Siang ini, ketika jam makan siang, Jenny pergi ke rumah sakit tempat Julian bekerja. Gadis itu berniat untuk menemui seorang wanita yang katanya merupakan ibu dari Theo. Ada perasaan senang sekaligus menyesal dalam diri Jenny. Senang sebab ia bisa bertemu dengan ibu yang melahirkan Theo ke dunia, tetapi menyesal juga karena jika benar ibu tersebut adalah ibu dari Theo, maka ibu tersebut tak dapat bertemu dengan Theo lagi."Permisi," ujar Jenny setelah sampai di ruangan Thia dirawat. Di belakangnya terdapat Julian serta Yohan yang menemani Jenny.
"Masuk," jawab Thia dengan suara paraunya.
"Kamu siapa?" tanya Thia ketika melihat Jenny masuk ke dalam ruangannya. Alisnya terangkat satu, bingung siapa yang saat ini berada di hadapannya. Seingat wanita itu, ia tak memiliki kenalan seusia Jenny.
"Saya kekasih Theo, Bu." Jenny menjawab pertanyaan Thia dengan takut.
"Theo?! Di mana dia sekarang, Nak?"
"Maaf, Bu. Saya gak bisa jawab itu sekarang. Saat ini, ada yang mau saya tanyakan ke ibu."
"Ya? Oke, tanyakan saja, Nak,"
"Saya ingin bertanya pada Anda,"
Flashback
Kemarin, saat Julian mendengar nama Thia Anastasia, ia langsung menyela perkataan Yohan dengan nada terkejutnya. Ia pikir, mungkin, pasien yang baru saja datang ke rumah sakit tempat ia bekerja merupakan sosok sama dengan yang disebutkan Yohan.
"Thia Anastasi? Wanita yang berusia sekitar 50 tahun? Memiliki rambut berwarna coklat kemerahan bergelombang?" tanya Julian yang memnuat Yohan menampilkan rasa terkejutnya pula.
"Lo tahu?" tanya polisi itu.
"Gue tahu, dia pasien yang kemarin sore datang ke rumah sakit karena keadaannya yang mulai memburuk."
"Benarkah?" tanya Jenny tak percaya.
"Ya," jawab Julian.
"Baiklah, saya rasa sudah selesai wawancaranya. Terima kasih, Nona Jenny," ujar Yohan.
"Sama-sama ....?"
"Nama saya Yohan." Yohan seolah tahu arti tatapan Jenny padanya.
"Ah, ya. Sama-sama, Pak Yohan."
"Kami pamit dulu." Yohan melangkahkan kakinya keluar dari ruang tamu Jenny.
Sebelum Julian pergi, Jenny tampak menarik tangan Julian. Hal itu membuat Julian menoleh menatap Jenny penasaran.
"Kenapa?" tanya Julian.
"Besok, aku ingin menemui Ibunya Theo. Apa boleh?"
"Tentu, Jen."
"Ok."
Flashback end
"Apa yang ingin kamu tanyakan, Nak?" tanya Thia penasaran pada Jenny dengan mata yang mengedip dengan lemah.
Jenny menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Dari sudut mata, ia melihat Julian dan Yohan yang duduk di sofa sembari memperhatikan dirinya.Julian yang tahu Jenny kebingungan, akhirnya mengangguk, lalu menggerakkan tangannya seolah memberi isyarat untuk Jenny agar bertanya pada Thia tanpa perlu khawatir kondisi Thia akan memburuk.
Aku menghela napas pelan, lalu menatap ibu Theo.
"Apa benar, Theo pergi dari rumah, Bu?" tanya Jenny pelan.
Tampak sekali bahwa saat ini wanita paruh baya itu, Thia, sedang menahan bulir bening yang kapan saja bisa menetes dari pelupuk matanya.
"Kamu ... benar-benar kekasih Theo?" tanya beliau tanpa menjawab pertanyaan Jenny sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Obsesi Pembawa Petaka (Revisi) ✔
Fiksi Penggemar[Rombak Total!] JUDUL SEBELUMNYA : LOVE STORY JENKOOK Jika kamu diberikan dua pilihan : 1. Menemani seorang yang sangat kita cintai namun ia sangat berbahaya bahkan untuk nyawa kita sendiri. Atau 2. Dipaksa untuk menikahi sosok yang sifatnya...