering ngotorin baju bunda. Dari yang bening sampai berwarna, dari yang nggak ada baunya sampai yang bau. Dari yang nggak ada bekasnya sampai noda membandel, bunda tetep senyum. Nggak ada marah-marahnya. Tapi nggak tahu ah, kemeja favoritku kena ingus bunda kayak gini. Apalagi suaranya pas ngeluarin ingus bener-bener nggak banget ahh, buat bunda yang cantik dengan hijab berwarna biru kayak sekarang. Jatuh deh pamor bunda ratu, jadi wanita tercantik dihatiku.

Asheeqa (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang