"Jadi, semalem lo ketemu sama Althan?" tanya Leora kepada Rasel yang kini tengah memainkan laptop berlogo apel miliknya.
Rasel mengangguk, "Iya. Mukanya juga banyak memar, kayak habis berantem," kata Rasel yang masih fokus terhadap laptopnya seraya mengenakan kacamata.
Karena sekarang hari Sabtu, Rasel, Leora, dan Nancy memilih untuk main bersama di rumah Rasel. Awalnya, Rasel sempat menolak karena hari libur biasanya ia pakai untuk belajar persiapan olimpiade. Namun, karena kedua temannya itu sangat mendesak dan memaksa dirinya, akhirnya ia pun memilih untuk mengalah.
"OH MY GOSH! Bener, mereka kemarin habis berantem," ujar Nancy. "si Distra baru ngabarin gue sekarang, dari semalem dia gak bales chat gue soalnya," tambahnya kesal.
"Berantem lagi mereka? Gila ya, masih sekolah tapi hobinya berantem mulu!" tutur Leora sembari menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Katanya sih berantem sama geng Orion, geng pentolan di sekolah sebelah tuh. Mereka gak terima gara-gara ketua mereka, si Davin, berlutut di hadapan Althan," ucap Nancy.
"Mereka seserem itu ya?" Rasel takut sendiri membayangkan bagaimana Althan berantem. Mengingat semalam ia melihat banyak sekali memar di wajah cowok itu.
"Nggak, Sel. Althan kalo kayak gitu pasti ada sebabnya, kalo seseorang udah keterlaluan sama dia," balas Nancy.
"Kok lo tau banyak soal Argarez?" tanya Rasel penasaran.
"Dari my little pumpkin Distra, hehe." Nancy tersenyum lebar.
Rasel hanya mengangguk-anggukan kepalanya tanda paham. Ia jadi tidak fokus dengan tugas dari bu Gisel yang tengah ia kerjakan di laptop miliknya. Pikirannya terbayang kepada Althan, ralat, Argarez. Mereka beringas, menakutkan, dan tidak ada kata ampun. Rasel benar-benar tidak ingin berurusan dengan ketua geng Argarez itu, namun mengapa ia selalu dipertemukan dengan Althan? Semakin ia berusaha menjauh, mengapa takdir sebaliknya?
"Sel, kok bengong sih!" gerutu Leora kesal.
Rasel tersadar dari lamunannya, "Hah?"
"Pasti lagi mikirin Althan kan, ngaku!" goda Nancy yang membuat Rasel salah tingkah.
"Apaan sih, gak usah ngawur deh!" ujar Rasel.
"Gimana? Udah ditembak sama Althan?" Leora menaik turunkan alisnya menggoda Rasel.
"Kalian gak usah mikir macem-macem deh. Mending juga sama Saka. Anaknya baik, pinter, gak troublemaker, gak nakal, gak ngerokok juga," kata Rasel dengan bangga. "idaman banget kan?" lanjut Rasel menata kedua temannya dengan tersenyum.
"Tapi, Althan juga gak kalah ganteng. Jago main basket juga!" balas Nancy.
"Saka juga jago futsal, dia pinter berorganisasi, jadi pemimpin yang baik, dan pribadinya juga lebih baik kan?" Rasel menatap Nancy dengan bangga.
"Sel, untuk mengukur pribadi seseorang itu gak bisa diukur dari kebiasaan dia. Lagian nih ya, Saka itu gak suka sama lo. Jangankan suka, dia ngelirik lo aja enggak kan? Selama setahun belakangan ini, emang dia pernah ngasih harapan ke lo?" tanya Leora bijak.
Rasel terdiam. Ada benarnya yang dikatakan oleh Leora. Saka tidak suka pada dirinya. Tidak pernah juga memberikan harapan. Tapi, Rasel hanya sebatas mengagumi tidak salah kan? Selagi dirinya tidak memaksa Saka membalas perasaannya jadi tidak masalah.
"Ya dia gak suka sama gue, gue juga ga maksa dia buat suka balik sama gue. Gue cuma sebatas ngagumin doang. Dan masalah Althan, gue juga masih ga ngerti kenapa dia perhatian banget ke gue." Rasel berpikir keras.
"Althan suka sama lo, Sel," ujar Nancy.
Leora menyetujui ucapan Nancy, "Bener. Althan sebelumnya gak pernah pacaran, bahkan ngelirik cewek. Baru kali ini aja dia kayak gitu dan itu sama lo!"
KAMU SEDANG MEMBACA
KOMPLIZIERT
Teen FictionRumit. Itulah yang menggambarkan kondisi seorang Arasely Seraphina Lalunna atau yang biasa dikenal dengan Rasel. Ia menyukai Saka, si ice prince SMA Dharmawangsa. Namun, disisi lain, Althan mengalami love at the first sight saat dirinya menabrak Ras...