Asheeqa 14

7.2K 1K 58
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ


Aku selalu percaya Allah itu sayang sama aku. Makanya Allah ngasih jalan buatku agar aku menuju jalan lurus yang di ridhoi-Nya.

~Asheeqa~

"Loh kok mata kaka bengkak sih. Kayak habis ..." Ujar bunda ketika melihatku, namun perkataannya terpotong saat abah memberi kode dengan telunjuk yang di tempelkan ke bibirnya. Spontan bunda menutup mulutnya.

Aku tahu apa yang bunda ingin ucapkan. Nangis. Itu pasti lanjutannya. Aku sendiri hanya diam dan tak menanggapi maksud perkataan bunda. Toh itu benar. Mataku bengkak karena menangis semalaman. Aku menangis, membayangkan perkataan abah. Aku nggak mau abah meninggal duluan, sebelum lihat aku pakai hijab.

Ucapanku yang bilang kalau aku akan pakai hijab kalau ketemu jodoh aku buang jauh-jauh. Aku nggak mau menyesal seumur hidup kalau aku nggak penuhin permintaan abah. Dan bikin bunda sedih. Beberapa hari ini begitu banyak kejadian yang menjadi cambuk dan tamparan keras buatku. Apalagi pemikiranku tentang menutup aurat. Tapi kali ini tekadku sudah bulat. Aku nggak akan lagi menanti jodoh agar aku memakai hijab. Walaupun hati ini masih sakit karena ayah. Tapi aku selalu percaya Allah itu sayang sama aku. Makanya Allah ngasih jalan buatku agar aku menuju jalan lurus yang di ridhoi-Nya.

Pagi ini aku memang belum memakai hijab. Tapi aku janji sebentar lagi Mehru tomboy akan berubah menjadi Asheeqa ya manis dan cantik dengan hijabnya. Sekarang aku hanya ingin pergi ke suatu tempat agar aku lebih yakin dengan pilihanku ini.

"Kak, kok diem. Kamu nggak mau sarapan?" Tanya bunda melihatku bengong.

"Ini mau makan bun." Jawabku tersenyum.

"Sip deh makan yang banyak ya. Ayesha juga makan yang banyak biar kuat olahraganya hari ini," ujar bunda menyemangati Ayesha yang duduk di sampingku.

"Oh ya Sha, hari ini mbak anter ya." Kataku melirik Ayesha yang sedang minum.

"Nggak usah mbak. Ayesha bisa naik angkot kok." Tolak Ayesha.

"Nggak apa-apa sekalian jalan lagian searah kok."

"Loh kok searah? Kaka nggak ke rumah sakit?" Tanya bunda.

"Mau jenguk bang Igo dulu bun. Nanti baru ke rumah sakit. Boleh kan bun?" Kataku meminta ijin sambil memamerkan deretan senyum manis iklan pasta gigi.

"Iya boleh. Nanti abah sama bunda yang gantiin kamu." Jawab Abah.

"Makasih bah. Kamu udah selesai sarapan Sha?"

"Udah mbak."

"Ya udah bah, bun kaka pamit ya." Pamitku mencium tangan bunda dan abah. Begitu juga Ayesha mengikuti di belakang.

"Ka tunggu." Kata bunda mencegahku ketika hendak keluar rumah.

Aku akhirnya memilih menunggu bunda. Beberapa menit kemudian bunda keluar sambil menenteng satu tas.

"Apa bun?" Tanyaku ketika bunda menyerahkan tas.

"Makanan buat abang. Salam ya buat abang, bunda kangen sama abang." Mulai lagi deh bunda termehek-mehek.
"Iya bunda. Nggak usah lebay gitu ah. Bentar lagi abang kan pulang. Boleh peluk sepuasnya deh." Ucapku menggoda bunda.

"Kamu ka." Bunda menepuk pelan bahuku malu-malu. Mungkin malu kali ya bunda nangis di hadapan aku dan Ayesha.

"Udah ya bun. Kita berangkat dulu. Kasian nanti Ayesha bisa-bisa telat. Assalamualaikum." Pamitku.

Asheeqa (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang