Keesokan harinya, Nenek Julian mendatangi Julian di kamarnya dengan hati yang gelisah.
"Julian, kamu udah mikirin gimana cara menyelamatkan Kakekmu?"
Julian menatap Neneknya dengan wajah lesu. "Belum, tapi Julian janji, bakalan segera nemu caranya, Nek."
"Tolong selamatkan Kakekmu, Lian."
"Iya, tenang aja Nek. Nenek istirahat aja ya di kamar Nenek. Kalau Julian udah dapat ide, Nenek bakalan Julian kasih tau."
Nenek Julian menganggukkan kepalanya dan melangkah perlahan keluar dari kamar Julian setelah sebelumnya menepuk pundak Julian beberapa kali dengan wajah sedih.
Setelah kepergian Neneknya dari kamarnya, Julian memilih untuk membersihkan dirinya. Ia ingin menyegarkan dan mendinginkan kepalanya dengan cara mandi. Meski begitu, pikirannya tetap berkelana ke mana-mana. Ia bahkan mencoba mencari ide ketika sedang mandi. Julian yang sejak semalam memikirkan cara menyelamatkan Kakeknya akhirnya menemukan sebuah cara. Dengan cepat, ia menyelesaikan mandinya dan memakai baju. Ia berniat pergi menuju rumah sahabatnya. Ia yakin sahabatnya bisa menolongnya.
Tok tok tok!
Julian mengetuk pintu kamar Neneknya.
Cklek.
Nenek Julian membukakan pintu kamarnya. Ia menatap Julian penuh harapan.
"Kenapa, Lian?"
"Nek, Julian pamit pergi sebentar ke rumah teman yang bisa bantu Julian. Julian udah dapat idenya. Nenek baik-baik di rumah, ya? Jangan bukakan pintu untuk orang asing. Oke, Nek?"
Nenek Julian mengangguk, mengiyakan perkataan Julian.
Setelah pamit dengan Neneknya, Julian segera keluar dan pergi mengendarai mobilnya menuju rumah sahabatnya yang sangat paham dengan teknologi. Julian benar-benar berharap sahabatnya itu bisa membantunya untuk menyelamatkan sang Kakek.
Ketika sampai di rumah sahabatnya, Julian dengan tak sabar mengetuk pintu rumah tersebut.
Tok tok tok.
Cklek.
"Lah, tumben dateng ke sini," ujar sahabat Julian.
"Gue butuh bantuan lo," ujar Julian dengan nada rendah namun penuh dengan penekanan.
Sahabat Julian nampak menaikkan satu alisnya. "Bantuan? Emang ada sesuatu?" tanyanya.
"Biarin gue masuk. Gue ceritain semua," ujar Julian.
"Silakan masuk, Tuan," ujar sahabat Julian dengan nada bercanda.
Julian akhirnya masuk ke rumah sahabatnya itu dan duduk di sofa. Ia mulai menceritakan segala hal yang berkecamuk dalam kepalanya selama beberapa hari belakangan ini.
Setelah selesai bercerita, sahabat Julian nampak melotot tak percaya dengan apa yang Julian ceritakan.
"Gila, dia ngelakuin itu semua?" tanya sahabat Julian terkejut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi Pembawa Petaka (Revisi) ✔
Fanfiction[Rombak Total!] JUDUL SEBELUMNYA : LOVE STORY JENKOOK Jika kamu diberikan dua pilihan : 1. Menemani seorang yang sangat kita cintai namun ia sangat berbahaya bahkan untuk nyawa kita sendiri. Atau 2. Dipaksa untuk menikahi sosok yang sifatnya...