بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
Di balik sebuah keterbatasan yang Allah berikan kepada hamba-Nya, bukan menjadi halangan untuk seorang hamba untuk tidak taat perintah Allah. Melainkan lewat keterbatasanyalah Allah ingin menguji hamba-Nya apakah dia bersyukur terhadap nikmat Allah atau dia menjadi seorang yang kufur nikmat."
~Asheeqa~
Sudah dua hari ini aku bergantian dengan Rayan dan Ayesha untuk menjaga Bila. Rayan kebagian malam, sedangkan aku pagi sampai Ayesha pulang sekolah. Dan baru di lanjut giliran Ayesha. Sedangkan bunda dan abah sesekali menemaniku atau Ayesha.
Di sini suasananya begitu hening dan dingin, malah terkesan menyeramkan. Mungkin ini karena momok ruang ICU yang hanya di tempati pasien sakit berat dan kritis yang dirawat secara khusus, dengan perlengkapan khusus, dipantau secara ketat dan dilakukan total care. Sesekali hanya terdengar bunyi monitor yang mendeteksi tanda vital pasien.
Jauh sekali berbeda dengan ruang rawat inap biasa yang terkesan santai dan penuh dengan hiruk-pikuk para pengunjung. Malah kadang seperti pasar begitu rame saat orang-orang berbondong-bondong menjenguk salah satu pasien.
Kali ini aku duduk di sebelah bed Bila. Bila masih belum sadar, kondisinya sudah stabil. Masa kritis juga dah terlewati. Tapi dia masih jadi putri tidur.
Aku melirik ke bed samping Bila. Berbaring seorang anak seumuran Bila yang juga tergolek lemah. Sang Ibu tersenyum ramah padaku. Aku hanya bisa tersenyum balik. Untuk saling menguatkan. Aku kembali menatap Bila sang putri tidur.
Bila ini cantik, hidungnya mancung kayak kedua kakaknya. Berbeda denganku yang mancung nggak, pesek juga nggak. Kata orang sih hidungku mungil. Makanya sering banget di cubit bang Aries dan bang Igo. Katanya biar mancung kayak mereka. Hadeh kok malah jadi curcol he.
Bibirnya tipis dan buat aku lebih iri bulu matanya lentik banget. Walaupun lagi tidur tapi dia begitu cantik dan imut. Pengin bawa pulang xixixi.
"Giliran kamu yang jaga?" Tanya dokter Azlan heran. Mengganggu ritualku mengamati si putri tidur.
"Iya dok." Jawabku males. Kenapa sih mesti ketemu dia lagi. Dan seneng banget seharian kemarin nggak ketemu dia. Eh sekarang malah nongol.
Dokter Azlan memeriksa Bila menggunakan pen light. Melihat ada tidaknya respon dari kedua pupil Bila. Jika tidak ada respon berarti Bila masih dalam keadaan koma.
"Gimana dok?" Tanyaku penasaran.
"Masih sama?" Tanyaku lagi.
Dia hanya tersenyum, kemudian berkata dengan suster mengenai terapi dan obat buat Bila.
Aku menghela nafas dan menghembuskannya pelan. Membelai puncak kepala Bila lembut dan mengecup kening gadis cantik ini.
"Bila, mbak memang nggak kenal kamu. Tapi mbak kenal kamu dari kedua kakakmu. Yang selalu setia berdoa sama Allah agar kamu kembali membuka matamu." Aku menjeda perkataanku beberapa detik, "Tau nggak Bil, Ayesha dan Rayan begitu kangen sama senyum manismu. Kata mereka kamu punya senyum termanis. Ngalahin si rambut nenek favoritku. Tapi aku nggak percaya. Soalnya kamu masih tidur, nggak ada senyum-senyumnya sama sekali. Mbak penasaran Bil, bunda dan abah mbak juga penasaran. Oh ya, sekarang kedua kakakmu tinggal di rumah mbak. Dan kalian sekarang jadi bagian keluarga mbak. Kamu suka kan? Bunda jago masak loh. Apalagi abah doyan mancing. Nanti kamu pasti bakalan di ajarin mancing tau. Biar nanti kalau kamu pengin ikan tinggal goreng. Kamu suka ikan kan?" Kataku bermonolog di depan Bila dengan suara lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asheeqa (SUDAH TERBIT)
EspiritualPesan via shopee aepublishing Aku tidak pernah tahu, Aku pun tak ingin mengetahuinya. Yang aku tahu, aku mengenal sosoknya pada diri orang lain. Tanpa pernah aku merasakan kehadirannya di sampingku. Dan ini,,,, membuatku sulit berdamai dengan kehi...
